Tuesday, January 17, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 8 - Suara Misterius

Siang dan malam A chu tampak sibuk mengurung diri dikamarnya, menulis setiap lembar kitab wasiat yang dulu pernah dihafalkanya. Dia hanya keluar untuk makan siang dan makan malam dan kekamar kecil.

A chu berfikir Dia harus cepat menyelesaikan kitab tersebut, karena semakin cepat kitab itu rampung, semakin cepat jiwa Yuan Ting dapat diselamatkan.

Paman dan Bibinya tidak pernah menggangu A chu. Mereka takut akan membuyarkan konsentrasi A chu, dan membuat A chu salah dalam menuliskan isi kitab tersebut.

Sudah hampir 2 minggu A chu mengurung diri dikamarnya. selama 2 minggu ini pula A chu kurang makan dan kurang tidur. Kitab yang ditulisnya sudah hampir rampung sebagian.

Ternyata menulis sebuah kitab itu lebih sulit daripada menghafalkanya. Hal ini baru dirasakan oleh A chu sekarang.

Semakin mendekati bagian akhir , penulisan kitab itu menjadi semakin sulit. A chu berusaha keras untuk mengingat - ingat, tulisan - tulisan yang terdapat didalam kitab itu.

Pada dasarnya A chu merupakan anak yang cerdas, dan memiliki ingatan yang jauh melebihi anak - anak seusianya. Namun sebagian besar isi kitab tersebut, merupakan pelajaran ilmu silat tingkat tinggi yang tidak dimengerti olehnya. Karena A chu hanya pernah mempelajari dasar - dasar ilmu silat, dan itupun hanya sebatas belatih kuda - kuda .

Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan A chu untuk merampungkan kitab itu menjadi agak lama. Tetapi paman dan bibinya, sangatlah sabar dan terus menyemangati A chu.

Semenjak A chu mulai menulis, dia tidak pernah melihat Yuan Ting. Dia hampir tidak pernah keluar dari kamarnya. Semua waktunya dihabiskan untuk segera merampungkan kitab itu.

Pada suatu hari A chu sama sekali tidak keluar dari kamarnya, bahkan untuk sekedar makan siang. Oleh karena itu Paman dan Bibinya menjadi khawatir.

"Adik Lim cobalah kau lihat keadaan A chu dan antarkan makanan kekamarnya. Aku cemas dengan keadaan A chu. Jangan sampai kejadian yang menimpa Yuan Ting terjadi pada A chu"

"Aku juga merasa cemas dengan kondisi A chu, dia tampak sangat bersungguh - sungguh merampungkan kitab untuk menolong anak kita " Nyonya Yuan berkata dengan wajah cemas kepada suaminya.

Sore harinya nyonya Yuan datang ke kamar A chu sambil membawakan makanan. Dia mengetuk pintu lalu berkata :

"A chu, bagaimana keadaanmu ? Bolehkah bibi masuk kedalam? Bibi membawakan makanan untuk mu"

Pintu kamar segera terbuka. A chu mempersilahkan bibinya masuk sambil berkata :

"Aduh, bibi seharusnya tidak usah repot - repot ha ha, biar saja aku mengambil sendiri makanan didapur. Tapi Terimakasih banyak atas perhatian bibi. " A chu sangat terharu dengan perhatian bibinya.

"Tidak apa - apa A chu, demi menolong anak kami, kau telah berusaha sangat keras, Terima kasih A chu. Tetapi kau juga harus memperhatikan kesehatanmu, jangan sampai kau lupa makan dan lupa istirahat" kata bibi Yuan ramah.

Sesaat kemudian A chu makan dengan lahapnya. Sementara bibi Yuan duduk sambil memperhatikan A chu.

Lalu pandangannya beralih kemeja dimana A chu biasa menulis.

Meja itu tampak agak berantakan,dibagian sebelah kiri tetlihat berlembar - lembar kertas tersebar secara acak . Tetapi dibagian kanan terdapat setumpuk kertas yang sudah tersusun rapih. Mungkin itu adalah bagian yang sudah rampung.

Melihat jerih payah A chu, Nyonya Yuan tampak agak sedikit terharu.

"A chu, sepertinya kau telah berusaha dengan sangat keras ya, Bagaimanakah perkembangannya ? Apakah kau menemukan banyak kesulitan ? " nyonya Yuan bertanya kepada A chu dengan penuh perhatian.

Ditanya seperti itu, A chu mempercepat makan nya. Namun Sebelum dia sempat menjawab, Nyonya Yuan sudah berkata lagi:

"Ha ha ha, A chu tenanglah, tidak usah buru - buru kau jawab, bila kau makan terlalu cepat nanti perutmu bisa sakit, maafkan aku karena terlalu bersemangat ” Bibi Yuan berkata dengan riang.

Akhirnya sehabis A chu selesai makan, dia menjelaskan kepada bibinya.

"Maafkan aku bibi, sepertinya memakan waktu agak lama buatku menyelesaikan kitab ini" A chu berkata sungguh - sungguh. "Oh iya Bi, Bagaimana kemajuan kondisi kesehatan Yuan Ting ? Sangat disayangkan aku belum bisa menengok keadaanya " A chu menundukan kepalanya.

Wajah Bibi Yuan agak berubah. Lalu dengan tatapan haru dia mulai berkata :

"Keadaan Yuan Ting masih belum banyak mendapat kemajuan, Dia belum bisa beranjak dari tempat tidurnya. Walaupun dia sudah sempat sadarkan diri, tetapi kondisi tubuhnya masih sangat lemah. Aku takut bila dia akan terus - terusan seperti ini. Oh Yuan Ting betapa malang nasibmu .." Bibi Yuan tampak sedikit meneteskan air mata.

Bagaimana Tidak, ketika seorang ibu melihat anak gadis satu - satunya harus selalu terbaring diatas tempat tidurnya. Lemah dan tidak berdaya.

