Bab 8 – Awal sebuah Prahara
Pangeran Rio
menepati ucapannya dan tinggal di Kuil Hati Kudus hingga kompetisi internal
dimulai. Kompetisi internal tersebut berlangsung selama 10 hari dengan Vira
Aura sebagai pemenang utamanya. Tidak ada kejutan dalam kompetisi tersebut,
mengingat tingkat kekuatan Vira Aura yang berada dalam tingkatan 3 Kulminasi
Energi merupakan yang paling tinggi diantara semua murid Kuil Hati Kudus.
“Tingkatan 3 Kulminasi
Energi mampu menjadi juara?” Ejek seorang tetua dengan tidak puas, “2 tahun
terakhir ini merupakan turnamen paling memalukan sepanjang sejarah Kuil Hati
Kudus!”
“Kau benar,”
Ujar tetua lain setuju, “Tapi, lihat sisi baiknya, semua murid-murid kita yang
berada di Kuil Nimia telah naik 1-2 tingkatan dalam 2 tahun terakhir. Kita
hanya perlu bersabar sedikit untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang.”
Mau tidak mau
para tetua melirik Awan Biru yang berada di ujung meja ketika mendengar hal
tersebut dan memuji kebijaksanaan Ketua Yori dalam membuat keputusan mengenai
pernikahan Awan dan Risa Biru.
“Kudengar juga,”
Ujar tetua lain ikut nimbrung, “Risa Biru telah mencapai tingkatan Inti Energi
dasar, padahal usianya baru 21 tahun!”
“Hehehe, itu
merupakan hal yang wajar!” Kata Tetua yang lain senang, “Bagaimanapun Risa Biru
mempunyai talenta yang tidak kalah dengan jenius-jenius dari Kuil Nimia,
ditambah lagi, ia sekarang adalah Nyonya Biru, bagaimana mungkin Kuil Nimia
tidak memberikan fasilitas yang terbaik untuk dirinya!”
“Ketua Yori
memang sungguh bijaksana dalam masalah ini,” Puji seorang Tetua, “Mungkin ia
sudah memperkirakan semua ini dimasa lalu!”
“Kau benar!”
seru yang lain sepakat.
Walaupun para
tetua luar dan dalam itu bergosip dengan suara pelan, namun tetap saja isi
pembicaraan mereka bocor dan sampai ke Vira Aura. Mendengar hal tersebut, Vira
Aura menjadi marah dan mendongkol.
“Dasar
nenek-nenek tidak tahu diri!” Umpatnya, “Memangnya mereka pikir mereka siapa?
Baru menjadi Tetua luar dan dalam saja mereka sudah berani menilai diriku. Huh!
Liat saja nanti, aku pasti akan menjadi murid nomor satu di Kuil Hati Kudus
ini!”
Ketika Vira Aura
masih mendongkol, seorang pelayan wanita mengetuk pintunya dan memberi hormat.
“Ada apa?” Tanya
Vira Aura ketus.
“Lapor, nona
Vira,” Kata Pelayan itu dengan suara rendah dan pelan, takut terdengar oleh
orang lain, “Ada pesan dari Pangeran Rio”
“Aku mengerti,”
Ujar Vira Aura memahami makna pesan tersebut, “Jaga agar tidak ada yang
mengetahui hal ini, jika tidak..”
Vira Aura
mengeluarkan napsu membunuhnya kepada pelayan tersebut.
“Tentu saja,
tentu saja, nona,” Kata pelayan itu buru-buru, ia bukanlah orang bodoh yang
akan membocorkan suatu rahasia. Lagipula, Pangeran Rio telah memberikan dirinya
banyak hadiah.
Pada suatu malam
yang sangat gelap, dimana awan-awan tebal menutupi cahaya rembulan. Mina Sulastri,
pelayan gagu Awan Biru, menerobos jalan setapak dalam sebuah hutan di pinggir
paviliun utama. Hutan tersebut berada dalam kekuasaan Kuil Hati Kudus sehingga
aman dari serangan para monster, namun demikian, jalan yang diambil oleh Mina
Sulastri bukanlah jalan utama yang dilalui banyak orang melainkan jalan tembus
yang gelap dan berbahaya dikarenakan berada di dekat tebing yang curam.
