Wednesday, August 16, 2017

BAB 11 – TAHAP KEEMPAT

Hari itu juga, telegram-telegram rahasia (Semacam kode rahasia yang dikirimkan dari jarak jauh dengan menggunakan rune-rune) telah dikirimkan oleh Kuil Hati Kudus kepada semua perguruan aliansi mereka, termasuk Kuil Nimia, pelindung utama Kuil Hati Kudus.

Sementara itu, di dalam Paviliun Klan Biru, Risa Biru tengah berlatih ilmu silat dengan menempel di kain tidur (Kain lembut yang digantung di sisi tembok, biasa digunakan untuk tidur seluruh keturunan Klan Biru). 2 tahun ini Risa Biru terus mempelajari mengenai kain tidur yang digunakan keluarga suaminya itu dan ilmu silat miliknya mengalami peningkatan yang sangat drastis, bahkan membuatnya menembus tingkatan Inti Energi menengah.

“Mungkin karena ilmu silat Hati Kudus terinspirasi dari ilmu silat Klan Biru sehingga kekuatanku dapatmeningkat dengan cepat,” Gumam Risa Biru menganalisa.

Selagi Risa Biru asik berlatih, seorang wanita cantik berusia sekitar 26an tahunan masuk keruangannya. Wanita tersebut tampak panik dan terengah-engah, jelas dia kemari dengan terburu-buru.

“Kakak pertama, ada apa?” Tanya Risa Biru melesat meninggalkan kain tidurnya dan mendarat dihadapan wanita cantik tersebut dengan sangat anggun.

“Ada masalah besar, adik kelima!” Seru wanita yang disebut kakak pertama, “Perguruan dalam bahaya, guru diracun orang!”

“Apa!?” Seru Risa Biru tidak percaya, namun belum sempat ia bertanya mulutnya telah dibungkam oleh tangan kakak pertama.

“Diamlah dulu,” Ujar kakak pertama menoleh ke kanan dan kekiri, memastikan tidak ada orang disekitar mereka, “Masalah guru diracun orang hanya diketahui oleh murid-murid perguruan kita, tidak boleh disebar!”

Risa Biru mengangguk cepat, “Kakak, tolong ceritakan secara jelas apa yang sebenarnya terjadi?”

“Soal itu aku juga kurang tahu, adik,” Jawab Kakak Pertama sambil menggelengkan kepala, “Beberapa saat yang lalu, Perguruan Hati Kudus mengirimkan 2 telegram rahasia, 1 untuk kita dan 1 untuk Kuil Nimia, namun keduanya mempunyai isi yang sama, Kuil Hati Kudus dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan segera. Hanya saja, telegram untuk kita terdapat kalimat tambahan yang berbunyi ‘Ketua Yori diracun, semua murid utama diharapkan kembali!’”

“G..Guru.. Kita harus kembali sekarang juga!” Ujar Risa Biru khawatir.

Kakak pertama mengangguk setuju, “Semua murid sedang mempersiapkan diri untuk kembali,” Ujarnya, “Kita akan pergi bersama para pendekar Kuil Nimia sebentar lagi!”

“Kuil Nimia juga berangkat secepat ini?” Seru Risa Biru heran, bagaimanapun saat ini masih tengah malam.

“Tentu saja mereka akan bergerak secepat mungkin,” Ujar kakak pertama, “Kau lupa kalau suamimu masih berada di kuil hati kudus?”

“Astaga, Awan Biru!” Seru Risa Biru panik, ia buru-buru mengambil pedangnya dan berlari keluar, “Ayo cepat, kakak! Kita tidak punya banyak waktu!”

Risa Biru menjadi semakin panik ketika menyadari kalau suaminya juga dalam bahaya.

1 jam kemudian pasukan Kuil Nimia telah siap, jumlahnya tidak main-main, 200 biksu dengan kekuatan terendah berada di tingkatan Kulminasi Energi puncak! 200 pasukan itu dipimpin oleh 2 Tetua Utama, Tetua keempat dan Tetua Kelima, yang secara tidak langsung menyatakan betapa dashyatnya Kuil Nimia merespon panggilan Kuil Hati Kudus.