"Bibi kuatkan hatimu, Aku .. aku akan berusaha sekuat tenaga untuk secepatnya menyelesaikan kitab ini, agar Paman dapat segera menemukan Jalan untuk menolong Yuan Ting"

"Terima kasih A chu, , Kau memang seorang anak yang baik, andai saja kau benar - benar adalah anak kami" Bibi Yuan memeluk A chu.

Setelah nyonya Yuan meninggalkan kamarnya, A chu mulai melanjutkan Kitab yang sedang ditulisnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan tengah malam. A chu mulai mengantuk, akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Karena beberapa hari ini dia kurang tidur. Dia mematikan lampu penerangan dikamarnya lalu mulai beranjak keatas tempat tidurnya.

Entah sudah berapa lama A chu tertidur, tiba - tiba dia terbangun karena perutnya mendadak sakit. Mungkin karena setelah perutnya kosong seharian, dia makan secara terburu - buru. Sekarang perutnya dirasakan sakit sekali. A chu hendak bangun dari tempat tidurnya, ketika tiba - tiba secara tidak sengaja, dia mendengar suara seseorang sedang berbicara.

Suara itu terdengar sangat dekat sekali dengan dirinya. A chu berusaha menggeser kepalanya secara perlahan, agar bisa mendengar lebih jelas.

Dia kaget karena ternyata orang itu berdiri tepat disamping tempat tidurnya, berdiri membelakangi A chu sehingga A chu tidak dapat melihat wajahnya.

Lalu Terdengar lagi suara orang lain berbicara diujung sana.

dua orang.

Ya ada dua orang misterius Sekarang berada Didalam kamarnya.

A chu berusaha sekuat tenaga untuk tidak menimbulkan suara, atau melakukan gerakan yang dapat menarik perhatian mereka. Bernafaspun terpaksa pelan - pelan.

Berbagai pikiran melintas didalam benaknya.

Siapakah gerangan mereka ?

Dan mau apa mereka didalam kamarku ?

Apakah mereka bermaksud jahat ?

Keringat dingin sudah mulai membasahi sekujur badan A chu. Karena dia menahan Rasa sakit didalam perutnya.

Beruntunglah seseorang dari mereka berdiri membelakangi A chu, sehingga mereka tidak dapat melihat wajah A chu yang sudah mulai memucat.

Tiba - tiba seseorang dari mereka mulai berbicara :

"Bagus. Akhirnya kitab Pusaka ini, sebentar lagi akan menjadi milik kita. Setelah kita berdua melatih semua ilmu yang terdapat didalam kitab ini. Tidak ada orang yang akan sanggup menandingi kita. "
"
Benar sekali, Tidak akan ada lagi orang yang berani, menghalangi usaha kita untuk menguasai dunia persilatan"

A chu bergidik mendengar semua pembicaraan mereka. Dia tidak pernah menyangka kalau kitab yang sedang ditulisnya, menjadi incaran kedua orang itu. Dan akan digunakan oleh kedua orang itu, untuk menguasai dunia persilatan.

Tapi A chu merasa heran. Sepertinya suara mereka terdengar sangat familiar.

Siapakah gerangan kedua orang ini ?

Lalu tiba - tiba orang yang berdiri diujung sana berbicara :

"Sebentar lagi pagi, marilah kita segera keluar dari kamar ini. Aku tidak ingin anak ini mengetahui, kalau selama ini hampir setiap malam kita selalu mengawasi pekerjaaanya.

"Ya mari kita segera pergi"

Jawab orang yang berada persis disamping tempat tidur A chu. Suara ini seperti suara seorang wanita.

Ya memang suara seorang wanita.

Lalu wanita itu berbicara lagi sepatah kalimat :

"Anak yang Malang"

Lalu mereka berdua bergegas untuk keluar dari dalam kamar A chu. Mereka pergi tanpa meninggalkan suara sama sekali. Sungguh mengerikan ilmu silat mereka.

Cahaya pagi sudah mulai menyinari sekeliling kediaman Yuan.

Ada seberkas cahaya masuk kedalam kamar A chu melalui celah jendela kamar A chu.

A chu masih terbaring diatas tempat tidurnya. Dia tidak tidur, dan masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi dikamarnya.

Siapa mereka ?

Siapakah wanita itu ?

Sepertinya aku pernah mendengar suaranya disuatu tempat.

Namun karena kelelahan dan kurang tidur, A chu menjadi sulit untuk berfikir jernih. Lagipula sakit diperutnya masih terasa.

Siang harinya A chu memutuskan untuk makan bersama paman dan Bibinya. Dia juga akan mengunjungi Yuan Ting untuk melihat bagaimana kondisinya.

Diruang makan Paman dan Bibi Yuan sudah menantikan A chu.

"Selamat siang A chu " sapa Bibi Yuan ramah.

"Selamat siang Bibi, Selamat siang Paman semoga kalian sehat selalu " A chu menjawab dengan riang.

"Ah Terima kasih A chu. mari duduklah"

"Terima kasih Paman" A chu mengambil posisi duduk didepan Paman dan Bibinya.

"Sebelum makan marilah kita berdoa untuk kesehatan kita, dan untuk kesembuhan Yuan Ting"

Setelah berdoa, paman Yuan mempersilahkan semua orang untuk makan.

Semenjak kejadian yang menimpa Yuan Ting. Suasana diruang makan tampak agak kurang ramai. Biasanya A chu dan Yuan Ting asik bercerita mengenai pengalaman mereka, dan sesekali paman dan bibi Yuan menimpali omongan mereka.

Tetapi Sekarang suasana menjadi agak sepi, karena mereka semua sudah jarang berbicara dan lebih sering tengelam dalam pikiranya masing - masing.

Selesai makan A chu hendak pergi kekamarnya Yuan Ting, namun paman Yuan menahan dirinya.

"A chu kau hendak kemana ? " tanya paman Yuan.

