Saturday, August 12, 2017

Bab 7 – Pangeran Keenam Kerajaan Hilram

Bab 7 – Pangeran Keenam Kerajaan Hilram

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, tanpa terasa Awan Biru telah berumur 15 tahun dan telah berada di Kuil Hati Kudus selama 2 tahun penuh. Awan Biru tumbuh menjadi pemuda tampan dan gagah yang disukai banyak wanita di Kuil Hati Kudus, namun Awan Biru bukanlah anak yang bodoh, ia tahu para wanita itu menyukai dia karena bekingan dibelakangnya, Kuil Nimia. Terlebih lagi, 2 tahun di Kuil Hati Kudus, Awan Biru baru 3 bulan kemarin berhasil menembus tingkat 4 Pembuka Energi, dalam dunia yang mementingkan kekuatan dibandingkan tampang, hal tersebut sangatlah memalukan.

Beruntung Awan Biru memiliki seorang istri yang sangat baik. setiap minggu Risa Biru mengirimkan 2 buah surat yang menceritakan keadaannya dan selalu memotivasi dirinya dalam berlatih. Dalam waktu 2 tahun terpisah ini cinta mereka justru semakin dalam.

“Setiap aku membaca surat darimu aku selalu memikirkan malam pernikahan kita, istriku,” Ujar Awan Biru sambil menghela napas dan melipat surat dari Risa sebelum memasukkannya ke dalam cincin dimensi, baginya surat-surat Risa inilah harta karun yang sebenarnya, “Apakah kamu akan malu memiliki suami tidak berguna sepertiku ini?”

Selagi Awan Biru mengasihi dirinya sendiri, dari pintu depan, terdengar suara ketukan pelan.

“Masuk,” Seru Awan Biru.

Pintu itu bergeser dan seorang bocah perempuan bertampang lusuh masuk dan menggerakan jari-jari kedua tangannya untuk membentuk suatu kode di depan wajahnya.

“Baiklah, aku kesana,” Ujar Awan Biru mengerti akan kode yang diberikan gadis pelayan tersebut, “Bagaimana keadaanmu hari ini, Mina?”

Di Kuil Hati Kudus, hanya sedikit orang yang diterima dan diakui Awan Biru sebagai teman dan pelayan dihadapannya ini merupakan satu dari sedikit orang tersebut. Awan Biru bertemu dengannya 2 tahun lalu, oleh Ketua Yori dia ditempatkan sebagai pembantu pelayan. Dia bisu dan tidak bisa ilmu silat sama sekali, namun demikian dia sangat ulet dan pekerja keras. Selama 2 tahun ini ia melayani Awan Biru dengan sungguh-sungguh, menyiapkan makanan, mencuci pakaian, merapihkan rumah, semua dilakukannya dengan sangat baik.

Awan Biru lalu mengangkat dia sebagai pelayan pribadinya dan mulai bertanya-tanya tentang kehidupan gadis bisu tersebut. Dengan bahasa isyarat, mereka saling bercakap-cakap dan semakin dekat, bahkan Awan Biru mulai menganggap bocah tersebut sebagai adiknya sendiri.

“Aku sudah pulih,” Jawab Mina dengan bahasa isyarat, 2 hari ini sebenarnya dia jatuh sakit dan tidak bisa bekerja, Awan Biru lalu memerintahkan para pelayan untuk menggantikan tugasnya dan memberikan dirinya obat-obatan pribadi milik Awan Biru sendiri.

Berbeda dengan semua orang yang ada di Kuil Hati Kudus, semua ramuan dan obat-obatan yang dimiliki Awan Biru merupakan kualitas nomor satu di dunia, diolah oleh alchemist terbaik dari Kuil nomor satu di dunia. Bagaimana mungkin seorang gadis pelayan bisu dapat perlakuan semewah ini.

Namun Awan Biru tidak peduli, ia sama sekali bukan orang yang perhitungan. Mana ia mengerti kalau tindakannya ini membuat iri para murid Kuil Hati Kudus yang akhirnya membenci Mina dan memberinya banyak kesusahan.