Pada saat yang bersamaan, di Kuil Hati Kudus, Windi Aura yang menutup identitasnya dengan menggunakan topeng dan jubah hitam, menerobos masuk Paviliun Pangeran keenam dan merobohkan para pengawal kerajaan. Kekuatannya begitu absolut hingga membuat Pangeran Keenam ketakutan dan memohon ampun.

“Jangan khawatir,” Ujar Windi Aura memandang hina laki-laki yang berlutut ketakutan di hadapannya, di dalam hatinya ia meyesalkan sikap Vira Aura yang memilih laki-laki lemah ini, “Aku tidak berniat membunuhmu. Aku kemari untuk memberi perintah kepadamu!”

“Perintah?” Tanya Pangeran Rio kebingungan.

“Aku tahu kalau kau yang membunuh pelayan kesayangan Awan Biru,” Ujar Windi Aura, “Aku tahu kalau kau juga mempunyai hubungan gelap dengan Vira Aura, aku tahu semuanya.”

“Si, Siapa kau sebenarnya?”

“Jangan memotongku!” Seru Windi Aura sambil menendang wajah Pangeran Rio hingga hidungnya patah.

“Uh, Maafkan aku,” Jawab Pangeran Rio memegangi wajahnya kesakitan.

Windi Aura memandang Pangeran Rio dari balik topengnya dengan tatapan kebencian, ia membenci pria playboy ini lebih daripada Awan Biru. Windi Aura berpikir kalau penyebab semua masalah ini adalah Pangeran Keenam dihadapannya ini, jika saja dia mampu mengendalikan selangkangannya!

“Perintahku hanya satu, bunuh Awan Biru jika kau masih mau hidup di dunia ini!” Ujar Windi Aura, “Aku hanya memberimu waktu selama 2 hari, jika bocah itu masih hidup maka kaulah yang akan mati ditanganku!”

“Membunuh Awan Biru?” Ujar Pangeran Rio tertarik,ia membenci Awan Biru dan dengan sifatnya, ia memang ingin sekali membunuh bocah tersebut apapun resikonya, “Tapi, penjagaan Awan Biru begitu ketat,bagaimana mungkin aku bisa membunuhnya?”

Semenjak upaya pembunuhan Ketua Yori dengan racun, penjagaan seluruh wilayah Hati Kudus diperketat, termasuk penjagaan Awan Biru yang merupakan tamu agung mereka.

“Soal itu kau tidak perlu takut,” Windi Aura melemparkan sebuah buku kecil kepada Pangeran Rio, buku tersebut berisi kode-kode yang sulit dimengerti orang biasa, “Jika kau menyerahkan beberapa lembar kertas dalam buku tersebut dan mengirimkannya kepada Awan Biru, ia pasti mau bertemu denganmu seorang diri. Kurasa kau tidak akan kalah jika bertarung dengan Awan Biru,kan?”

“Tentu saja!” Ujar Pangeran Rio yakin, “Tapi, bagaimana jika ia tidak mau bertemu denganku?”

“Hah, bocah itu merasa dirinya paling pintar,” Ujar Windi Aura serius, “Mendapatkan perlindungan dari Kuil Nimia dan Ketua Hati Kudus, ia merasa kalau dirinya aman ditempat ini. Kau tidak perlu khawatir ia tidak akan datang, karena dengan lagaknya seperti seorang pahlawan muda, ia pasti akan datang. Yang penting kau jangan sampai kalah dengannya!”

“Aku tidak akan kalah!” tegas Pangeran Rio untuk kedua kalinya.

“Huh,kuharap kau benar-benar tidak kalah!”

Seusai berkata seperti itu, Windi Aura menghilang dari hadapan Pangeran Rio bagaikan sebuah asap, meninggalkan Pangeran Rio seorang diri dikamarnya.