"Aku hendak kekamarnya Yuan Ting , untuk menjenguknya dan melihat kondisi kesehatanya. Lagipula Sudah lama aku tidak melihat dia " jawab A chu.

Wajah Paman Yuan tampak agak berubah . Lalu dia berkata kepada A chu.

"Maaf sekali A chu. Sepertinya hari ini Kau tidak bisa menjenguknya , karena Tabib sedang merawat dirinya. dan Sepertinya juga mereka sedang tidak bisa diganggu.”

“Baiklah Paman bila seperti itu, aku akan kembali saja kekamarku . Paman , Bibi aku mohon diri dulu “ A chu tanpak murung.

Setelah A chu berpamitan kepada paman dan bibinya, dia membalikan badan dan mulai berjalan dengan lesu, ke pintu keluar ruangan makan.

Bibi Yuan melihat A chu yang tampak sedikit kecewa kemudian berkata :

“ Maaf sekali A chu. Bila Kondisi Yuan Ting sudah agak membaik, aku akan segera mengabari dirimu , agar kau dapat bertemu dengannya.

Oh Yuan Ting .. Anak yang Malang ".

Tiba - Tiba A chu menghentikan langkahnya . Dia tampak agak sedikit terkejut.

Perkataan terakhir dari bibinya itu, seperti terngiang dikepalanya.

Begitu familiar begitu hafal.

Suara itu adalah suara orang misterius, yang menyelinap kedalam kamarnya.

Suara wanita Misterius yang semalam berdiri disampingnya.

kini Suara itu didengarnya lagi.

Secara spontan A chu membalikan Badan, dan menengok kebelakang.

Disana masih terlihat Paman dan Bibinya, sedang duduk dimeja makan. Mereka sedang melihat kearahnya, tampak agak sedikit terkejut.

"Ada apa A chu ? Apakah ada sesuatu yang tertinggal ? " Tanya paman Yuan sambil menatap A chu keheranan.

A chu melihat kearah pamannya, lalu kearah bibinya. Wajah mereka terlihat bingung.

A chu tersenyum kearah mereka lalu dia menjawab :

"Ha ha ,Tidak ada apa - apa paman, aku hanya merasa pinggangku sedikit pegal. Mungkin karena aku kebanyakan duduk he he "

"A chu, cobalah untuk beristirahat. Hari ini kau tidak usah menulis dulu. Atau mau aku sekalian meminta Tabib yang merawat Yuan Ting, untuk memeriksa keadaan dirimu ? " kata paman Yuan agak sedikit khawatir.

"Ha ha terima kasih paman, tidak usah repot - repot he he, aku akan beristirahat sebentar, lalu melanjutkan pekerjaanku. Karena semakin cepat aku merampungkan kitab itu, semakin baik, sekarang aku mohon diri " A chu membalikan badanya lagi, dan berjalan pergi keluar ruangan.

Paman dan Bibi Yuan tampak tersenyum mengantarkan kepergian A chu.

________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter
Read More

Sunday, January 15, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 7 - Kejadian Tidak Terduga

Pagi itu udara sangat sejuk dan menyenangkan.

Burung - burung berkicau dengan merdunya.

Angin berhembus perlahan membawa aroma kesejukan musim gugur.

Sebagian besar orang masih terlelap diatas tempat Tidurnya.

Suasana pagi ini benar - benar terasa sangat tenang dan damai.

Tetapi tidak dengan rumah keluarga Yuan.

Disana kini terjadi sebuah kegaduhan. Banyak orang hilir mudik diruangan tengah. Sebagian besar dari orang -orang itu berprofesi sebagai tabib.

Ada kejadian apakah gerangan ?

Siapakah yang menderita sakit ?

Yuan Tan sebagai tuan besar pemilik rumah, tampak sangat gelisah. Dia berjalan kesana kemari dengan tiada hentinya mengelus kumisnya. Wajahnya pucat dan lesu seperti orang yang kurang tidur kurang makan.

Sementara itu diruangan lain, tampak nyonya Yuan sedang duduk di meja makan. dihadapannya sudah dihidangkan bebagai Macam makanan lezat, namun dia sama sekali tidak mempunyai selera makan.
Dia hanya menatapi hidangan lezat tersebut dengab tatapan matanya yang kosong. Pikiranya entah sudah melayang kemana. Seolah - olah jiwanya sudah terbang meninggalkan tubuhnya. Dia hanya diam mematung disitu.

A chu baru terbangun dari tidurnya. Seperti biasa dimeja sudah tersedia sebaskom air dan seperangkat baju bersih.

Setelah A chu membersihkan diri dan mengganti pakaian dia segera meninggalkan kamarnya. Perutnya sudah mulai lapar, oleh karena itu dia bergegas menuju ruang makan.
Kamar A chu letaknya aga diujung . Oleh karena itu keadaan yang terjadi diruangan tengah dia belum mengetahuinya sama sekali.

Setibanya A chu diruang makan dia merasa agak heran. Karena disana hanya terdapat Bibinya seorang diri. Pamannya tidak hadir disitu dan Yuan Ting juga tidak ada. Apakah Mungkin mereka masih tidur ? Pikir A chu.

A chu mencoba menyapa Bibi Yuan.

"Selamat pagi Bibi.."

A chu menyapa sambil tersenyum ramah. Namun tidak ada jawaban atau reaksi apapun dari bibinya.
nyonya Yuan masih tetap diam mematung. Dia masih tetap memandangi hidangan didepanya dengan tatapan kosong.

Agak lama A chu memperhatikan bibinya, lalu dia memutuskan untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan bibinya. A chu diam tidak bersuara, Dia tidak mau menggangu bibinya. Entah apa gerangan yang sedang dipikirkan oleh bibinya.

A chu juga tidak mau menyantap makananya. Dia tidak akan makan sebelum Bibinya makan.
A chu menunggu dan menunggu sambil sekali - sekali matanya melirik ke kiri dan kekanan. Tapi sudah sekian lama A chu menunggu banyangan pamannya dan Yuan Ting masih juga belum terlihat.

