Tuesday, August 15, 2017

BAB 10 – Skema demi skema


Windi Aura melesat dalam kegelapan malam tanpa diketahui oleh siapapun, ilmu meringankan tubuhnya begitu sempurna dan setiap gerakannya begitu lentur hingga tidak ada satu orangpun yang bisa mendengar jejak langkahnya.

“Aku merasakan aura dia di dekat sini,” Gumam Windi Aura dengan suara yang sangat pelan, “Dimana dia?”

Windi Aura menguatkan kelima inderanya dan beberapa detik kemudian, dia berhasil menemukan sesosok bayangan hitam tengah menyelinap dan mengendap-endap di dalam komplek Paviliun Pangeran Keenam. Bayangan hitam itu begitu mahir dan ilmu silatnya sangatlah bagus, ia mampu berjalan di samping para pelayan tanpa diketahui keberadaannya sedikitpun.

“Ilmu menghilangkan keberadaan yang sangat bagus!” Puji Windi Aura di dalam hati, “Namun sayangnya, kau tidak bisa menghilangkan keberadaanmu dariku!”

Mungkin bayangan tersebut merasakan sesuatu yang tidak beres dan mendadak membatalkan niatannya untuk mengecek paviliun Pangeran Keenam, bayangan tersebut menggunakan semua kekuatannya untuk keluar dari paviliun itu dan melarikan diri. Namun sayang, baru beberapa ratus meter keluar dari komplek Paviliun, sebuah tangan sudah menyambar tubuhnya dari atas dan menghantam punggung bayangan tersebut hingga terjatuh.

“Si,Siapa kau?” Tanya Paman Putih sambil menyeka darah dimulutnya, ia lalu berdiri dengan kuda-kuda dan menarik kedua bilah pisau panjang dipinggangnya, “Keluarlah dan perkenalkan dirimu!”

“Anjing penjaga tidak perlu tahu siapa diriku!” Ujar Windi Aura dingin, ia mengubah suaranya dengan kekuatan Qi hingga terdengar dingin dan mencekam, “Lebih baik kau mati sekarang juga!”

Dari dalam kegelapan Windi Aura mengirimkan 2 serangan Qi yang sangat berbahaya, serangan itu seperti secercah cahaya yang melesat dan menghantam Paman Putih. Beruntung reaksi Paman Putih cukup cepat dan berhasil menghindar pada saat-saat penentuan.

“Sentilan jari sakti?” Seru Paman Putih tidak percaya, “Sekte Jiwa Hitam?”

“Oh, wawasanmu cukup luas,” Puji Windi Aura, “Sayangnya itu hanya membuat diriku semakin bernapsu untuk menghabisi nyawamu!”

Windi Aura mengirimkan beberapa serangan Qi lagi ke arah Paman Putih, kali ini dengan kecepatan dan tenaga yang lebih kuat, hingga membuatnya terpental dan tewas seketika.

“Hanya segini saja kemampuan pendekar bawah tanah Kuil Nimia,” Ejek Windi Aura yang mendekati jenazah paman putih, “Jika bukan karena rencana untuk menyelamatkan anakku, tentu aku tidak akan sudi membawa jenazahmu keluar dari tempat ini!”

Sambil berkata seperti itu, Windi Aura mengangkat Jenazah paman putih ke atas pundaknya dan melesat, menghilang di kegelapan malam.

“Tinggal 1 anjing penjaga lagi!”


Sementara itu, di sisi komplek yang berlainan dari Paviliun Pangeran Keenam, sesosok bayangan hitam secara diam-diam memasuki kawasan rumah duka. Walaupun kawasan tersebut dijaga oleh para Tetua dalam, namun kemampuan bayangan ini melebihi para tetua tersebut hingga tidak ada yang menyadari kehadirannya.