“Syukurlah kalau kau sudah sembuh,” Ujar Awan Biru senang sambil memberikan beberapa pil lagi kepada Mina, “Ini vitamin, kau harus meminumnya satu kali sehari untuk menambah tenagamu!”

“Terima kasih,” Mina mengangguk dan memberikan isyarat, “Sebaiknya kau pergi sekarang, walaupun statusmu jauh lebih tinggi namun tamu yang datang juga merupakan tamu agung.”

“Baiklah, baiklah,” Ujar Awan Biru, “Oia, aku mendapat kiriman buku baru dari Kuil Nimia, jika kau mau membacanya kau bisa mengambilnya diruanganku”

“Benarkah?” Mina senang, selama 2 tahun ini ia diajari membaca dan menulis oleh Awan Biru dan sekarang ia menjadi kutu buku.

“Aku tidak berbohong,” Ujar Awan Biru sambil tertawa kecil, “Ada 3 Buku mengenai tanaman langka, kaligrafi Selatan dan ilmu menghitung barat!”

“Baiklah, aku akan segera membacanya setelah selesai membersihkan ruangan ini.” Mina memberikan kode senang.


Awan Biru meninggalkan paviliunnya dan berjalan menuju paviliun utama, dimana di dalam dan diluar paviliun utama sudah ramai dengan umbul-umbul penyambutan. Awan Biru hanya mengangguk sopan ketika melihat seorang demi seorang memberi salam kepadanya sebelum akhirnya duduk di kursi kehormatan di panggung utama.

“Kukira kau tidak berniat hadir, Awan Biru,” Kata Ketua Yori.

“Ini merupakan acara penyambutan tamu terhormat,” Jawab Awan Biru, “Bagaimana mungkin aku tidak hadir, bisa-bisa dia akan memandang remeh Kuil Nimia”

Ketua Yori tertawa sopan mendengar ucapan Awan Biru, “Tidak ada orang di dunia ini yang tidak menghormati Kuil Nimia.”

Awan Biru hanya tersenyum mendengar ucapan tersebut dan mulai menyeruput teh panasnya. Tidak berapa lama, rombongan demi rombongan mulai tiba di Paviliun utama, total terdapat 5 kereta kuda yang mengangkut seorang tamu agung dan hadiah-hadiahnya. Rombongan tersebut memakai panji-panji bertuliskan Hilram dan setiap pakaiannya mempunyai logo Gagak Hitam berkaki tiga, simbol hewan suci kerajaan Hilram.

Seorang pria tampan berpakaian kerajaan dengan bordir emas dan tudung berwarna merah dengan simbol hewan suci berupa gagak hitam berkaki tiga di jubah belakangnya, keluar dari kereta kuda dengan diiringi 10 pendekar yang berjalan di sisi kanan dan kirinya. Ia tersenyum dan melangkahkan kakinya hingga berada di hadapan Ketua Yori.

“Rio Hilram, pangeran keenam dari kerajaan Hilram memberi hormat kepada Ketua,” Ucapan pria tersebut sopan dan tegas, gayanya yang elegan membuat kagum siapapun yang melihatnya, “Semoga Ketua Kuil Hati Kudus selalu sehat dan sejahtera!”

Ketua Yori tersenyum melihat sikap pemuda ini. walaupun demikian, ia hanya membalas hormat pemuda ini dari kursinya saja, perbedaan generasi dan status antara mereka sangatlah jelas tidak ada masalah dengan sikat Ketua Yori ini. kecuali Raja Hilram sendiri yang datang, barulah ia bangkit dan menyambutnya.