Akhirnya nyonya Yuan mulai menyadari kehadiran A chu disitu. Dia agak terkejut melihat A chu sudah duduk dihadapanya. Lalu dia berkata kepada A chu :

"Loh A chu, sejak kapan kau datang ? mengapa kau diam saja dan tidak menyadarkan bibi ? "

"Ah ha ha , tadi aku sudah memanggil bibi, tapi sepertinya bibi sedang berfikir keras dan tidak mendengar. Lalu aku duduk disini dan menunggu, aku tidak ingin mengganggu konsentrasi bibi" jawab A chu dengan nada riang.

A chu memperhatikan wajah bibinya, Wajah bibi Yuan tampak agak pucat. Dan dia tampak agak kurang bertenaga. A chu dapat melihat hal ini. Oleh karena itu dia lalu bertanya :

"Bibi, apakah kau baik - baik saja ? "

Nyonya Yuan menatap A Chu agak lama. Matanya mulai berkaca - kaca.

Sesaat kemudian pecahlah tangisnya.

"Oh A chu, Kenapa hal ini harus terjadi ? Apa yang harus aku lakukan ? Hu hu hu"
Nyonya Yuan berkata sambil menangis. Tanganya berusaha menutupi wajahnya, namun tidak dapat menyembunyikan luapan air matanya.

A chu sangat kaget , karena secara mendadak bibi Yuan menangis keras. Dan hal yang membuat dia sangat heran adalah tiba - tiba bibinya bertanya kepadanya, mengenai prihal yang sama sekali tidak diketahuinya.

Apa yang terjadi ?

"Bibi ! aku mohon, bibi coba tenang ya ! Minumlah dahulu air putih ini, dan cobalah bibi jelaskan padaku secara perlahan, apa yang sebenarnya terjadi ? "

A chu menghampiri bibinya sambil memberikanya segelas air. Lalu dia mengusap - usap pundak bibinya.

Tidak lama kemudian nyonya Yuan mulai tenang lalu dia mulai berkata :

"Oh A chu, aku tidak tahu pasti apa yang sebenarnya telah terjadi. Yuan Ting .. Anak Ting tiba - tiba tidak sadarkan diri sejak semalam." Bibi Yuan menceritakan kejadian yang terjadi semalam.

"Semalam sehabis Yuan Ting kembali kerumah, setelah kalian pergi bermain bersama. Dia tampak mengurung diri dikamarnya. Pada waktu kita makan malam bersama juga, Yuan Ting tidak ikut. Aku pikir mungkin dia kelelahan dan tertidur sebentar.

Namun aku menjadi khawatir, sebab sepulag kerumah Yuan Ting belum makan malam. Aku takut hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatanya.

Akhirnya aku memutuskan untuk kedapur dan mencoba menyiapkan makan malam, untuk aku antarkan kekamarnya.

Sesampainya di depan kamarnya, aku berusaha mengetuk pintu kamarnya beberapa kali sambil memanggil namanya. Namun berkali - kali aku panggil, tidak ada jawaban dari dalam.

Akhirnya aku mencoba masuk sendiri tanpa Permisi terlebih dahulu. Begitu aku masuk kedalam, aku melihat Yuan Ting sedang berbaring diatas tempat tidurnya.

Aku letakkan makanan itu di atas meja, lalu aku berusaha untuk membangunkanya, dengan memangil namanya namun dia tidak menjawab.

Apakah begitu lelap tidurnya ? pikirku.

Selang agak lama aku menvoba membangunknya lagi, kali ini aku berfikir untuk menggoyang - goyang tubuhnya secara perlahan.

Tetapi begitu tangan ku menyentuh tubuhnya, aku kaget, karena tubuhnya terasa sangat panas sekali.

Aku mencoba untuk membangunkanya lagi, namun dia tidak kunjung sadarkan diri. Aku panik, langsung aku coba memeriksa pernafasanya, syukurlah dia masih bernafas walaupun nafasnya sangat lemah. Aku coba memeriksa nadinya. Aku sangar kaget karena aliran darahnya seperi tidak beraturan. Segera aku berlari keluar dan memanggil suamiku.

Akhirnya suamiku datang dan memeriksa kondisi Yuan Ting.
Dia tampak sangat terkejut begitu mendengar penjelasanku, tentang aliran darah Yuan Ting yang menjadi tidak beraturan.

Setelah dia coba memeriksa jalan darah Yuan Ting. Wajahnya tiba - tiba berubah menjadi pucat dan tidak menentu, antara kaget, sedih dan takut.

Lalu dia memerintahkan aku untuk keluar dan menutup pintu rapat - rapat, sementara dia akan berusaha menyalukan tenaga dalamnya, untuk mengembalikan aliran darah Yuan Ting yang tidak beraturan. Karena terlambat sedikit saja jiwa anak Ting sudah tidak dapat tertolong.

Aku segera bergegas keluar dan menutup pintu kamar rapat - rapat, sambil tiada hentinya aku brdoa untuk keselamatan Yuan Ting.

Semalam suntuk aku menunggu didepan kamar Yuan Ting. Aku sangat gelisah dan takut. Aku menghawatirkan keadaan Yuan Ting dan suamiku.

Tiba tiba dari dalam terdengar suara suamiku memanggilku :

"Adik Lim kemarilah ! " suaranya terdengar sangat lelah.

Aku bergegas masuk kedalam .

Disana aku melihat suamiku sedang terduduk lesu disamping pembaringan Yuan Ting. wajahnya terlihat pucat sekali. Lalu aku melihat Yuan Ting masih tidak sadarkan diri, namun nafasnya susah terdengar lebih teratur.

"Adik Lim, dengarkan ! kau segera pergilah kekota, dan panggil semua tabib yang ada dikota kesini, untuk memeriksa kondisi Yuan Ting saat ini. Aku telah berusaha sekuat tenaga, untuk mengembalikan aliran darah Yuan Ting seperti sedia kala. Namun Ilmu dan Tenagaku terasa tidak cukup.