Walaupun
berbahaya, namun Mina Sulastri sudah beberapa kali melewati jalan ini dengan
alasan efisiensi waktu. Lagipula Mina Sulastri merupakan anak yang cekatan dan
teliti, ia tahu betul bagian mana dari gunung ini yang tidak boleh dilewati dan
mana yang boleh.
Baru setengah
jalan, Mina Sulastri mendengar suara-suara aneh, suara tersebut seperti desahan
dan pekikan-pekikan kecil. Karena penasaran, Mina Sulastri, yang memiliki rasa
ingin tahu lebih besar dari siapapun, memutuskan untuk menelusuri asal suara
itu. Pelan-pelan ia memusatkan perhatiannya ke pendengarannya yang lebih tajam
dari manusia biasa, mungkin karena salah satu inderanya tidak berfungsi
sehingga indera yang lain menjadi lebih kuat.
Mina Sulastri
akhirnya tiba ke asal suara tersebut, pelan-pelan ia berjalan diantara
semak-semak dan tiba disebuah tempat terbuka. Betapa terkejutnya ia melihat
sepasang pria dan wanita saling berpelukan tanpa sehelai benangpun diantara
mereka, namun keterkejutannya semakin besar ketika ia mengenali kedua orang
tersebut, Pangeran Rio dan Vira Aura!
“Siapa itu!?”
Seru Vira Aura yang merasakan ada seseorang melihat hubungan terlarang mereka,
dengan tajam matanya mengarah ke arah Mina Sulastri yang berada di balik
semak-semak, “Mina!?”
Mina Sulastri
yang kaget karena ketahuan langsung berlari kabur. Ia tahu kalau ia telah
melihat sesuatu yang sangat berbahaya, tanpa pikir panjang ia berlari dan terus
berlari menuju paviliun Awan Biru.
‘Disana aku
pasti selamat!’ Pikir Mina Sulastri sungguh-sungguh.
Namun harapan
Mina Sulastri hanyalah harapan semu, baru 15 menitan ia berlari, dua bayangan
hitam dari belakang telah berhasil mengejar dia dengan ilmu meringankan
tubuhnya. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa, seperti Mina, dapat
melarikan diri dari para pendekar silat semacam Pangeran Rio dan Vira Aura.
“Dasar pelayan
tidak tahu diri!” Tanpa pikir panjang Pangeran Rio langsung mengumpulkan energi
Qi ke dalam tapaknya dan menghantamkan energi itu ke Mina hingga ia terpental
beberapa meter dan muntah darah.
Mina Sulastri
mengeluarkan suara-suara kesakitan, ia mengerti kenapa kedua orang ini ingin
membunuh dirinya, bagaimanapun skandal hubungan mereka sangatlah berbahaya.
‘Kenapa?’ Tanya
Mina Sulastri tidak terima, ‘Kenapa hidupku begitu mengenaskan?’
Dunia memang
tidak pernah adil untuk Mina Sulastri. Ia dilahirkan tanpa mengenal kedua
orangtuanya, ia cacat dan tidak berbakat dalam berlatih ilmu silat. Walaupun
begitu ia selalu tersenyum, berusaha menghadapi beratnya hidup dengan tawa.
Terkadang ia tidak mengerti kenapa orang-orang begitu jahat kepada dirinya,
apakah karena dirinya cacat? Dia tidak pernah mengerti apapun hingga ia bertemu
dengan Awan Biru.
Awan Biru
bagaikan dewa penyelamat bagi Mina Sulastri, ia begitu baik dan ramah, ia
mengajari Mina Sulastri membaca dan menulis, yang terpenting, Awan Biru
memperlakukan Mina sebagai seorang manusia. Setiap detik yang dilalui Mina
Sulastri bersama Awan Biru merupakan waktu yang penting dan sangat berharga
bagi dirinya. Namun, sepertinya dewa tidak menginginkan dirinya mengalami
kebahagian. Baru 2 tahun ia merasakan menjadi seorang manusia yang utuh, kini
dirinya kembali mengalami musibah.