Pangeran Rio tercekak melihat sambutan Ketua Yori tidak sesuai dengan harapannya, ia, yang sejak kecil selalu dihormati dan bahkan dipuja, kecewa dengan hal ini. Tapi, Pangeran Rio merupakan kaum bangsawan yang sejak kecil dididik untuk tidak menunjukkan perasaannya, dengan cepat ia menutupi ketidak sukaannya dan menampilkan senyum yang lembut. Pandangannya kini beralih ke seorang pemuda yang duduk sejajar dengan Ketua Yori, hanya dialah seorang yang berjenis kelamin pria yang duduk di panggung utama tersebut, dengan cepat Pangeran Rio tahu siapa orang tersebut dan memberinya hormat.

“Salam, semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita,” Ujarnya memberikan hormat ala Kuil Nimia, “Bukankah adik ini yang bernama Awan Biru, murid agung dari Kuil Nimia?”

Awan Biru kaget, ia tidak menyangka akan disapa oleh Pangeran Rio, buru-buru ia berdiri dan memberikan membalas salam dari Pangeran Rio dengan sempurna sebelum menambahkan, “Betul sekali, aku yang bernama Awan Biru ini merupakan murid dari Kuil Nimia. Karena satu dan lain hal, aku berada di Kuil Hati Kudus untuk berlatih ilmu silat”

Pangeran Rio mengangguk, ia sudah lama mendengar tentang pemuda tidak berguna yang hanya bisa mengandalkan nama besar Kuil Nimia. Kini melihat pemuda itu langsung dengan kedua matanya membuat dirinya meremehkan Kuil Nimia.

‘Kuil Nimia telah hancur,’ Pikirnya, ‘Jika pemuda seperti ini saja merupakan murid agung, itu berarti Kuil Nimia tidak berbahaya lagi sekarang!’

Walaupun kisah antara Kuil Nimia dan Klan Biru telah tersebar luas ke seluruh dunia, namun bukan berarti semua orang menerimanya sebagai kenyataan. Banyak orang, khususnya anak-anak muda seperti Pangeran Rio ini, menganggapnya sebagai dongeng belaka dan percaya kalau Kuil Nimia tidaklah sehebat dalam cerita.

‘Kerajaan Hilram jauh lebih hebat!’

“Lalu, ada perlu ada Pangeran Rio ke tempat ini?” Tanya Ketua Yori yang sepertinya bisa menebak pikiran Pangeran keenam ini.

“Hamba datang kesini merupakan titah paduka Hilram langsung,” Katanya penuh kebanggaan, “Paduka Hilram baru saja naik tahta 3 bulan yang lalu dan ingin mempererat hubungan dengan Kuil Hati Kudus”

Pangeran keenam memberikan kode kepada para prajuritnya dan dengan cepat mereka mengeluarkan beberapa peti besar dari dalam kereta kuda. Total ada 20 Peti yang mereka susun di hadapan Ketua Yori, sungguh hadiah yang sangat besar.

“10 Peti pertama berisi batu permata dan intan,” Ujar Pangeran Rio, “7 Peti berisi berbagai tanaman obat yang langka dan 3 Peti berisi berbagai senjata dan berbagai koleksi buku mengenai sejarah dan ilmu pengetahuan. Hamba berharap Ketua Yori mau menerimanya!”

Melihat banyaknya hadiah tersebut mau tidak mau membuat Ketua Yori tersenyum cerah. Ia bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Pangeran Rio.

“Baiklah, aku akan menerima itikad baik Kerajaan Hilram,” Ujar Ketua Yori sungguh-sungguh, “Tolong sampaikan kepadanya ucapan terima kasihku dan Perguruan Kuil Hati Kudus akan mengirimkan utusan secara langsung untuk berterima kasih!”

“Hamba senang mendengar itu,” Ujar Pangeran Rio.

“Kalau begitu urusan kerajaan sudah selesai,” Kata Ketua Yori senang, “Sekarang kita bisa makan siang terlebih dahulu!”

Ketua Yori memberikan kode dan para murid Hati Kudus langsung masuk ke paviliun menyiapkan meja agung untuk Pangeran Rio dan rombongan, sebelum menyusun meja di tengah paviliun dan menyajikan berbagai makanan mewah.