Walaupun aku telah berhasil mengembalikan aliran - aliran darah Yuan Ting sebagian, sehingga nafasnya menjadi teratur, tetapi tubuhnya masih sangat lemah .

Aku ingin agar para tabib berusaha menjaga kondisi kesehatan Yuan ting, agar penyakit lamanya tidak kambuh dan membuat tubuhnya menjadi lebih parah , sementara aku berusaha menghimpun tenaga dan mencari cara menyembuhkan Yuan Ting secara perlahan.

Percayalah pasti ada Jalan"

Begitulah pada akhirnya aku bergegas pergi kekota dan membangunkan setiap tabib yang pernah aku kenal, dan menyuruh mereka segera kesini. Beberapa tabib yang melihat kondisiku menyuruhku untuk makan dan beristirahat . Tetapi … tetapi aku.. "

Begitulah akhirnya nyonya Yuan bercerita kepada A chu, mengenai masalah kesehatan yang menimpa putrinya.

A chu diam mematung dan tidak bisa berkata apa - apa . Mendengar penjelasan dari bibinya. Wajahnya berubah cemas dan takut.

Selang agak lama dia segera berlari menuju ke kamar Yuan Ting.

Namun begitu A chu baru saja tiba dilorong menuju kamar Yuan Ting , seseorang memanggil namanya.

A chu menghentikan langkahnya lalu dia menoleh.

Ternyata paman Yuan yang memanggilnya.

A chu segera berjalan menuju kearah pamannya.

Paman Yuan tampak sangat berbeda. Kondisi tubuhnya terlihat mengenaskan. Wajahnya pucat. Dan pinggiran matanya tampak menghitam. Kondisinya seperti orang penyakitan. Dia terlihat sangat kelelahan.

"Paman , apakah kau baik - baik saja ? " A chu bertanya kepada pamannya sambil cepat menghampirinya.

Paman Yuan menatap A chu beberapa saat. Lalu menjawab.

"Aku baik - baik saja, A chu ikutlah denganku ! Aku ingin berbicara dan menanyakan beberapa hal denganmu "

"Baiklah paman" jawab A chu.

Paman Yuan mengajak A chu ke ruangan pribadinya, yaitu ruangan baca yang ada disamping ruang makan.

"Nah A chu duduklah ! "

Paman Yuan mempersilahkan A chu untuk duduk. A chu menuruti perintah pamannya. Yuan tan pun mengambil posisi duduk tidak jauh dari A chu.

Yuan tan menatap A chu lama sekali. Lalu dia mulai bertanya :

"A chu apakah kau sudah mendengar tentang keadaan Yuan Ting ? "

Sinar mata Yuan tan tampak redup. Dia masih menatap A chu.

"Aku sudah mendengarnya dari bibi. Paman, bagaimana kondisi Yuan Ting sekarang paman ? Apakah dia masih belum sadarkan diri ? " A chu terlihat sangat cemas dan panik. Dia tidak bisa duduk dengan tenang.

"A chu, Tenanglah ! kondisinya sekarang sudah sedikit membaik. Aku telah berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya, walaupun dia masih belum sadarkan diri. Sekarang para tabib sedang mencoba merawat dirinya"

Terlihat kekecewaan besar diraut muka Yuan Tan. Dia menghela nafas, lalu dia kembali bertanya :

"A chu, apakah kau pernah melihat hal - hal yang aneh dilakukan Yuan Ting akhir - akhir ini ? Soalnya aku merasa akhir - akhir ini sikapnya menjadi agak berbeda"

A chu tampak sedikit heran, dia sedikit memiringkan kepala lalu dia menjawab :

"aku rasa tidak paman. Setiap aku pergi bermain bersamanya, Yuan ting hanya aku suruh duduk mendengarkan aku bercerita. Karena aku tahu Yuan Ting tidak boleh terlalu lelah. "

Mendengarkan jawaban dari A chu, Yuan tan tidak memperlihatkan reaksi apa - apa. Dia kembali menatap A chu agak lama lalu dia berkata :

"Benarkah kalian tidak pernah mencoba melakukan hal yang aneh - aneh ? "

"Maksud paman ? "

Yuan tan menghela nafas lalu melanjutkan :

"Suatu hari ketika aku sedang berjalan ditaman, dari jendela kamarnya, aku pernah secara tidak sengaja, melihat Yuan ting melakukan suatu hal yang tidak biasa, dia berduduk sila diatas dilantai, lalu melakukan gerakan - gerakan yang belom pernah aku lihat sebelumnya.

Aku sangat kaget . Karena aku merasa tidak pernah mengajarkan apa - apa kepadanya.

Dari mana dia bisa mempelajari gerakan - gerakan itu ?

Maka ketika kalian sedang pergi bermain, aku menyelinap kedalam kamarnya dan memeriksa semua buku - buku yang ada dikamarnya. tetapi tidak berhasil menemukan petunjuk apapun. Kebanyakan buku itu hanyalah buku sejarah dan kisah - kisah rakyat.

Lalu seperti yang kamu ketahui , tiba - tiba semalam Yuan Ting mengalami sakit yang sangat parah. Ketika aku periksa, ternyata jalan darahnya menjadi kacau dan tidak beraturan. Sepertinya penyebabnya adalah gerakan - gerakan aneh yang dilakukanya akhir - akhir ini "

Wajah A chu tampak memucat , keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.

Dia mendadak bangkit dari tempat duduknya .

"Ti… tidak mungkin, kemarin tubuhnya tampak masih baik - baik saja. Bahkan… bahkan kesehatannya sepertinya sudah mulai membaik. Karena Aku… Akulah yang mengajarkan gerakan itu kepadanya"

"APA…?”

Yuan tan terlihat sangat kaget dan juga merasa tidak percaya, dengan apa yang barusan didengarnya.