“Awan Biru, lagi-lagi Awan Biru!” Seru Pangeran Rio kesal, sudah beberapa kali ia direndahkan dan tidak dianggap cuman gara-gara bocah sialan tersebut, “Membunuh Awan Biru, kurasa itu tidak akan menjadi masalah selama aku melakukannya dengan kehati-hatian!”


Awan Biru turun dari kain tidurnya, walaupun begitu, sebenarnya ia sama sekali tidak bisa tidur beberapa hari terakhir ini. Kematian Mina Sulastri, kebakaran Rumah duka dan menghilangnya kedua pengawal pribadinya membuat kepalanya seakan mau pecah. Seakan belum selesai, semua hal ini diperparah dengan keputusan Ketua Yori untuk menutup diri!

“Semuanya masih misterius,” Ujar Awan Biru, bagaimanapun informasi yang ia dapatkan sungguh sangat sedikit, “Apa yang sebenarnya sedang terjadi?”

Baru saja dia melangkahkan kakinya keluar rumah, Awan Biru melihat sebuah kertas yang ditancapkan dengan paku di pintu rumahnya. Sepertinya kertas ini baru saja ditancapkan karena tidak ada satupun pelayan yang melihat dan beberapa waktu yang lalu kertas ini tidak ada. Awan Biru mengambil kertas tersebut dan mulai membacanya.

“I..ini!” Awan Biru mengenali tulisan dan kode-kode rahasia di kertas tersebut, “Kertas ini milik paman hitam!”

Awan Biru lalu membalikkan kertas tersebut dan terdapat sebuah kalimat, “Datanglah ke hutan pinggir jurang seorang diri, sekarang juga! maka aku akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!”

“Hutan pinggir jurang?” Seru Awan Biru berpikir, “Itu tempat Mina terjatuh. Uhh,”

Tanpa membuang waktu Awan Biru berlari meninggalkan paviliunnya menuju tempat yang tertera di kertas itu seorang diri. Setibanya disana, Awan Biru tidak menemukan seorangpun, hingga akhirnya ia kehabisan kesabaran dan berteriak.

“Siapa yang memanggilku?” Ujarnya, “Keluarlah sekarang juga!”

 Tidak ada jawaban. Sebenarnya siapa yang mengirimkan surat kepada dirinya?

Awan Biru menunggu sekitar 10 menit sebelum suara tawa terdengar dari dalam hutan.

“Siapa kau?” Tanya Awan Biru memperhatikan sesosok bayangan hitam, namun tidak berapa lama sosok tersebut mulai menampilkan wajah orang yang dia kenal, “Pangeran Rio?”

“Kita bertemu lagi, Tuan Muda Biru,” Ujar Pangeran Rio menampilkan senyum mengejek.

Kening Awan Biru mengerut melihat tingkah laku Pangeran Rio, “Kaukah yang menempelkan surat ini di pintu paviliunku?”

Pangeran Biru melihat selembar kertas di tangan kanan Awan Biru dan menjawab, “Ya, aku yang menempelkannya”

“Darimana kau dapatkan kertas ini?” Tanya Awan Biru buru-buru, “Sebenarnya apa yang sedang terjadi di Kuil ini?”

Pangeran Rio tidak menjawab, ia hanya menampilkan senyum sambil berjalan mendekati Awan Biru. Untuk membunuh Awan Biru sebenarnya mudah, namun lebih baik jika pembunuhan itu dilakukan secara hati-hati tanpa menggunakan ilmu silat Kerajaan Hilram.

Melihat Pangeran Rio berjalan mendekat, Awan Biru langsung mengambil sikap defensif. Ia melompat beberapa langkah kebelakang dan secara sadar menempatkan punggungnya ke arah yang memudahkan ia untuk berlari.

