Bab 7 – Pangeran Keenam Kerajaan Hilram
Hari berganti
minggu, minggu berganti bulan, tanpa terasa Awan Biru telah berumur 15 tahun
dan telah berada di Kuil Hati Kudus selama 2 tahun penuh. Awan Biru tumbuh
menjadi pemuda tampan dan gagah yang disukai banyak wanita di Kuil Hati Kudus,
namun Awan Biru bukanlah anak yang bodoh, ia tahu para wanita itu menyukai dia
karena bekingan dibelakangnya, Kuil Nimia. Terlebih lagi, 2 tahun di Kuil Hati
Kudus, Awan Biru baru 3 bulan kemarin berhasil menembus tingkat 4 Pembuka
Energi, dalam dunia yang mementingkan kekuatan dibandingkan tampang, hal
tersebut sangatlah memalukan.
Beruntung Awan
Biru memiliki seorang istri yang sangat baik. setiap minggu Risa Biru
mengirimkan 2 buah surat yang menceritakan keadaannya dan selalu memotivasi
dirinya dalam berlatih. Dalam waktu 2 tahun terpisah ini cinta mereka justru
semakin dalam.
“Setiap aku
membaca surat darimu aku selalu memikirkan malam pernikahan kita, istriku,”
Ujar Awan Biru sambil menghela napas dan melipat surat dari Risa sebelum
memasukkannya ke dalam cincin dimensi, baginya surat-surat Risa inilah harta
karun yang sebenarnya, “Apakah kamu akan malu memiliki suami tidak berguna
sepertiku ini?”
Selagi Awan Biru
mengasihi dirinya sendiri, dari pintu depan, terdengar suara ketukan pelan.
“Masuk,” Seru
Awan Biru.
Pintu itu
bergeser dan seorang bocah perempuan bertampang lusuh masuk dan menggerakan
jari-jari kedua tangannya untuk membentuk suatu kode di depan wajahnya.
“Baiklah, aku
kesana,” Ujar Awan Biru mengerti akan kode yang diberikan gadis pelayan
tersebut, “Bagaimana keadaanmu hari ini, Mina?”
Di Kuil Hati
Kudus, hanya sedikit orang yang diterima dan diakui Awan Biru sebagai teman dan
pelayan dihadapannya ini merupakan satu dari sedikit orang tersebut. Awan Biru
bertemu dengannya 2 tahun lalu, oleh Ketua Yori dia ditempatkan sebagai
pembantu pelayan. Dia bisu dan tidak bisa ilmu silat sama sekali, namun
demikian dia sangat ulet dan pekerja keras. Selama 2 tahun ini ia melayani Awan
Biru dengan sungguh-sungguh, menyiapkan makanan, mencuci pakaian, merapihkan
rumah, semua dilakukannya dengan sangat baik.
Awan Biru lalu
mengangkat dia sebagai pelayan pribadinya dan mulai bertanya-tanya tentang
kehidupan gadis bisu tersebut. Dengan bahasa isyarat, mereka saling
bercakap-cakap dan semakin dekat, bahkan Awan Biru mulai menganggap bocah
tersebut sebagai adiknya sendiri.
“Aku sudah
pulih,” Jawab Mina dengan bahasa isyarat, 2 hari ini sebenarnya dia jatuh sakit
dan tidak bisa bekerja, Awan Biru lalu memerintahkan para pelayan untuk
menggantikan tugasnya dan memberikan dirinya obat-obatan pribadi milik Awan
Biru sendiri.
Berbeda dengan
semua orang yang ada di Kuil Hati Kudus, semua ramuan dan obat-obatan yang
dimiliki Awan Biru merupakan kualitas nomor satu di dunia, diolah oleh
alchemist terbaik dari Kuil nomor satu di dunia. Bagaimana mungkin seorang
gadis pelayan bisu dapat perlakuan semewah ini.
Namun Awan Biru
tidak peduli, ia sama sekali bukan orang yang perhitungan. Mana ia mengerti
kalau tindakannya ini membuat iri para murid Kuil Hati Kudus yang akhirnya
membenci Mina dan memberinya banyak kesusahan.