Di lalu bngkit dari tempat duduknya dan segera menghampiri A chu. Emosinya meluap - luap.

"A chu, benarkah apa yang baru saja kau bilang ? "

Yuan tan telah berdiri didepan A chu.

"Be.. benar paman, te… tetapi..” A chu tertunduk lesu.

Terlihat kekecewaan yang sangat mendalam diwajah Yuan Tan . Dia tidak habis percaya, ternyata A chu lah yang Telah menyebabkan anak gadisnya satu - satunya, mengalami musibah yang hampir merenggut jiwanya.

Hampir saja dia memukul A chu, namun melihat raut muka A chu yang terlihat sangat menyesal, akhirnya dia berhasil mengendalikan emosinya.

Yuan tan membalikan badan dan berjalan kembali menuju tempat duduknya semula.

Dia terduduk lemas. Lalu dia menundukan kepalanya. Sambil kedua tanganya menutupi wajahnya dia lalu berkata :

"Oh A chu, mengapa kau begitu sembrono. Mengapa kau begitu gegabah. Kau mengajarkan sesuatu kepada Yuan Ting, tanpa memikirkan resikonya terhadap kondisi kesehatanya. Kau kan tahu kalau tubuhnya sangat lemah. "

"Maafkan aku paman, aku sangat menyesal dengan kejadian ini, aku.. aku.. "

"Sudahlah A chu, kejadiannya sudah menjadi begini . Kau masih sangat muda, wajar kalau kau sering melakukan hal yang gegabah. Dan sekarang lebih baik aku memikirkan bagaimana cara ,untuk memulihkan kondisi kesehatan Yuan Ting" Yuan tan masih tertunduk lesu.

A chu mencoba menghampiri pamanya . Dengan bersungguh - sungguh lalu dia berkata :

"Paman, semua ini adalah kesalahanku, bila ada suatu hal yang bisa aku lakukan untuk menolong Yuan Ting katakan saja paman, apapun pasti akan aku lakukan? "

Yuan tan megangkat kepalanya dan menatap A chu.

"Ah A chu sudahlah, untuk saat ini..."

Tiba - tiba perkataan Yuan tan terhenti sebentar, karena sepertinya dia mengingat sesuatu.

"Ah benar, bila aku dapat mengetahui darimana dan dari aliran mana sumber gerakan yang dipelajari Yuan ting, mungkin aku dapat belajar cara memulihkanya “

Lama Yuan tan memandang A chu lalu dia bertanya :

" A chu, sesunguhnya darimana kau mempelajari gerakan itu ? Apakah ada seseorang yang mengajarkanmu ? "

A chu tampak berfikir sejenak.

Lalu dia mulai menceritakan Darimana dan bagaimana dia mempelajari gerakan itu , dia menceritakan tentang mendiang Ayahnya yang memaksanya untuk menghafalkan isi sebuah kitab kuno , dan dari situlah dia memperoleh petunjuk tentang gerakan tersebut.

Yuan tan tampak serius mendengarkan cerita dari A chu. lalu dia bertanya :

"A chu apakah kau masih menghafalkan isi kitab tersebut ?

"Tentu saja paman, karena itu merupakan pesan trrakhir dari ayah" A chu menjawab dengan sungguh - sungguh.

"Bagus sekali ! Bila aku dapat mempelajari isi kitab tersebut, mungkin saja aku dapat menemukan cara untuk menyembuhkan penyakit Yuan Ting "

A chu tampak menemukan sebuah sinar harapan. Lalu dia berkata.

"Baiklah paman. Akan aku coba menuliskan seluruh isi kitab tersebut secepatnya. Aku rasa memang lebih baik paman yang mempelajari isi kitab tersebut. Aku percaya Kalau orang segagah dan sebaik paman yang mempelajarinya, pasti ayahpun akan setuju."

"Terima kasih banyak A chu, mudah - mudahan dengan ini, jiwa Yuan Ting dapat tertolong "

Begitulah pada akhirnya A chu memutuskan, untuk mulai menuliskan isi kitab wasiat peninggalan mendiang Ayahnya, untuk menolong jiwa Yuan Ting.
________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter
Read More

Wednesday, January 11, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 6 - Cerita Masa Lalu

Perubahan - perubahan yang terjadi atas diri anaknya, membuat Tuan dan Nyonya Yuan merasa gembira, tetapi juga amat keheranan.

Dahulu kondisi tubuh Yuan Ting sangatlah lemah. Bahkan sebelum A chu datang kerumah mereka , Hari - hari Yuan Ting lebih sering dihabiskan didalam kamarnya. entah itu membaca buku atau hanya berbaring diatas kasur.

Setelah A chu datang Yuan Ting lebih sering keluar dari kamarnya, karena A chu selalu mengajaknya pergi ke bukit belakang rumahnya. Kata A chu menghirup Udara di luar sangatlah Baik untuk kesehatannya. Walaupun sesampainya disana kerjaan Yuan Ting, hanyalah berduduk seharian sambil mendengarkan A chu bercerita.

Dan memang benar saja perlahan kondisi Yuan Ting mulai agak membaik ,bahkan sebelum A chu mengajarkannya cara menghimpun tenaga.

Namun Biasanya begitu Yuan Ting kembali ke kamarnya, setelah seharian bermain bersama A chu, dia merasa sangatlah kelelahan dan Langsung Tertidur lelap.

Tetapi Akhir - akhir ini tubuh Yuan Ting terlihat lebih kuat dan tidak mudah lelah, Hal inilah yang membuat Tuan dan Nyonya Yuan Bingung dan amat penasaran, karena mereka merasa tidak pernah mengajarkan apa - apa atau memberikan apa - apa kepada Anaknya. Bahkan Tabib yang biasa datang memeriksa kesehatan Yuan Ting pun dibuat kebingungan.