“Silahkan,” Ujar Ketua Yori sopan kepada semua tamu.

Tentu saja, untuk tamu agung seperti Pangeran Rio, Awan Biru, ketua Yori dan para Tetua Utama, makanan mereka telah disediakan khusus sehingga mereka tidak perlu mengantri dengan tamu-tamu yang lain.

“Pangeran Rio akan berada disini untuk berapa lama?” Tanya Ketua Yori.

“Mungkin 2-3 hari,” Jawab Pangeran keenam, “Setelah itu aku akan langsung kembali ke kota raja.”

“Sungguh sangat disayangkan,” Kata Ketua Yori, “Seminggu dari sekarang kami akan mengadakan kompetisi internal, sebenarnya aku berharap Pangeran Rio dapat menyaksikan kompetisi tersebut”

“Kurasa aku bisa mengupayakan hal itu,” Kata Pangeran Rio tanpa masalah, “Kompetisi Internal Kuil Hati Kudus merupakan kompetisi yang sulit dicari tandingannya, dapat menontonnya secara langsung akan memberikanku pelajaran yang berharga dalam perkembangan ilmu silatku!”

Ketua Yori tertawa senang mendengar jawaban Pangeran Rio.

Sementara itu, Awan Biru hanya tersenyum mendengar percakapan antara Pangeran Rio dan Ketua Yori, buat dirinya hal tersebut tidak penting sehingga ia hanya berfokus menghabiskan makanan.

“Daging bebek ini enak sekali,” Gumamnya, “Kurasa aku harus membungkusnya dan memberikannya kepada Mina!”


Setelah jamuan makan selesai, dari pintu utama masuklah beberapa gadis cantik dengan membawa berbagai alat musik dan menggunakan baju tari. Para murid itu mengambil posisi yang rapi sebelum memulai memainkan alat musik dan menari sambil bernyanyi. Awan Biru mengenali seorang diantara mereka, Vira Aura, gadis tercantik di Kuil Hati Kudus setelah kepergian Risa Biru.

Walaupun dijuluki gadis tercantik, namun Awan Biru tidak menyukainya. Beberapa kali Vira Aura mendekatinya dan berusaha menggaet dirinya demi mendapatkan kemudahan-kemudahan dari Kuil Nimia, untungnya Mina berhasil memperingatkan dirinya akan sifat Vira Aura dan semenjak itu ia menjauh dari bisa wanita itu.

“Luar biasa!” Ujar Pangeran Rio terpesona, “Gadis ini cantik sekali, siapakah dia Ketua Yori? Apakah dia yang bernama Risa Aura?”

Ketua Yori mendelik melihat Pangeran Rio, ada perasaan tidak suka didalam pandangan matanya, namun karena Pangeran Rio telah merupakan utusan Kerajaan Hilram yang memberikan dia banyak hadiah, mau tidak mau Ketua Yori menjawab sopan, “Dia merupakan murid utama Kuil Hati Kudus, namanya Vira Aura!”

Ketua Yori membuat pertaruhan yang sangat penting didalam hidupnya, bersamaan dengan perginya Risa Biru menuju Kuil Nimia, ia juga menyertakan 9 Murid Utama lainnya untuk mendampingi Risa Biru dan menyamar sebagai pelayan, padahal mereka bertekad untuk mendapatkan berbagai keuntungan dari Kuil Nimia dengan memanfaatkan status Risa Biru. Akibatnya, Murid Utama Kuil Hati Kudus menjadi kosong dan mau tidak mau, Ketua Yori mengangkat murid-murid kualitas 2, seperti Vira Aura, menjadi Murid Utama.

Mendengar hal tersebut membuat Pangeran Rio terdiam, jika Vira Aura saja sudah secantik bidadari seperti apakah Risa Aura? Mau tidak mau Pangeran Rio menjadi penasaran dan bertanya, “Kalau boleh saya tahu, dimanakah Risa Aura sekarang berada?”

