Sunday, August 13, 2017

Bab 8 – Awal sebuah Prahara

Bab 8 – Awal sebuah Prahara
Pangeran Rio menepati ucapannya dan tinggal di Kuil Hati Kudus hingga kompetisi internal dimulai. Kompetisi internal tersebut berlangsung selama 10 hari dengan Vira Aura sebagai pemenang utamanya. Tidak ada kejutan dalam kompetisi tersebut, mengingat tingkat kekuatan Vira Aura yang berada dalam tingkatan 3 Kulminasi Energi merupakan yang paling tinggi diantara semua murid Kuil Hati Kudus.

“Tingkatan 3 Kulminasi Energi mampu menjadi juara?” Ejek seorang tetua dengan tidak puas, “2 tahun terakhir ini merupakan turnamen paling memalukan sepanjang sejarah Kuil Hati Kudus!”

“Kau benar,” Ujar tetua lain setuju, “Tapi, lihat sisi baiknya, semua murid-murid kita yang berada di Kuil Nimia telah naik 1-2 tingkatan dalam 2 tahun terakhir. Kita hanya perlu bersabar sedikit untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang.”

Mau tidak mau para tetua melirik Awan Biru yang berada di ujung meja ketika mendengar hal tersebut dan memuji kebijaksanaan Ketua Yori dalam membuat keputusan mengenai pernikahan Awan dan Risa Biru.

“Kudengar juga,” Ujar tetua lain ikut nimbrung, “Risa Biru telah mencapai tingkatan Inti Energi dasar, padahal usianya baru 21 tahun!”

“Hehehe, itu merupakan hal yang wajar!” Kata Tetua yang lain senang, “Bagaimanapun Risa Biru mempunyai talenta yang tidak kalah dengan jenius-jenius dari Kuil Nimia, ditambah lagi, ia sekarang adalah Nyonya Biru, bagaimana mungkin Kuil Nimia tidak memberikan fasilitas yang terbaik untuk dirinya!”

“Ketua Yori memang sungguh bijaksana dalam masalah ini,” Puji seorang Tetua, “Mungkin ia sudah memperkirakan semua ini dimasa lalu!”

“Kau benar!” seru yang lain sepakat.

Walaupun para tetua luar dan dalam itu bergosip dengan suara pelan, namun tetap saja isi pembicaraan mereka bocor dan sampai ke Vira Aura. Mendengar hal tersebut, Vira Aura menjadi marah dan mendongkol.

“Dasar nenek-nenek tidak tahu diri!” Umpatnya, “Memangnya mereka pikir mereka siapa? Baru menjadi Tetua luar dan dalam saja mereka sudah berani menilai diriku. Huh! Liat saja nanti, aku pasti akan menjadi murid nomor satu di Kuil Hati Kudus ini!”

Ketika Vira Aura masih mendongkol, seorang pelayan wanita mengetuk pintunya dan memberi hormat.

“Ada apa?” Tanya Vira Aura ketus.

“Lapor, nona Vira,” Kata Pelayan itu dengan suara rendah dan pelan, takut terdengar oleh orang lain, “Ada pesan dari Pangeran Rio”

“Aku mengerti,” Ujar Vira Aura memahami makna pesan tersebut, “Jaga agar tidak ada yang mengetahui hal ini, jika tidak..”

Vira Aura mengeluarkan napsu membunuhnya kepada pelayan tersebut.

“Tentu saja, tentu saja, nona,” Kata pelayan itu buru-buru, ia bukanlah orang bodoh yang akan membocorkan suatu rahasia. Lagipula, Pangeran Rio telah memberikan dirinya banyak hadiah.


Pada suatu malam yang sangat gelap, dimana awan-awan tebal menutupi cahaya rembulan. Mina Sulastri, pelayan gagu Awan Biru, menerobos jalan setapak dalam sebuah hutan di pinggir paviliun utama. Hutan tersebut berada dalam kekuasaan Kuil Hati Kudus sehingga aman dari serangan para monster, namun demikian, jalan yang diambil oleh Mina Sulastri bukanlah jalan utama yang dilalui banyak orang melainkan jalan tembus yang gelap dan berbahaya dikarenakan berada di dekat tebing yang curam.