“Syukurlah kalau
kau sudah sembuh,” Ujar Awan Biru senang sambil memberikan beberapa pil lagi
kepada Mina, “Ini vitamin, kau harus meminumnya satu kali sehari untuk menambah
tenagamu!”
“Terima kasih,”
Mina mengangguk dan memberikan isyarat, “Sebaiknya kau pergi sekarang, walaupun
statusmu jauh lebih tinggi namun tamu yang datang juga merupakan tamu agung.”
“Baiklah,
baiklah,” Ujar Awan Biru, “Oia, aku mendapat kiriman buku baru dari Kuil Nimia,
jika kau mau membacanya kau bisa mengambilnya diruanganku”
“Benarkah?” Mina
senang, selama 2 tahun ini ia diajari membaca dan menulis oleh Awan Biru dan
sekarang ia menjadi kutu buku.
“Aku tidak
berbohong,” Ujar Awan Biru sambil tertawa kecil, “Ada 3 Buku mengenai tanaman
langka, kaligrafi Selatan dan ilmu menghitung barat!”
“Baiklah, aku
akan segera membacanya setelah selesai membersihkan ruangan ini.” Mina
memberikan kode senang.
Awan Biru
meninggalkan paviliunnya dan berjalan menuju paviliun utama, dimana di dalam
dan diluar paviliun utama sudah ramai dengan umbul-umbul penyambutan. Awan Biru
hanya mengangguk sopan ketika melihat seorang demi seorang memberi salam
kepadanya sebelum akhirnya duduk di kursi kehormatan di panggung utama.
“Kukira kau
tidak berniat hadir, Awan Biru,” Kata Ketua Yori.
“Ini merupakan
acara penyambutan tamu terhormat,” Jawab Awan Biru, “Bagaimana mungkin aku
tidak hadir, bisa-bisa dia akan memandang remeh Kuil Nimia”
Ketua Yori
tertawa sopan mendengar ucapan Awan Biru, “Tidak ada orang di dunia ini yang
tidak menghormati Kuil Nimia.”
Awan Biru hanya
tersenyum mendengar ucapan tersebut dan mulai menyeruput teh panasnya. Tidak
berapa lama, rombongan demi rombongan mulai tiba di Paviliun utama, total
terdapat 5 kereta kuda yang mengangkut seorang tamu agung dan hadiah-hadiahnya.
Rombongan tersebut memakai panji-panji bertuliskan Hilram dan setiap pakaiannya
mempunyai logo Gagak Hitam berkaki tiga, simbol hewan suci kerajaan Hilram.
Seorang pria
tampan berpakaian kerajaan dengan bordir emas dan tudung berwarna merah dengan
simbol hewan suci berupa gagak
hitam berkaki tiga di jubah belakangnya, keluar dari kereta
kuda dengan diiringi 10 pendekar yang berjalan di sisi kanan dan kirinya. Ia
tersenyum dan melangkahkan kakinya hingga berada di hadapan Ketua Yori.
“Rio Hilram,
pangeran keenam
dari kerajaan Hilram memberi hormat kepada Ketua,” Ucapan pria tersebut sopan
dan tegas, gayanya yang elegan membuat kagum siapapun yang melihatnya, “Semoga
Ketua Kuil Hati Kudus selalu sehat dan sejahtera!”
Ketua Yori
tersenyum melihat sikap pemuda ini. walaupun demikian, ia hanya membalas hormat
pemuda ini dari kursinya saja, perbedaan generasi dan status antara mereka
sangatlah jelas tidak ada masalah dengan sikat Ketua Yori ini. kecuali Raja
Hilram sendiri yang datang, barulah ia bangkit dan menyambutnya.
Pangeran Rio
tercekak melihat sambutan Ketua Yori tidak sesuai dengan harapannya, ia, yang sejak kecil selalu dihormati dan
bahkan dipuja, kecewa dengan hal ini. Tapi, Pangeran Rio merupakan kaum
bangsawan yang sejak kecil dididik untuk tidak menunjukkan perasaannya, dengan
cepat ia menutupi ketidak sukaannya dan menampilkan senyum yang lembut.