“Kenapa?” Tanya Pangeran Rio licik, “Aku hanya ingin mendekat agar komunikasi kita lancar”

“Tidak perlu mendekat,” Ujar Awan Biru dingin, ia sadar betul kelemahan ilmu silatnya, “Kau bisa berbicara dari sana”

Pangeran Rio tidak memperdulikan peringatan Awan Biru, ia terus melangkah mendekat dan perlahan, tanpa malu-malu, memperlihatkan napsu membunuhnya.

Melihat situasi itu, Awan Biru langsung mengeluarkan sebuah bom asap berbentuk bola dari cincin penyimpanannya dan bergerak kabur.

“Ini benar-benar jebakan!” Ujar Awan Biru yang menyadari kalau dirinya terlalu naif.

Awan Biru mulai berlari menghindari Pangeran Rio, namun ia salah memperhitungkan kekuatan sejati Pangeran Rio tersebut. Baru 10 langkah ia berlari, Pangeran Rio langsung berada di hadapannya dan mendaratkan dua tapak penuh tenaga dalam. Kekuatan tapak itu begitu kuat hingga Awan Biru terpental jauh hingga ke dalam jurang.

“K..Kau..” Seru Awan Biru melotot tidak percaya, dari sudut matanya ia melihat beberapa sosok bayangan melesat dari kejauhan, berteriak seperti orang gila dan mendekati dirinya dan Pangeran Rio dengan kecepatan mengerikan. Namun, Awan Biru sudah tidak lagi menyadari apapun, pandangannya gelap dan ia mulai kehilangan kesadaran.


Ketua Yori Aura tengah mengurung diri untuk memulihkan racun yang masuk kedalam tubuhnya, namun disaat ia tengah bersemedi, ia merasakan sebuah aura kuat yang muncul secara terang-terangan di tengah Kuil Hati Kudus. Jelas pemilik aura tersebut berniat menantang dirinya.

“Kaukah yang berada di balik semua kejadian ini?” Ujar Yori Aura penuh kebencian.

Kematian pelayan Awan Biru, kebakaran di rumah duka dan dirinya yang terkena racun. 3 hal itu membuat Yori Aura yakin kalau ada pihak yang sengaja ingin menghancurkan Kuil Hati Kudus. Walaupun ia belum tahu motifnya namun ia mengirimkan berita ke seluruh aliansi Kuil Hati Kudus dan meminta bantuan mereka semata-mata untuk memancing agar pelakunya keluar. Ya, pelakunya memang keluar seperti prediksi Yori Aura. Namun, yang Yori Aura tidak pernah menyangka, kalau segala tindakannya ternyata telah sesuai dengan perkiraan sang pelaku.

“Saat ini kekuatanku memang berkurang jauh,” Ujar Yori Aura memeriksa Qi yang ia miliki hanya tersisa 60% saja, “Tapi, bukan berarti kau bisa berbuat seenaknya!”

Yori Aura mengirimkan pesan melalui telepati kepada seluruh Tetua dan melesat keluar mengejar pemilik asal Aura tersebut. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, Ketua Yori Aura dan para Tetua lainnya, melesat menuju ke dalam hutan mendekati asal Aura yang mendadak lenyap!

“Aneh sekali,” Ujar Yori Aura kepada seorang tetua, “Kenapa Aura sekuat ini bisa lenyap sedemikian mudah? Ilmu apa yang sebenarnya ia gunakan?”

Yori Aura dan Para Tetua lalu berhenti dan menggunakan semua inderanya untuk memeriksa seluruh hutan. Tidak beberapa lama, seorang tetua mengeluarkan seruan kaget dan langsung memberi tahu Ketua Yori.

“Ketua, coba kau lihat itu!” Seru Tetua itu panik.

Ketua Yori dan para tetua lainnya melihat arah yang ditunjuk, tampak seorang pria tengah dikejar oleh seorang lainnya.

Kedua pria itu tampak familiar, pikir Ketua Yori, “Itu Awan Biru dan Pangeran Rio!”