Walaupun berbahaya, namun Mina Sulastri sudah beberapa kali melewati jalan ini dengan alasan efisiensi waktu. Lagipula Mina Sulastri merupakan anak yang cekatan dan teliti, ia tahu betul bagian mana dari gunung ini yang tidak boleh dilewati dan mana yang boleh.

Baru setengah jalan, Mina Sulastri mendengar suara-suara aneh, suara tersebut seperti desahan dan pekikan-pekikan kecil. Karena penasaran, Mina Sulastri, yang memiliki rasa ingin tahu lebih besar dari siapapun, memutuskan untuk menelusuri asal suara itu. Pelan-pelan ia memusatkan perhatiannya ke pendengarannya yang lebih tajam dari manusia biasa, mungkin karena salah satu inderanya tidak berfungsi sehingga indera yang lain menjadi lebih kuat.

Mina Sulastri akhirnya tiba ke asal suara tersebut, pelan-pelan ia berjalan diantara semak-semak dan tiba disebuah tempat terbuka. Betapa terkejutnya ia melihat sepasang pria dan wanita saling berpelukan tanpa sehelai benangpun diantara mereka, namun keterkejutannya semakin besar ketika ia mengenali kedua orang tersebut, Pangeran Rio dan Vira Aura!

“Siapa itu!?” Seru Vira Aura yang merasakan ada seseorang melihat hubungan terlarang mereka, dengan tajam matanya mengarah ke arah Mina Sulastri yang berada di balik semak-semak, “Mina!?”

Mina Sulastri yang kaget karena ketahuan langsung berlari kabur. Ia tahu kalau ia telah melihat sesuatu yang sangat berbahaya, tanpa pikir panjang ia berlari dan terus berlari menuju paviliun Awan Biru.

‘Disana aku pasti selamat!’ Pikir Mina Sulastri sungguh-sungguh.

Namun harapan Mina Sulastri hanyalah harapan semu, baru 15 menitan ia berlari, dua bayangan hitam dari belakang telah berhasil mengejar dia dengan ilmu meringankan tubuhnya. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa, seperti Mina, dapat melarikan diri dari para pendekar silat semacam Pangeran Rio dan Vira Aura.

“Dasar pelayan tidak tahu diri!” Tanpa pikir panjang Pangeran Rio langsung mengumpulkan energi Qi ke dalam tapaknya dan menghantamkan energi itu ke Mina hingga ia terpental beberapa meter dan muntah darah.

Mina Sulastri mengeluarkan suara-suara kesakitan, ia mengerti kenapa kedua orang ini ingin membunuh dirinya, bagaimanapun skandal hubungan mereka sangatlah berbahaya.

‘Kenapa?’ Tanya Mina Sulastri tidak terima, ‘Kenapa hidupku begitu mengenaskan?’

Dunia memang tidak pernah adil untuk Mina Sulastri. Ia dilahirkan tanpa mengenal kedua orangtuanya, ia cacat dan tidak berbakat dalam berlatih ilmu silat. Walaupun begitu ia selalu tersenyum, berusaha menghadapi beratnya hidup dengan tawa. Terkadang ia tidak mengerti kenapa orang-orang begitu jahat kepada dirinya, apakah karena dirinya cacat? Dia tidak pernah mengerti apapun hingga ia bertemu dengan Awan Biru.

Awan Biru bagaikan dewa penyelamat bagi Mina Sulastri, ia begitu baik dan ramah, ia mengajari Mina Sulastri membaca dan menulis, yang terpenting, Awan Biru memperlakukan Mina sebagai seorang manusia. Setiap detik yang dilalui Mina Sulastri bersama Awan Biru merupakan waktu yang penting dan sangat berharga bagi dirinya. Namun, sepertinya dewa tidak menginginkan dirinya mengalami kebahagian. Baru 2 tahun ia merasakan menjadi seorang manusia yang utuh, kini dirinya kembali mengalami musibah.