Pandangannya kini beralih ke seorang pemuda yang duduk sejajar dengan Ketua
Yori, hanya dialah seorang yang berjenis kelamin pria yang duduk di panggung
utama tersebut, dengan cepat Pangeran Rio tahu siapa orang tersebut dan
memberinya hormat.
“Salam, semoga
dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita,” Ujarnya memberikan hormat ala
Kuil Nimia, “Bukankah adik ini yang bernama Awan Biru, murid agung dari Kuil
Nimia?”
Awan Biru kaget,
ia tidak menyangka akan disapa oleh Pangeran Rio, buru-buru ia berdiri dan
memberikan membalas salam dari Pangeran Rio dengan sempurna sebelum
menambahkan, “Betul sekali, aku yang bernama Awan Biru ini merupakan murid dari
Kuil Nimia. Karena satu dan lain hal, aku berada di Kuil Hati Kudus untuk
berlatih ilmu silat”
Pangeran Rio
mengangguk, ia sudah lama mendengar tentang pemuda tidak berguna yang hanya
bisa mengandalkan nama besar Kuil Nimia. Kini melihat pemuda itu langsung
dengan kedua matanya membuat dirinya meremehkan Kuil Nimia.
‘Kuil Nimia
telah hancur,’ Pikirnya, ‘Jika pemuda seperti ini saja merupakan murid agung,
itu berarti Kuil Nimia tidak berbahaya lagi sekarang!’
Walaupun kisah
antara Kuil Nimia dan Klan Biru telah tersebar luas ke seluruh dunia, namun
bukan berarti semua orang menerimanya sebagai kenyataan. Banyak orang,
khususnya anak-anak muda seperti Pangeran Rio ini, menganggapnya sebagai
dongeng belaka dan percaya kalau Kuil Nimia tidaklah sehebat dalam cerita.
‘Kerajaan Hilram
jauh lebih hebat!’
“Lalu, ada perlu
ada Pangeran Rio ke tempat ini?” Tanya Ketua Yori yang sepertinya bisa menebak
pikiran Pangeran keenam ini.
“Hamba datang
kesini merupakan titah paduka Hilram langsung,” Katanya penuh kebanggaan,
“Paduka Hilram baru saja naik tahta 3 bulan yang lalu dan ingin mempererat
hubungan dengan Kuil Hati Kudus”
Pangeran keenam
memberikan kode kepada para prajuritnya dan dengan cepat mereka mengeluarkan
beberapa peti besar dari dalam kereta kuda. Total ada 20 Peti yang mereka susun
di hadapan Ketua Yori, sungguh hadiah yang sangat besar.
“10 Peti pertama
berisi batu permata dan intan,” Ujar Pangeran Rio, “7 Peti berisi berbagai
tanaman obat yang langka dan 3 Peti berisi berbagai senjata dan berbagai
koleksi buku mengenai sejarah dan ilmu pengetahuan. Hamba berharap Ketua Yori
mau menerimanya!”
Melihat
banyaknya hadiah tersebut mau tidak mau membuat Ketua Yori tersenyum cerah. Ia
bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Pangeran Rio.
“Baiklah, aku
akan menerima itikad baik Kerajaan Hilram,” Ujar Ketua Yori sungguh-sungguh,
“Tolong sampaikan kepadanya ucapan terima kasihku dan Perguruan Kuil Hati Kudus
akan mengirimkan utusan secara langsung untuk berterima kasih!”
“Hamba senang
mendengar itu,” Ujar Pangeran Rio.
“Kalau begitu
urusan kerajaan sudah selesai,” Kata Ketua Yori senang, “Sekarang kita bisa
makan siang terlebih dahulu!”
Ketua Yori
memberikan kode dan para murid Hati Kudus langsung masuk ke paviliun menyiapkan
meja agung untuk Pangeran Rio dan rombongan, sebelum menyusun meja di tengah
paviliun dan menyajikan berbagai makanan mewah.