Yang terjadi kemudian berada diluar kendali Ketua Yori. Pangeran Rio menggunakan seluruh kekuatannya menghantam Awan Biru hingga ia terjatuh ke dalam jurang. Melihat hal tersebut, Ketua Yori dan para Tetua lainnya, langsung melesat sambil berteriak kesetanan. Bagaimanapun Awan Biru harus selamat!

“Bajingan, apa yang sudah kau lakukan!” Teriak Ketua Yori marah.

Mendengar hardikan Ketua Yori dari kejauhan membuat Pangeran Rio menjadi panik. Ia tidak pernah menyangka kalau dirinya akan ketahuan sedemikian cepat! Mau tidak mau ia menjadi ketakutan dan tidak tahu harus melakukan apa.

Sedetik kemudian Ketua Yori telah tiba di hadapan Pangeran Rio dan sambil menghardik, ia menggunakan jurus tapaknya untuk menghantam Pangeran Rio. Tentu saja tujuannya bukan untuk membunuh namun untuk melumpuhkan, bagaimanapun masih banyak hal-hal misterius yang belum bisa dijelaskan dan Ketua Yori membutuhkan saksi maupun pelaku sebagai pertanggungjawaban ke Kuil Nimia.

“A..Ampun!” Seru Pangeran Rio ketakutan.

Belum sempat tapak Ketua Yori menghantam kepala Pangeran Rio, sebuah tangan menghentikannya dan berhasil menyelamatkan Pangeran Rio dari hantaman Ketua Yori. Melihat hal tersebut ketua Yori mengerutkan keningnya.

“Kau pemilik aura yang memanggilku!” Ujar Ketua Yori yakin, ia memperhatikan dengan sungguh-sungguh sesosok wanita yang memakai cadar hitam agar tidak dikenali, “Siapa kau sebenarnya dan rencana busuk apa yang sedang kalian mainkan?”

“Kau tidak perlu tahu soal itu!” Ujar Windi Aura yang telah mengubah suaranya.

Rombongan para Tetua telah tiba dibelakang Ketua Yori. Dengan cepat Ketua Yori memerintahkan setengah dari mereka untuk turun kedalam jurang dan mencari Awan Biru, sementara sisanya bertugas untuk menangkap Pangeran Rio dan wanita misterius ini.

“Kalian telah melakukan dosa besar,” Ujar Ketua Yori menahan amarah, “Walaupun kalian berhasil kabur dari tempat ini, tapi kalian tidak akan pernah bisa kabur dari Kuil Nimia!”

“Memangnya seberapa hebat kuil Nimia itu!” kata Windi Aura mengejek.

Sambil berkata seperti itu, Windi Aura mengangkat Pangeran Rio seperti sedang mengangkat kapas dan melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh.

“Cepat kejar mereka!” Perintah Yori Aura.

Para Tetua menurut dan melesat mengikuti Yori Aura, namun mereka tidak pernah menyangka kalau wanita itu sangat sakti. Wanita itu melesat dengan demikian cepat padahal tengah menggendong Pangeran Rio dengan satu tangan, bukan itu saja, wanita itu juga mengeluarkan jurus-jurus sentilan yang membuah satu persatu tetua terjatuh. Bahkan Ketua Yori terpaksa menghentikan kejarannya untuk menghindari setilan tersebut.

“Sentilah jari sakti!” Ujar Ketua Yori Aura mengenali jurus wanita itu, “Sekte Jiwa Hitam!?”

“Ketua, kita kehilangan dia,” Ujar seorang Tetua menahan malu, “Sepertinya wanita itu berada dalam Tingkatan Inti kembar!”

Ketua Yori mengangguk, “Tidak salah lagi,” Katanya membenarkan, “Jika saja aku tidak terluka karena racun, mungkin aku bisa menang melawan wanita itu!”

“Ketua!” Seru seorang tetua yang baru saja menerima kabar melalui telepati.

“Ada apa?”


“Rombongan Kuil Nimia telah tiba!” seru tetua itu sambil menelan ludah.





No comments:

Post a Comment