“Matilah kau!” Seru Vira Aura dingin dan menghantam tubuh Mina Sulastri hingga ia terlempar ke dasar jurang.

“Jatuh dari ketinggian seperti ini, dia pasti sudah mati!” Ujar Pangeran Rio sambil menghela napas lega, tidak kebayang jika bocah itu berhasil lolos dan memberitahukan skandal dirinya dan Vira Aura ke semua orang.

Vira Aura mengangguk setuju dengan pendapat Pangeran Rio, “Namun demikian bukan berarti masalah sudah selesai. Pelayan perempuan itu merupakan pelayan pribadi Awan Biru, kuharap Pangeran Rio tidak salah langkah dalam menyelesaikan masalah ini. bagaimanapun juga, kita tidak bisa melawan Kuil Nimia!”

“Aku tidak mengerti mengenai ketakutan semua orang terhadap Kuil Nimia,” Ujar Pangeran Rio sambil menggelengkan kepala, “Tapi aku bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan mana orang yang bisa kuhajar dan mana yang tidak!”

Seusai berkata seperti itu Pangeran Rio dan Vira Aura langsung pergi pulang ke arah yang berbeda, mereka sudah tidak ada selera untuk melanjutkan permainan mereka. Pertaruhannya saat ini terlalu besar!

Beberapa saat kemudian, setelah Pangeran Rio dan Vira Aura pergi dari hutan tersebut, dari dalam jurang munculah sesosok tubuh penuh luka yang berhasil selamat dari bahaya. Dengan penuh keinginan untuk hidup,Mina Sulastri memanjat tebih tersebut dengan kedua tangannya, perlahan namun pasti ia menaiki semeter demi semeter hingga akhirnya tiba diatas tebing. walaupun begitu, tubuh Mina Sulastri penuh dengan luka baik itu luka luar maupun luka dalam akibat serangan keji Pangeran Rio dan Vira Aura.

‘Aku harus hidup,’ pikir Mina Sulastri terus menerus, ia tidak tahu bagaimana dirinya dapat bertahan hingga sekarang, ‘Abang Awan Biru!’


Sementara itu, dalam paviliun tamu, Awan Biru tengah mencari pelayan kesayangannya itu.

“Sungguh mengherankan,” Ujar Awan Biru, “Tidak biasanya anak itu pergi hingga selarut ini!”

Awan Biru memanggil para pelayan lainnya dan membentuk beberapa tim untuk mencari ke tempat-tempat biasanya Mina Sulastri berada, namun kabar yang ia tunggu tidak juga ia dapatkan. Satu persatu tim pencari tidak dapat menemukan Mina Sulastri.

“Pasti ada masalah!” Ujar Awan Biru yakin, “Perasaanku sungguh tidak tenang! Cepat kabari Ketua Yori, katakan kalau pelayan utamaku menghilang dan aku meminta bantuannya untuk mengerahkan semua tenaga untuk mencarinya. Tambahkan juga, aku akan memberikan 5 Pil Penenang Jiwa bagi siapapun yang menemukan Mina Sulastri!”

“Baik, Tuan,” Ujar kepala pelayan.

Malam itu mendadak situasi Kuil Hati Kudus menjadi sangat ramai, ratusan murid bertebaran kesegala arah dengan menggunakan lentera-lentera. Walaupun hari semakin malam dan dingin, namun tidak ada seorangpun diantara mereka yang kesal, yang ada mereka bersemangat dan mencari Mina Sulastri dengan sungguh-sungguh. Sepertinya 5 Pil penenang jiwa merupakan imbalan yang luar biasa besar bagi mereka!

Di dalam Paviliun Utama, Awan Biru mondar mandir di hadapan Ketua Yori, jelas kalau dia sangat khawatir terhadap keadaan pelayannya itu. Melihat hal tersebut mau tidak mau membuat Ketua Yori menghela napas dan menggelengkan kepala.