Apakah Tanpa sengaja Yuan Ting telah memakan semacam Obat ajaib, yang membuat tubuhnya menjadi lebih kuat ? ataukah dia bertemu dengan Seorang Pertapa Sakti yang telah memberinya pertolongan.

Tetapi Siapa ?

telah lama mereka Tinggal di tempat ini dan Tidak pernah mereka mengenal seorangpun yang memiliki kemampuan tersebut.

Pernah suatu hari mereka bertanya kepada Yuan Ting, mengenai perihal apa yang telah terjadi pada dirinya, atau apa yang sudah dia lakukan, bahkan sampai mereka pernah bertanya, makanan apa yang sudah dimakan Yuan Ting tanpa sepengetahuan mereka. Namun Jawaban Yuan Ting selalu sama yaitu :

‘Tidak tahu’.

Mereka mencoba bertanya kepada A chu, namun jawaban A chu pun sama

‘Tidak tahu’.

Akhirnya pada suatu hari, Yuan Tan sang ayah yang penasaran, Mulai menyelidiki tingkah laku anaknya . Dia membuntuti kemana Yuan Ting pergi, terutama pada saat anaknya pergi bersama A chu.

Yuan Tan mengikuti anaknya dan A chu pergi Melalui Pintu belakang , tenyata mereka menuju kejalan setapak yang berada dibelakang rumahnya.

Yuan Tan sangat hafal jalanan ini , dan dia sangat mengetahui kemana ujung jalan setapak ini, yaitu sebuah bukit, bukit yang penuh kenangan, Tempat yang dulu selalu digunakanya untuk melatih ilmu silatnya.

Yuan tan bersembunyi disalah satu pohon tidak jauh dari tempat A chu dan Yuan Ting duduk. Dia bisa melihat dan mendengarkan pembicaraan mereka dengan jelas.

Awalnya A chu dan Yuan Ting hanyalah membahas tentang nama - nama para pendekar, lalu membahas tempat - tempat terindah yang suatu saat akan mereka kunjungi. Dan juga tentang makanan - makanan lezat di setiap daerah .

Obrolan mereka hanyalah obrolan biasa, yang memang sering dibicarakan oleh anak seumuran mereka.

Karena merasa percuma mengikuti obrolan mereka lebih lama, akhirnya yuan tan memutuskan untuk kembali kerumahnya.

Namun belum sempat dia beranjak dari tempatnya .tiba - tiba Dia mendengar Yuan ting bertanya kepada A chu :

"Kakak Chu . Pelajaran yang kau ajarkan kepadaku waktu itu sangatlah bermanfaat. Terima kasih banyak , aku merasakan kondisi tubuhku mulai membaik. Oh iya kalau boleh aku bertanya. Dari manakah kau mempelajari kepandaian tersebut? " Yuan ting menatap A chu degan tatapan ingin tahu yang besar.

Sungguh pas sekali pertanyaaan Yuan ting tersebut, sesuai dengan apa yang sedang ingin diselidiki oleh Yuan Tan. Dia Mengurungkan niatnya untuk pergi, dan dia memutuskan untuk tetap tinggal disitu dan mendengarkan pembicaraan mereka.

A Chu tampak agak kaget dengan pertanyaan tiba - tiba dari Yuan Ting tersebut. Dia termenung agak lama lalu dia berkata :

"Adik Ting maukah kau berjanji lagi kepadaku, bahwa kau akan menyimpan rahasia ini dan tidak akan menceritakannya kepada siapa - siapa ? "

"Tentu saja Kakak Chu , bahkan aku tidak pernah mengatakan apapun kepada ayah dan Ibu tentang pelajaran yang kau ajarkan kepadaku kemarin” Jawab Yuan Ting dengan tampang serius dan Bangga.

A chu memperhatikan sikap Yuan Ting itu sambil tersenyum lalu dia mulai bercerita :

“Baiklah, jadi dulu Pada suatu malam ketika aku baru saja mahir membaca dan menulis, ayah mengajak diriku kesebuah kamar rahasia dibawah tanah.

Ruangan ini cukup besar , Disana terdapat macam - macam senjata mulai dari pedang, tombak dan berbagai jenis senjata yang aneh - aneh bentuknya, semua tergantung pada dinding ruangan. Tetapi Yang lebih Aneh, disana tidak tampak seperti ruangan atau kamar pada umumnya, disana Hanya terdapat sebuah meja dan sebuah kursi. Dan sebuah penerangan .

Siapakah pemilik kamar ini ?

Apakah ayah ?

Tetapi yang aku tahu ayah tidak pernah berlatih ilmu silat ataupun belah diri mengunakan senjata.

Oleh karena itu Awalnya aku berfikir, mungkin ayah mengajak aku ketempat ini, karena ingin memeritahukan suatu rahasia kepadaku, yang dia tidak ingin diketahui oleh Ibu. Aku sempat merasa geli membayangkan hal itu.

Atau Apakah ayah ingin mengajarkan aku ilmu silat ?

Ataukah dia ingin menghukum dan mengurungku di tempat ini?

Tetapi semua bayangan ku meleset .

Ternyata disana aku hanya disuruh menghafalkan, sebuah kitab yang sudah tampak agak usang dan berdebu.

Aku tidak mengerti kenapa ayah menyuruhku untuk menghafal isi kitab itu.

Kitab itu tidak terlalu tebal dan Sampul kitab itu sudah sangat usang, ada beberapa huruf tertulis di sampulnya, tapi tulisan itu sudah mulai pudar dan tidak bisa aku baca.

Dan Setelah kubuka ternyata kitab itu hanyalah sebuah kitab sastra pada umumnya, bahkan tidak ada satupun gambar atau hiasan lainnya. Hanyalah berupa kumpulan tulisan - tulisan.

Baru aku melihat halaman pertama saja mataku sudah berputar - putar. Namun Ayah bersi keras memaksa aku untuk menghafalkan isi kitab itu, bahkan ia tidak segan - segan memukul dan memberi hukuman kepadaku bila aku lalai.