“Silahkan,” Ujar
Ketua Yori sopan kepada semua tamu.
Tentu saja,
untuk tamu agung seperti Pangeran Rio, Awan Biru, ketua Yori dan para Tetua
Utama, makanan mereka telah disediakan khusus sehingga mereka tidak perlu
mengantri dengan tamu-tamu yang lain.
“Pangeran Rio
akan berada disini untuk berapa lama?” Tanya Ketua Yori.
“Mungkin 2-3
hari,” Jawab Pangeran keenam, “Setelah itu aku akan langsung kembali ke kota
raja.”
“Sungguh sangat
disayangkan,” Kata Ketua Yori, “Seminggu dari sekarang kami akan mengadakan
kompetisi internal, sebenarnya aku berharap Pangeran Rio dapat menyaksikan
kompetisi tersebut”
“Kurasa aku bisa
mengupayakan hal itu,” Kata Pangeran Rio tanpa masalah, “Kompetisi Internal
Kuil Hati Kudus merupakan kompetisi yang sulit dicari tandingannya, dapat
menontonnya secara langsung akan memberikanku pelajaran yang berharga dalam
perkembangan ilmu silatku!”
Ketua Yori
tertawa senang mendengar jawaban Pangeran Rio.
Sementara itu,
Awan Biru hanya tersenyum mendengar percakapan antara Pangeran Rio dan Ketua
Yori, buat dirinya hal tersebut tidak penting sehingga ia hanya berfokus
menghabiskan makanan.
“Daging bebek
ini enak sekali,” Gumamnya, “Kurasa aku harus membungkusnya dan memberikannya
kepada Mina!”
Setelah jamuan
makan selesai, dari pintu utama masuklah beberapa gadis cantik dengan membawa
berbagai alat musik dan menggunakan baju tari. Para murid itu mengambil posisi
yang rapi sebelum memulai memainkan alat musik dan menari sambil bernyanyi.
Awan Biru mengenali seorang diantara mereka, Vira Aura, gadis tercantik di Kuil
Hati Kudus setelah kepergian Risa Biru.
Walaupun
dijuluki gadis tercantik, namun Awan Biru tidak menyukainya. Beberapa kali Vira
Aura mendekatinya dan berusaha menggaet dirinya demi mendapatkan
kemudahan-kemudahan dari Kuil Nimia, untungnya Mina berhasil memperingatkan
dirinya akan sifat Vira Aura dan semenjak itu ia menjauh dari bisa wanita itu.
“Luar biasa!”
Ujar Pangeran Rio terpesona, “Gadis ini cantik sekali, siapakah dia Ketua Yori?
Apakah dia yang bernama Risa Aura?”
Ketua Yori
mendelik melihat Pangeran Rio, ada perasaan tidak suka didalam pandangan
matanya, namun karena Pangeran Rio telah merupakan utusan Kerajaan Hilram yang
memberikan dia banyak hadiah, mau tidak mau Ketua Yori menjawab sopan, “Dia
merupakan murid utama Kuil Hati Kudus, namanya Vira Aura!”
Ketua Yori
membuat pertaruhan yang sangat penting didalam hidupnya, bersamaan dengan
perginya Risa Biru menuju Kuil Nimia, ia juga menyertakan 9 Murid Utama lainnya
untuk mendampingi Risa Biru dan menyamar sebagai pelayan, padahal mereka
bertekad untuk mendapatkan berbagai keuntungan dari Kuil Nimia dengan
memanfaatkan status Risa Biru. Akibatnya, Murid Utama Kuil Hati Kudus menjadi
kosong dan mau tidak mau, Ketua Yori mengangkat murid-murid kualitas 2, seperti
Vira Aura, menjadi Murid Utama.
Mendengar hal
tersebut membuat Pangeran Rio terdiam, jika Vira Aura saja sudah secantik
bidadari seperti apakah Risa Aura? Mau tidak mau Pangeran Rio menjadi penasaran
dan bertanya, “Kalau boleh saya tahu, dimanakah Risa Aura sekarang berada?”