“Awan Biru, tenanglah,” Ujar Ketua Yori, “Tim pencari sudah dikerahkan dan pesan-pesan rahasia ke semua perguruan di pegunungan 10 jari telah dikirim, selama ia masih berada di daerah ini tentu kita akan menemukannya!”

Awan Biru mengangguk, ia setuju dengan pendapat Ketua Yori namun ketakutan yang ia miliki tidak dimiliki oleh Ketua Yori. Bagi Ketua Yori, Mina Sulastri hanyalah bocah pelayan gagu yang dapat dicari gantinya, namun bagi Awan Biru, Mina Sulastri adalah adik angkatnya!

“Mina tidak mampu belajar ilmu silat,” ujar Awan Biru, “Jangankan keluar dari gunung ini, keluar dari komplek perguruan saja sudah susah bagi dirinya. Dengan dirinya menghilang seperti ini, aku khawatir ia mengalami masalah yang sangat besar!”

Ketua Yori terdiam, bagaimanapun juga pendapat Awan Biru adalah benar. Walaupun sangat jarang, namun seorang pelayan yang tidak memiliki kemampuan ilmu silat, meninggal dunia secara misterius di dalam hutan bukanlah hal yang baru.

Waktu terasa berlalu sangat lama bagi Awan Biru, dan tidak terasa fajar mulai menyingsing namun tidak ada satupun kabar mengenai Mina Sulastri. Hal ini benar-benar mengkhawatirkan dan membuat Awan Biru tidak napsu makan. Ketika hari menjelang siang, barulah sekelompok murid utama Kuil Hati Kudus bergegas masuk ke dalam paviliun utama sambil membawa sesosok jenazah perempuan.

Jenazah itu dibungkus dengan kain putih halus dan diperlakukan dengan penuh hormat oleh para murid tersebut. Mereka meletakkan jenazah itu dengan penuh kehati-hatian di hadapan Awan Biru dan Ketua Yori.

“I..Ini..” Seru Awan Biru dengan suara tercekak.

“Maafkan kami,” Ujar Vira Aura nelangsa, suaranya benar-benar lirih seakan ia juga merasakan penderitaan yang sama dengan Awan Biru, “Namun kami terlambat! Ketika kami menemukannya, ia sudah tidak lagi bernyawa..”

“Ti.. Tidak, tidak mungkin!” Seru Awan Biru, dengan terburu-buru ia mendekati jenazah tersebut dan, dengan tangan gemetar, ia menarik kain pembungkus itu perlahan. Ia mengenali wajah bocah tersebut, wajah yang keras dan tahan banting, wajah yang menggambarkan penderitaan namun memberikan pengharapan, wajah yang selalu tersenyum memberikan penghiburan dalam setiap kesulitannya. Wajah Mina Sulastri, “TIDAK!!!!”

Awan Biru meraung sambil menangis menjadi-jadi setelah melihat jenazah di hadapannya adalah benar jenazah Mina Sulastri, bocah pelayan yang sudah ia anggap adiknya sendiri. Di sebelah Awan Biru, Vira Sulastri juga menguraikan air mata dan isak tangis, tangannya menyentuh pundak Awan Biru dengan sangat lembut, tanda bersimpati.

“A..Aku tahu betul bagaimana perasaanmu,” Katanya pelan terisak, “Aku ikut berduka cita”

Awan Biru mengangguk mendengar ucapan duka cita dari Vira Aura. Ia memang tidak pernah menyukai Vira Aura namun dalam situasi ini dia berterima kasih, terlebih Vira Aura dan timnyalah yang menemukan Jenazah Mina Sulastri.

“Dimana kau menemukannya?” Tanya Ketua Yori serius.

Jika Mina Sulastri adalah pelayan biasa tentu Ketua Yori akan menugaskan seorang tetua menyelidikinya dan tidak akan memperpanjang masalah. Namun, pelayan ini merupakan pelayan kesayangan Awan Biru, mau tidak mau Ketua Yori harus memperhatikan permasalahan ini dengan sangat serius dan berhati-hati, ia tidak ingin hubungan Kuil Nimia dan Kuil Hati Kudus menjadi berantakan karena seorang pelayan gagu!