Bayangan hitam tersebut berhasil masuk ke dalam ruangan jenazah dan membuka kain kafan yang membungkus Jenazah Mina Sulastri. Tidak berapa lama, ia mulai melakukan otopsi dan menemukan beberapa keanehan.

“Bukankah tetua yang memeriksa Jenazah ini mengatakan ada 2 serangan Qi keras yang menghantam tubuh Mina?” Gumamnya ketika menemukan ketidaksesuaian data dengan hasil pemeriksaannya, “Tapi, kenapa aku menemukan 1 serangan Qi keras dan 1 serangan Qi lembut dalam tubuh anak ini?”

Paman Hitam hanya menggelengkan kepala, ia mempunyai beberapa hipotesis mengenai permasalahan ini namun belum ada yang masuk akal.

“Tuan muda Awan Biru merupakan pemuda yang sangat cerdas,” Kata Paman Hitam, “Ia bisa menganalisa permasalahan ini jauh lebih baik daripadaku. Saat ini yang ia butuhkan hanyalah data, dan tugaskulah untuk mencari banyak data mengenai masalah ini!”

Paman Hitam mengeluarkan sebuah buku kecil dan mulai menulis beberapa penemuannya, mulai dari perkiraan kematian, kondisi organ dalam dan tubuh bagian luar, beberapa hipotesisnya dan berbagai kemungkinan lainnya. Semua dia tuliskan secara singkat dengan menggunakan kode rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya dan Awan Biru. Setelah selesai, Paman Hitam mengembalikan jenazah Mina Sulastri ke kondisi sebelumnya lalu melesat pergi meninggalkan Paviliun.

Namun, baru saja ia menapakkan kakinya keluar paviliun, ia sudah merasakan sebuah hawa dingin yang menyerbu bulu kuduknya. Dengan cepat Paman Hitam langsung melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh terbaiknya dan menyingkir ke dalam hutan, jauh dari pengawasan semua orang.

‘Siapa pendekar misterius ini?’ Tanya Paman Hitam dalam hati, ‘Mungkinkah Ketua Yori, tapi aura Qi yang ia keluarkan jauh berbeda dari yang dimiliki Ketua Yori. Terlebih lagi, ia menjaga betul agar Aura Qi miliknya tidak terlacak dari jarak jauh, itu berarti ia tidak ingin Kuil Hati Kudus mengetahui keberadaannya!’

Sebagai Pendekar Bawah Tanah, Paman Hitam tahu betul pikiran orang-orang yang sengaja menekan aura Qi miliknya agar tidak diketahui. Dalam hal ini, baik Paman Hitam dan pendekar misterius tersebut, mereka berdua setipe.

‘Mungkinkah pengawal Pangeran Keenam?’ Pikir Paman Hitam lagi sambil mempercepat ilmu meringankan tubuhnya, ‘ah, tidak mungkin. Dari kemampuannya kuperkirakan orang ini memiliki kekuatan minimal Inti bercahaya tingkat akhir, tidak mungkin Kerajaan Hilram mempergunakan pendekar dengan kualitas sekuat itu sebagai pengawal. Tidak, Kerajaan Hilram hanyalah kerajaan terkecil dari 7 kerajaan utama!”

Paman Hitam terus kabur ke dalam hutan, berharap dapat melepaskan diri dari kejaran pendekar sakti yang misterius tersebut. Ia tidak berusaha berhenti dan mencoba berbicara dengan pengejarnya karena dia bukanlah orang bodoh. Dalam situasi seperti ini, Paman Hitam tahu betul apa yang diinginkan pendekar misterius tersebut, nyawanya!

“Aih, aku sudah mencoba melarikan diri kesana kemari dan menggunakan berbagai cara untuk menipunya, namun pendekar ini sungguh pintar, ia bisa mengetahui dengan jelas kemana arah aku pergi dan kemana tipuanku pergi,” Gumam Paman Hitam, “Brengsek! Kalau begini caranya, mau tidak mau, aku harus mengadu nyawa dengan orang ini!”