“Matilah kau!”
Seru Vira Aura dingin dan menghantam tubuh Mina Sulastri hingga ia terlempar ke
dasar jurang.
“Jatuh dari
ketinggian seperti ini, dia pasti sudah mati!” Ujar Pangeran Rio sambil
menghela napas lega, tidak kebayang jika bocah itu berhasil lolos dan
memberitahukan skandal dirinya dan Vira Aura ke semua orang.
Vira Aura
mengangguk setuju dengan pendapat Pangeran Rio, “Namun demikian bukan berarti
masalah sudah selesai. Pelayan perempuan itu merupakan pelayan pribadi Awan Biru,
kuharap Pangeran Rio tidak salah langkah dalam menyelesaikan masalah ini.
bagaimanapun juga, kita tidak bisa melawan Kuil Nimia!”
“Aku tidak
mengerti mengenai ketakutan semua orang terhadap Kuil Nimia,” Ujar Pangeran Rio
sambil menggelengkan kepala, “Tapi aku bukan orang bodoh yang tidak bisa
membedakan mana orang yang bisa kuhajar dan mana yang tidak!”
Seusai berkata
seperti itu Pangeran Rio dan Vira Aura langsung pergi pulang ke arah yang
berbeda, mereka sudah tidak ada selera untuk melanjutkan permainan mereka.
Pertaruhannya saat ini terlalu besar!
Beberapa saat
kemudian, setelah Pangeran Rio dan Vira Aura pergi dari hutan tersebut, dari
dalam jurang munculah sesosok tubuh penuh luka yang berhasil selamat dari
bahaya. Dengan penuh keinginan untuk hidup,Mina Sulastri memanjat tebih
tersebut dengan kedua tangannya, perlahan namun pasti ia menaiki semeter demi
semeter hingga akhirnya tiba diatas tebing. walaupun begitu, tubuh Mina
Sulastri penuh dengan luka baik itu luka luar maupun luka dalam akibat serangan
keji Pangeran Rio dan Vira Aura.
‘Aku harus
hidup,’ pikir Mina Sulastri terus menerus, ia tidak tahu bagaimana dirinya
dapat bertahan hingga sekarang, ‘Abang Awan Biru!’
Sementara itu,
dalam paviliun tamu, Awan Biru tengah mencari pelayan kesayangannya itu.
“Sungguh
mengherankan,” Ujar Awan Biru, “Tidak biasanya anak itu pergi hingga selarut
ini!”
Awan Biru
memanggil para pelayan lainnya dan membentuk beberapa tim untuk mencari ke
tempat-tempat biasanya Mina Sulastri berada, namun kabar yang ia tunggu tidak
juga ia dapatkan. Satu persatu tim pencari tidak dapat menemukan Mina Sulastri.
“Pasti ada
masalah!” Ujar Awan Biru yakin, “Perasaanku sungguh tidak tenang! Cepat kabari
Ketua Yori, katakan kalau pelayan utamaku menghilang dan aku meminta bantuannya
untuk mengerahkan semua tenaga untuk mencarinya. Tambahkan juga, aku akan
memberikan 5 Pil Penenang Jiwa bagi siapapun yang menemukan Mina Sulastri!”
“Baik, Tuan,”
Ujar kepala pelayan.
Malam itu
mendadak situasi Kuil Hati Kudus menjadi sangat ramai, ratusan murid bertebaran
kesegala arah dengan menggunakan lentera-lentera. Walaupun hari semakin malam
dan dingin, namun tidak ada seorangpun diantara mereka yang kesal, yang ada
mereka bersemangat dan mencari Mina Sulastri dengan sungguh-sungguh. Sepertinya
5 Pil penenang jiwa merupakan imbalan yang luar biasa besar bagi mereka!
Di dalam
Paviliun Utama, Awan Biru mondar mandir di hadapan Ketua Yori, jelas kalau dia
sangat khawatir terhadap keadaan pelayannya itu. Melihat hal tersebut mau tidak
mau membuat Ketua Yori menghela napas dan menggelengkan kepala.