Ketua Yori menghela napas sebelum melirik Awan Biru, “Risa Aura sekarang telah bernama Risa Biru, ia telah menjadi istri dari Awan Biru.”

“Apa!” Ujar Pangeran Rio dengan suara keras tidak percaya, “Bukankah Awan Biru itu seorang biksu? Bagaimana mungkin seorang biksu menikah?”

Seruan Pangeran Rio membuat suasana jamuan menjadi terdiam, bahkan Awan Biru langsung menatap Pangeran Rio dengan pandangan tidak suka.

“Pangeran Rio, sopanlah sedikit!” Tegur Ketua Yori serius, ia tidak ingin hubungan Kuil Hati Kudus dan Kuil Nimia menjadi renggang hanya karena seorang pangeran dari negara kecil ini, “Minta maaflah kepada Tuan Awan Biru!”

“Ah,” Pangeran Rio kaget mendapat teguran dari Ketua Yori, bukankah wanita tua ini baru saja senang mendapatkan hadiah begitu banyak! Berani-beraninya ia menegur dirinya yang merupakan tamu agung.

Walaupun begitu, tetap saja Pangeran Rio dapat mengendalikan diri dan bangkit berdiri sambil memasang senyum, “Mohon maaf jika hamba tidak sopan,” Ujarnya kepada Awan Biru, “Hanya saja, berita ini mengejutkan hamba. Bukankah tuan Awan Biru ini adalah seorang biksu, bagaimana bisa seorang biksu menikah?”

Mendengar hal tersebut Ketua Yori mulai mengepalkan tangannya kesal.

“Hal itu bukan urusanmu,” Ujar Awan Biru ketus, “Kurasa aku tidak perlu melaporkan kepada siapapun mengenai apa yang boleh dan tidak boleh kulakukan, kan?”

“Tentu saja, tentu saja,” Ujar Pangeran Rio masih menampilkan senyum, “Hamba hanya penasaran saja. Tuan Awan Biru tidak boleh kesal dengan pertanyaan hamba ini, sebab pertanyaan hamba merupakan pertanyaan yang sangat wajar!”

“Ingin tahu masalah pribadi orang bukanlah hal yang wajar, Pangeran!” Kata Awan Biru dingin.

“Aih, Tuan Awan Biru ternyata begitu kaku,” Kata Pangeran Rio tertawa kecil, “Mohon pertanyaan hamba itu jangan dimasukkan ke dalam hati. Bagaimanapun kita baru bertemu, wajar kita bertanya mengenai hal ini dan mengenai hal itu. Sekarang Hamba sudah melihat bagaimana sifat Tuan Awan Biru dan di masa mendatang Hamba akan lebih menjaga mulut hamba agar tidak menyinggung perasaan tuan!”

“Baguslah kalau kau mengerti,” Ujar Awan Biru santai, tidak terpengaruh dengan ucapan manis Pangeran Rio.

Sementara itu, perasaan Pangeran Rio menjadi panas mendapatkan tanggapan tidak mengenakkan seperti ini oleh Awan Biru. Ia yang dari kecil selalu mendapatkan hormat, kini diperlakukan seperti sampah oleh seorang bocah berusia 15 tahunan? Sungguh tidak dapat diterima!

“Mohon maaf sekali lagi,” Ujar Pangeran Rio dingin sebelum kembali ke kursinya tanpa menunggu jawaban dari Awan Biru.

“Kurasa semua orang sudah lelah,” ujar Ketua Yori cepat, “Sebaiknya kita sudahi acara ini. Tetua kedelapan, kurasa kau bisa mengantarkan Pangeran Rio menuju paviliunnya untuk beristirahat!”

“Hamba siap menerima perintah, Ketua!”

“Awan Biru, kau juga beristirahatlah,” Ujarnya lembut, “Besok kau bisa datang untuk berlatih denganku!”

“Baik, guru!”

Awan Biru langsung bangkit meninggalkan Paviliun utama dengan membawa bungkusan berisi aneka makanan untuk Mina.








No comments:

Post a Comment