Paman Hitam mengubah taktik, kali ini ia melesat secepat mungkin sebelum berhenti dan bersembunyi di balik celah pohon besar. Ia mematikan semua aura Qi yang ia miliki, bahkan ia menahan napas dan tidak bersuara sama sekali. Paman Hitam mencoba untuk menyergap pendekar misterius ini, jika ia beruntung dan dapat memasukkan 1 jurus mematikan, mungkin ia bisa menang!

Windi Aura berhenti di pedalaman hutan, dari tadi ia mengejar bayangan dengan membawa jenazah Paman Putih, itulah penyebab ia terkesan lamban. Sebenarnya ia bisa saja mengejar Paman Hitam dengan mudah sambil membawa Jenazah itu namun, jika ia melakukan hal tersebut keberadaannya pasti diketahui oleh Ketua Yori.

“Sekarang, dimana anjing penjaga Kuil Nimia itu?” Tanya Windi Aura seusai meletakkan jenazah yang ia bawa ke tanah.

Baru saja ia berkata seperti itu, dari arah rumah duka, sebuah asap hitam yang sangat besar muncul ke angkasa. Kebakaran hebat melanda rumah duka tersebut. Windi Aura menyeringai senang melihat hal tersebut.

“Putriku memang luar biasa,” Pujinya, “Dalam waktu beberapa jam saja ia sudah berhasil membujuk Pangeran Keenam untuk melaksanakan rencana ini! tapi, itu berarti aku tidak memiliki waktu yang banyak! Aku harus membersihkan anjing penjaga ini dengan cepat!”

Windi Aura menghirup udara murni dalam-dalam, sambil berjalan perlahan ia menajamkan kelima panca inderanya, bukan itu saja, ia juga mengirimkan Qi dalam radius beberapa meter, jarak yang cukup untuk menjaga agar dirinya tetap aman. Baru beberapa langkah Windi Aura berjalan, sesosok bayangan muncul dibelakang punggungnya dalam jarak kurang dari 2 meter. Beruntung Windi Aura adalah orang yang waspada dan telah meningkatkan penjagaannya, sehingga ia bisa menghindar pada detik-detik terakhir.

“Kau gagal!” Ujar Windi Aura penuh kemenangan.

“Brengsek!” Paman Hitam yang tidak berhasil mendaratkan serangan langsung melesat kabur, namun kali ini Windi Aura tidak membiarkannya lolos, dalam sekali gebrak ia berhasil menghantam tubuh Pamah Hitam hingga terpental dan menghantam pohon besar hingga tumbang.

“I, ini,” Ujar Paman Hitam merancau sambil muntah darah, dampak serangan Windi Aura sangatlah dashyat. 1 serangan saja mampu membuat seorang Inti bercahaya seperti dirinya tidak berkutik, “Tingkatan Inti kembar!”

“Tepat sekali,” Ujar Windi Aura yang keluar dari bayangan dan menghadap Paman Hitam, “Mohon maaf, aku tengah dikejar waktu sehingga aku harus membunuhmu secepat mungkin!”

‘Brengsek, aku harus memberitahukan ini kepada Tuan Muda!’Pikir Paman Hitam.

“Matilah kau!” Windi Aura menggunakan jurus sentilan jari sakti dan sebuah cahaya Qi melesat dari jarinya lalu menusuk jantung Paman Hitam hingga tewas seketika, “Akhirnya selesai juga!”

Windi Aura mengangkat jenazah Paman Hitam dan Paman Putih di pundaknya dan melesat ke wilayah pinggir jurang, wilayah yang sangat sepi dan jarang dilalui oleh manusia. Dengan mudah, ia melemparkan kedua mayat tersebut ke dalam jurang sedalam lebih dari 100 Meter itu.