“Awan Biru,
tenanglah,” Ujar Ketua Yori, “Tim pencari sudah dikerahkan dan pesan-pesan
rahasia ke semua perguruan di pegunungan 10 jari telah dikirim, selama ia masih
berada di daerah ini tentu kita akan menemukannya!”
Awan Biru
mengangguk, ia setuju dengan pendapat Ketua Yori namun ketakutan yang ia miliki
tidak dimiliki oleh Ketua Yori. Bagi Ketua Yori, Mina Sulastri hanyalah bocah
pelayan gagu yang dapat dicari gantinya, namun bagi Awan Biru, Mina Sulastri
adalah adik angkatnya!
“Mina tidak
mampu belajar ilmu silat,” ujar Awan Biru, “Jangankan keluar dari gunung ini,
keluar dari komplek perguruan saja sudah susah bagi dirinya. Dengan dirinya
menghilang seperti ini, aku khawatir ia mengalami masalah yang sangat besar!”
Ketua Yori
terdiam, bagaimanapun juga pendapat Awan Biru adalah benar. Walaupun sangat
jarang, namun seorang pelayan yang tidak memiliki kemampuan ilmu silat,
meninggal dunia secara misterius di dalam hutan bukanlah hal yang baru.
Waktu terasa
berlalu sangat lama bagi Awan Biru, dan tidak terasa fajar mulai menyingsing
namun tidak ada satupun kabar mengenai Mina Sulastri. Hal ini benar-benar
mengkhawatirkan dan membuat Awan Biru tidak napsu makan. Ketika hari menjelang
siang, barulah sekelompok murid utama Kuil Hati Kudus bergegas masuk ke dalam
paviliun utama sambil membawa sesosok jenazah perempuan.
Jenazah itu
dibungkus dengan kain putih halus dan diperlakukan dengan penuh hormat oleh
para murid tersebut. Mereka meletakkan jenazah itu dengan penuh kehati-hatian
di hadapan Awan Biru dan Ketua Yori.
“I..Ini..” Seru
Awan Biru dengan suara tercekak.
“Maafkan kami,”
Ujar Vira Aura nelangsa, suaranya benar-benar lirih seakan ia juga merasakan
penderitaan yang sama dengan Awan Biru, “Namun kami terlambat! Ketika kami
menemukannya, ia sudah tidak lagi bernyawa..”
“Ti.. Tidak,
tidak mungkin!” Seru Awan Biru, dengan terburu-buru ia mendekati jenazah
tersebut dan, dengan tangan gemetar, ia menarik kain pembungkus itu perlahan.
Ia mengenali wajah bocah tersebut, wajah yang keras dan tahan banting, wajah
yang menggambarkan penderitaan namun memberikan pengharapan, wajah yang selalu
tersenyum memberikan penghiburan dalam setiap kesulitannya. Wajah Mina
Sulastri, “TIDAK!!!!”
Awan Biru
meraung sambil menangis menjadi-jadi setelah melihat jenazah di hadapannya
adalah benar jenazah Mina Sulastri, bocah pelayan yang sudah ia anggap adiknya
sendiri. Di sebelah Awan Biru, Vira Sulastri juga menguraikan air mata dan isak
tangis, tangannya menyentuh pundak Awan Biru dengan sangat lembut, tanda
bersimpati.
“A..Aku tahu
betul bagaimana perasaanmu,” Katanya pelan terisak, “Aku ikut berduka cita”
Awan Biru
mengangguk mendengar ucapan duka cita dari Vira Aura. Ia memang tidak pernah
menyukai Vira Aura namun dalam situasi ini dia berterima kasih, terlebih Vira
Aura dan timnyalah yang menemukan Jenazah Mina Sulastri.
“Dimana kau
menemukannya?” Tanya Ketua Yori serius.
Jika Mina
Sulastri adalah pelayan biasa tentu Ketua Yori akan menugaskan seorang tetua
menyelidikinya dan tidak akan memperpanjang masalah. Namun, pelayan ini
merupakan pelayan kesayangan Awan Biru, mau tidak mau Ketua Yori harus
memperhatikan permasalahan ini dengan sangat serius dan berhati-hati, ia tidak
ingin hubungan Kuil Nimia dan Kuil Hati Kudus menjadi berantakan karena seorang
pelayan gagu!