‘Awan Biru ini sungguh merepotkan!’ Gerutu Ketua Yori didalam hati, ‘Dari sekian banyak wanita cantik di Kuil Hati Kudus, ia justru memilih seorang pelayan buruk rupa dan gagu sebagai pelayan kesayangannya? Huh! Tenangkan dirimu, Yori. Permasalahan ini harus kita selesaikan dengan kepada dingin. Kuil Hati Kudus masih membutuhkan Kuil Nimia!’

“Lapor, Ketua,” Ujar Vira Aura setelah menenangkan isak tangisnya, “Awalnya kami tengah mencari di jalan-jalan utama di dalam hutan. Ketua tahu sendiri bagaimana besar dan luasnya hutan di gunung ini, dan bagaimana hutan itu berhubungan dengan jurang dan tebing yang terjal disana sini. Setelah kami mencari beberapa kali dan tidak berhasil menemukan Mina Sulastri, akhirnya kami memutuskan untuk membentuk beberapa tim kecil dan berpencar guna mencarinya di jalan-jalan tikus. Dan, benar saja, beberapa jam kami mencari akhirnya kami menemukan jenazah.. hiks.. maaf, ketua. Akhirnya, kami menemukan jenazah Mina Sulastri di pinggir jurang.”

“Apakah kau sudah menyelidiki penyebab meninggalnya?” Tanya Tetua pertama.

Vira Aura menoleh ke seorang temannya yang juga menemukan Mina Sulastri dan memberikan kode agar dia menjawab pertanyaan tersebut.

“Lapor Ketua, Tetua,” Ujar wanita itu penuh hormat, “Dari penyelidikan sementara kami, sepertinya nona Mina Sulastri salah jalan dan terjatuh kedalam jurang. Walaupun ia berhasil menghentikan jatuhnya dan, entah bagaimana caranya, berhasil memanjat dengan kedua tangannya, namun pada akhirnya ia meninggal dunia karena kehabisan tenaga.”

“Kedua tangannya hancur, Ketua, Tetua,” Sambung Vira Aura tidak tega, “Dari situ saja kita bisa melihat betapa dashyatnya semangat anak ini untuk hidup. Kurasa ia menghentikan laju jatuh tubuhnya dengan tangan itu dan memanjat tanpa menghiraukan lukanya”

Awan Biru melihat kedua tangan Mina Sulastri dan mengangkatnya. Apa yang dikatakan kedua wanita itu benar, tangan Mina Sulastri telah hancur tersayat disana sini, walaupun lukanya telah dibersihkan namun masih jelas terlihat daging-daging, bahkan tulang, di sekujur tangan tersebut. Beberapa jarinya bahkan mengarah ke arah yang salah.

Awan Biru terdiam melihat bagaimana adiknya ini menderita sebelum meninggal, tanpa sadar ia membelai kepala Mina Sulastri penuh sayang.

‘Eh,’ Pikir Awan Biru heran, ‘Kenapa mata Mina penuh dendam?’

Awan Biru merupakan orang yang sangat peka dengan tatapan mata seseorang. Sejak dia diselamatkan oleh Kuil Nimia dan diperlakukan dengan penuh kehormatan, ia menjadi sensitif dengan pandangan mata orang lain. Terlebih dengan keterbatasannya berlatih ilmu silat. Mata yang memandangnya hina, mata yang memandangnya kasihan, mata yang menyayanginya dan mata yang membenci dirinya serta iri. Perlahan tapi pasti, Awan Biru menjadi mahir dalam membaca mata seseorang, tidak seratus persen tepat namun instingnya jarang salah.

“Buka pakaiannya!” Perintah Awan Biru.










1 comment:

  1. Slots of Vegas – Mobile, Live Casino, and More - Gold
    Play over 2000 of the hottest カジノ シークレット online slots at Gold Casino, including popular slots starvegad such as Buffalo King leovegas and Divine Fortune. Register with us and claim your bonus!

    ReplyDelete