“Bahkan, Pendekar dengan kekuatan Inti bercahaya pasti mati jika terjatuh dari tempat ini!” Kata Windi Aura, “Baiklah, tahap pertama dan tahap kedua telah selesai, saatnya masuk ke tahap ketiga!”


Sementara itu, di dalam Paviliunnya masing-masing, Ketua Yori dan Awan Biru mendengar kabar yang sangat mengejutkan. Rumah duka Kuil Hati Kudus mengalami kebakaran yang sangat dashyat.

 “Apa!” Seru KetuaYori tidak percaya, “Bagaimana mungkin bisa terjadi kebakaran? Ini.. ah, cepat kita kesana sekarang!”

Ketua Yori dan 2 orang tetua utama lainnya melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh dan ilmu terbang, hanya dalam hitungan menit mereka telah tiba di lokasi kebakaran.

“Tidak mungkin!” Seru Ketua Yori tidak percaya, “Cepat, hentikan kebakaran ini dan cegah agar tidak meluas ke lokasi yang lain! Panggil semua murid yang sedang tidak bertugas, suruh mereka semua untuk membantu dan coba berikan aku laporan siapa saja yang bertugas menjaga rumah duka selama 1 minggu terakhir!!!”

Ketua Yori meraung dan terus meraung sambil memberi perintah, ia meledak melihat rumah duka yang berisi sejarah dari para leluhur Kuil Hati Kudus hancur begitu saja. Ia tidak bodoh, melihat situasi yang berkembang beberapa hari terakhir tentu ia sadar kalau situasi ini merupakan konspirasi besar. Tapi kenapa dan apa motifnya?

Tidak berapa lama, Awan Biru tiba di lokasi kebakaran dengan panik. Ia sama sekali tidak menduga akan terjadinya situasi seperti ini

“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanyanya kepada Ketua Yori.

“Itu juga yang ingin aku cari tahu, Tuan Muda Awan Biru,” Seru Ketua Yori berbahaya.

Awan Biru terdiam mendengar jawaban Ketua Yori, dari nadanya saja ia tahu kalau Ketua Yori sama bingungnya seperti dirinya. Mau tidak mau Awan Biru menghela napas dan menyingkir ke tempat yang sepi, dimana ia bisa melihat dengan jelas asap hitam tebal yang membumbung ke angkasa.

“Adikku,” ujarnya pelan dengan penuh emosi, “Abangmu ini begitu lemah dan tidak berdaya. Bahkan, melindungi jenazahmu saja abang tidak mampu, abang sungguh tidak berguna! Hiks.. Adikku, kita memang tidak mempunyai hubungan darah namun abang tahu, jalinan emosi kita lebih erat daripada saudara kandung! Tapi, abangmu ini masih hidup dan tidak akan pernah menyerah mencari keadilan untukmu! Tenanglah kau di alam sana, abang pasti akan membalas kepada mereka yang melakukan hal ini kepadamu, percayalah!”

Sehabis berkata seperti itu, Awan Biru lalu berlutut dan mulai membacakan doa sambil menanggis dan meraung-raung. Ia mengutuk keras kelemahannya dan bertekad akan menjadi kuat di masa mendatang untuk melindungi semua orang yang ia cintai.

“Di dunia ini, kepandaian saja tidaklah cukup,” Kata Awan Biru sambil terisak, “Hanya ilmu silatlah yang utama! Aku, Awan Biru, bersumpah, dimasa mendatang akan menjadi pendekar terkuat di dunia hingga tidak ada lagi yang berani menyentuh keluarga dan sahabat-sahabatku!”

2 hari kemudian, kebakaran besar itu akhirnya padam. Ketua Yori dan seluruh murid Kuil Hati Kudus, bekerja tanpa istirahat sedikitpun guna memadamkan api yang begitu dashyat itu. Dalam kelelahan, Ketua Yori dan para tetua utama masuk ke dalam aula utama untuk beristirahat sejenak. Di atas meja Ketua dan Para Tetua telah terdapat beberapa buah-buahan segar dan secangkir teh, melihat hal tersebut membuat Ketua Yori menjadi senang.