‘Awan Biru ini
sungguh merepotkan!’ Gerutu Ketua Yori didalam hati, ‘Dari sekian banyak wanita
cantik di Kuil Hati Kudus, ia justru memilih seorang pelayan buruk rupa dan
gagu sebagai pelayan kesayangannya? Huh! Tenangkan dirimu, Yori. Permasalahan
ini harus kita selesaikan dengan kepada dingin. Kuil Hati Kudus masih
membutuhkan Kuil Nimia!’
“Lapor, Ketua,”
Ujar Vira Aura setelah menenangkan isak tangisnya, “Awalnya kami tengah mencari
di jalan-jalan utama di dalam hutan. Ketua tahu sendiri bagaimana besar dan
luasnya hutan di gunung ini, dan bagaimana hutan itu berhubungan dengan jurang
dan tebing yang terjal disana sini. Setelah kami mencari beberapa kali dan
tidak berhasil menemukan Mina Sulastri, akhirnya kami memutuskan untuk
membentuk beberapa tim kecil dan berpencar guna mencarinya di jalan-jalan
tikus. Dan, benar saja, beberapa jam kami mencari akhirnya kami menemukan
jenazah.. hiks.. maaf, ketua. Akhirnya, kami menemukan jenazah Mina Sulastri di
pinggir jurang.”
“Apakah kau
sudah menyelidiki penyebab meninggalnya?” Tanya Tetua pertama.
Vira Aura
menoleh ke seorang temannya yang juga menemukan Mina Sulastri dan memberikan
kode agar dia menjawab pertanyaan tersebut.
“Lapor Ketua,
Tetua,” Ujar wanita itu penuh hormat, “Dari penyelidikan sementara kami,
sepertinya nona Mina Sulastri salah jalan dan terjatuh kedalam jurang. Walaupun
ia berhasil menghentikan jatuhnya dan, entah bagaimana caranya, berhasil
memanjat dengan kedua tangannya, namun pada akhirnya ia meninggal dunia karena
kehabisan tenaga.”
“Kedua tangannya
hancur, Ketua, Tetua,” Sambung Vira Aura tidak tega, “Dari situ saja kita bisa
melihat betapa dashyatnya semangat anak ini untuk hidup. Kurasa ia menghentikan
laju jatuh tubuhnya dengan tangan itu dan memanjat tanpa menghiraukan lukanya”
Awan Biru
melihat kedua tangan Mina Sulastri dan mengangkatnya. Apa yang dikatakan kedua
wanita itu benar, tangan Mina Sulastri telah hancur tersayat disana sini,
walaupun lukanya telah dibersihkan namun masih jelas terlihat daging-daging,
bahkan tulang, di sekujur tangan tersebut. Beberapa jarinya bahkan mengarah ke
arah yang salah.
Awan Biru
terdiam melihat bagaimana adiknya ini menderita sebelum meninggal, tanpa sadar
ia membelai kepala Mina Sulastri penuh sayang.
‘Eh,’ Pikir Awan
Biru heran, ‘Kenapa mata Mina penuh dendam?’
Awan Biru
merupakan orang yang sangat peka dengan tatapan mata seseorang. Sejak dia
diselamatkan oleh Kuil Nimia dan diperlakukan dengan penuh kehormatan, ia
menjadi sensitif dengan pandangan mata orang lain. Terlebih dengan
keterbatasannya berlatih ilmu silat. Mata yang memandangnya hina, mata yang
memandangnya kasihan, mata yang menyayanginya dan mata yang membenci dirinya
serta iri. Perlahan tapi pasti, Awan Biru menjadi mahir dalam membaca mata
seseorang, tidak seratus persen tepat namun instingnya jarang salah.
“Buka
pakaiannya!” Perintah Awan Biru.
Slots of Vegas – Mobile, Live Casino, and More - Gold
ReplyDeletePlay over 2000 of the hottest カジノ シークレット online slots at Gold Casino, including popular slots starvegad such as Buffalo King leovegas and Divine Fortune. Register with us and claim your bonus!