Ketua Yori
menghela napas sebelum melirik Awan Biru, “Risa Aura sekarang telah bernama
Risa Biru, ia telah menjadi istri dari Awan Biru.”
“Apa!” Ujar
Pangeran Rio dengan suara keras tidak percaya, “Bukankah Awan Biru itu seorang
biksu? Bagaimana mungkin seorang biksu menikah?”
Seruan Pangeran
Rio membuat suasana jamuan menjadi terdiam, bahkan Awan Biru langsung menatap
Pangeran Rio dengan pandangan tidak suka.
“Pangeran Rio,
sopanlah sedikit!” Tegur Ketua Yori serius, ia tidak ingin hubungan Kuil Hati
Kudus dan Kuil Nimia menjadi renggang hanya karena seorang pangeran dari negara
kecil ini, “Minta maaflah kepada Tuan Awan Biru!”
“Ah,” Pangeran
Rio kaget mendapat teguran dari Ketua Yori, bukankah wanita tua ini baru saja
senang mendapatkan hadiah begitu banyak! Berani-beraninya ia menegur dirinya
yang merupakan tamu agung.
Walaupun begitu,
tetap saja Pangeran Rio dapat mengendalikan diri dan bangkit berdiri sambil
memasang senyum, “Mohon maaf jika hamba tidak sopan,” Ujarnya kepada Awan Biru,
“Hanya saja, berita ini mengejutkan hamba. Bukankah tuan Awan Biru ini adalah
seorang biksu, bagaimana bisa seorang biksu menikah?”
Mendengar hal
tersebut Ketua Yori mulai mengepalkan tangannya kesal.
“Hal itu bukan
urusanmu,” Ujar Awan Biru ketus, “Kurasa aku tidak perlu melaporkan kepada
siapapun mengenai apa yang boleh dan tidak boleh kulakukan, kan?”
“Tentu saja,
tentu saja,” Ujar Pangeran Rio masih menampilkan senyum, “Hamba hanya penasaran
saja. Tuan Awan Biru tidak boleh kesal dengan pertanyaan hamba ini, sebab
pertanyaan hamba merupakan pertanyaan yang sangat wajar!”
“Ingin tahu
masalah pribadi orang bukanlah hal yang wajar, Pangeran!” Kata Awan Biru
dingin.
“Aih, Tuan Awan
Biru ternyata begitu kaku,” Kata Pangeran Rio tertawa kecil, “Mohon pertanyaan
hamba itu jangan dimasukkan ke dalam hati. Bagaimanapun kita baru bertemu,
wajar kita bertanya mengenai hal ini dan mengenai hal itu. Sekarang Hamba sudah
melihat bagaimana sifat Tuan Awan Biru dan di masa mendatang Hamba akan lebih
menjaga mulut hamba agar tidak menyinggung perasaan tuan!”
“Baguslah kalau
kau mengerti,” Ujar Awan Biru santai, tidak terpengaruh dengan ucapan manis
Pangeran Rio.
Sementara itu,
perasaan Pangeran Rio menjadi panas mendapatkan tanggapan tidak mengenakkan
seperti ini oleh Awan Biru. Ia yang dari kecil selalu mendapatkan hormat, kini
diperlakukan seperti sampah oleh seorang bocah berusia 15 tahunan? Sungguh
tidak dapat diterima!
“Mohon maaf
sekali lagi,” Ujar Pangeran Rio dingin sebelum kembali ke kursinya tanpa
menunggu jawaban dari Awan Biru.
“Kurasa semua
orang sudah lelah,” ujar Ketua Yori cepat, “Sebaiknya kita sudahi acara ini.
Tetua kedelapan, kurasa kau bisa mengantarkan Pangeran Rio menuju paviliunnya
untuk beristirahat!”
“Hamba siap
menerima perintah, Ketua!”
“Awan Biru, kau
juga beristirahatlah,” Ujarnya lembut, “Besok kau bisa datang untuk berlatih
denganku!”
“Baik, guru!”
No comments:
Post a Comment