“Bagus sekali,” Ujarnya seraya duduk dan mulai mencicipi teh hangat itu, “Sepertinya para pelayan tahu kalau kita telah bekerja keras dan mempersiapkan minuman dan buah-buahan ini untuk kita!”

Para Tetua utama mengangguk, mereka merasa tersentuh dengan perhatian para pelayan. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari secangkir teh dan beberapa buah-buahan segar setelah bekerja keras. Setelah itu, Ketua Yori dan Para Tetua mulai menyantap makanan dan minuman itu dengan lahap, namun beberapa menit kemudian Ketua Yori tanpa sengaja menjatuhkan cawan tehnya sambil memegang lehernya.

“Makanan ini beracun!” Teriak seorang Tetua utama ketika melihat reaksi Ketua Yori.

Sontak semua orang langsung bereaksi kaget, mereka yang merasa kuat langsung mendekati Ketua Yori guna menolongnya sementara mereka yang panik, langsung bersemedi memeriksa kondisi tubuh masing-masing.

“Ketua, kau baik-baik saja?” Tanya Tetua Pertama panik, ia mengirimkan tenaga Qi ke dalam tubuh Ketua Yori guna membantunya melawan racun.

Ketua Yori tidak menjawab, ia perlahan memperbaiki posisi tubuhnya ke posisi bunga teratai dan mulai bersemedi. Dalam menghadapi racun, seseorang haruslah tenang dan menganalisa dengan sebaik mungkin. Sebab, salah langkah dalam menghadapi sebuah racun maka dapat berakibat kematian.

15 menit kemudian Ketua Yori membuka matanya, walaupun ia tampak baik-baik saja,namun  didalam hatinya ia mulai merasakan takut. Mau tidak mau ia tersenyum getir menghadapi situasi ini dan berkata lirih, “Ada seorang ahli strategi yang sedang berupaya menghancurkan kita!”

Ucapan tersebut membuat semua orang menjadi kaget. Ahli Strategi merupakan titel bagi orang-orang licik yang menipu dan menjerumuskan orang ke dalam bahaya demi kepentingannya sendiri. Walaupun titel itu sangat terhormat di dalam sebuah kerajaan namun bagi para pendekar, Ahli Strategi merupakan orang yang harus diwaspadai dan dijauhi.

“Racun yang ia masukan ke dalam makanan dan minuman ini sangatlah keji,” Lanjut Ketua Yori penuh dengki, “Walaupun tidak bisa mengambil nyawaku namun racun ini menghabiskan hampir semua energi Qi yang kumiliki. Ini sangat berbahaya, siapapun yang menaruh racun ini berencana untuk menyerang langsung Kuil Hati Kudus! Cepat, kalian hubungi Kuil Nimia dan semua perguruan silat aliansi kita, bilang ke mereka semua kalau Kuil Hati Kudus berada dalam ancaman kehancuran dan membutuhkan bantuan secepat mungkin!!”

 “Baik, Ketua Yori,” Ujar Tetua pertama buru-buru.

“Dan, tolong data semua pelayan yang membuat makanan ini,” Lanjut Ketua Yori, “Interogasi mereka secara seksama di ruangan terpisah, satu persatu! Ah, apa yang sebenarnya sedang terjadi di tempat ini!?”

Sementara itu, jauh dari Paviliun Utama, Vira Aura mengamati pergerakan awan dengan sungguh-sungguh. Ia telah menghitung waktu dan dari sayup-sayup keramaian suara para tetua ia tahu kalau rencana ibunya telah berhasil. Mau tidak mau ia tersenyum puas.

“Tahap ketiga telah selesai,” Ujarnya penuh kemenangan, “Saatnya masuk ke tahap keempat!”









No comments:

Post a Comment