Aku belum pernah melihat ayah bersikap kasar dan sekejam itu, apalagi kepadaku.

Tetapi pada hari biasa, sikap ayah tetap ramah dan baik kepadaku.

Setiap malam aku membaca dan menghafal isi kitab itu. Anehnya semakin lama aku membaca kitab itu , semakin aku ketarik dan penasaran. Karena bukan hanya menarik, tetapi terkadang isi kitab itu sangatlah aneh malahan terkadang lucu.

Didalam kitab itu banyak sekali, petunjuk - petunjuk untuk melakukan gerakan - gerakan tertentu.

Mulai dari cara mengambil nafas yang benar, melakukan kuda - kuda, ada juga cara mengosongkan pikiran, dan cara menghimpun tenaga, bahkan yang paling lucu didalam kitab itu ada petunjuk tentang bagaimana cara tidur yang baik ha ha ha .

Sungguh aku tidak habis pikir, pasti pengarang kitab ini adalah orang yang sangat jenaka.

Tetapi menurut buku itu, tidur merupakan suatu bagian yang paling vital dalam berlatih ilmu silat, soalnya pada saat kita tidur, sebenarnya disaat itulah tubuh kita mulai berkerja .

Tubuh kita mulai berkerja untuk mencerna, apa yang telah kita latih pada saat kita masih terjaga.

Energi yang kita kumpulkan juga, mulai dibagi - bagi dan diserap secara merarata,

Bahkan proses pemulihan tubuh kita juga terjadi dikala kita tertidur.

Makanya terkadang rasa lelah atau sakit - sakit yang kita rasakan sebelum tidur , menghilang ketika kita bagun dipagi hari dan kita merasa segar.

Walaupun aku berhasil menghafalkan isi kitab itu, tapi aku tidak pernah melatihnya karena banyak sekali petunjuk - petunjuk didalam buku ini yang aku tidak mengerti, Mungkin karena pengetahuanku yang masih bisa dibilang cetek he he.

Nah, pelajaran yang kemarin aku ajarkan kepadamu juga, aku pelajari dari petunjuk didalam kitab ini.

Lagipula hanya pelajaran itulah dari kitab ini yang aku latih ha ha ha "

A chu meceritakan pengalaman masa lalunya, mengenai dirinya dan sebuah kitab yang sangat aneh kepada Yuan Ting.

Tragedi memilukan yang menimpa keluarga A chu karena kitab itu, tidak A chu ceritakan, karena menurutnya hal tersebut bisa membuat Yuan Ting merasa sedih.

Lagipula A chu pun tidak ingin mengingat peristiwa buruk, yang menimpanya tersebut.

Yuan Ting mendengarkan cerita A chu dengan hikmat. Terkadang dia tertawa mendengar gaya bicara A chu yang lucu, ketika Menirukan suara galak ayahnya. Tetapi terkadang dia juga menjadi sangat bersemangat dan penasaran.

Yuan Ting paling suka mendengarkan A chu bercerita.

Karena selain A chu memang pandai mengolah kata, sehingga ceritanya menjadi enak didengar, A chu juga mahir meperagakan kejadian demi kejadian yang terjadi didalam ceritanya.

Bila memperhatikan A chu bercerita , kita seolah - olah diajak untuk masuk menyelam kedalam ceritanya, dan mengalami langsung kejadian - demi kejadian Itu secara nyata.

Mungkin ini salah satu bakat terpendamnya, sepertinya dimasa depan A chu cocok menjadi seorang tukang dongeng keliling.

Yuan Ting selalu merasa geli bila membayangkan hal ini.

Dia membayangkan kelak A chu sedang duduk dibawah pohon dan asik berdongeng, sementara dihadapanya telah ramai oleh anak - anak kecil yang duduk rapih mendengarkan dongeng A chu, dia juga membayangkan wajah anak - anak kecil lugu tersebut yang tampak sangat serius dan bersemangat menyimak A chu becerita, persis seperti keadaan dirinya sekarang.

Mengetahui hal ini , tanpa sadar Yuan Tin menjadi cekikikan sendiri.

"Adik Ting ! "

Tiba - tiba terdengar suara A chu memanggil.

Tetapi Yuan Ting masih tampak asik sendiri, membayangkan tentang A chu di masa depan.

"Adik Ting ! hei Adik Ting !" A chu memanggil lagi.

Kali ini tangannya tampak dilambai - lambaikan didepan wajah Yuan Ting.

Seketika itu pula buyarlah lamunan Yuan Ting. Dan dengan wajah agak kikuk dan sedikit malu Dia menjawab :

"Eh ? i.. iya? " hanya kata itu yang sempat keluar dari mulut Yuan Ting.

"Ha ha. Kau sedang melamun apa hayo ? "

A chu memperhatikan wajah dan sikap Yuan ting yang kikuk itu dengan dengan tatapan jenaka.

"Ti.. tidak me.. melamun apa - apa , a.. aku hanya sedang mencoba untuk meresapi cerita kakak Chu tadi" jawab Yuan Ting secara Terbata - bata sambil menundukan kepalanya malu.

"Ha ha ha ha , mengapa kau tampak gugup hayo ? Ha ha ha ha ha “

Sambil tertawa A chu terus saja meledek Yuan Ting.

"Ah kakak Chu, kau memangnya si orang jahat hu hu hu "

Yuan ting memeletkan lidahnya lalu memukul - mukul tubuh A chu dengan gemas.

"Ha ha ha, mohon ampun Adik Ting, ha ha." A chu tertawa geli.

Tanpa terasa, waktu sudah hampir malam.

"Oh iya adik Ting, tampaknya karena terlalu Asik bercerita, aku sampai lupa waktu, matahari sudah hampir Terbenam. Gawat ini ayo lekas kita pulang”

Lalu A chu dan Yuan ting tampak berjalan beriringan dengan bahagia meninggalkan tempat tersebut.

Masih terdengar suara gelak tawa mereka dari kejauhan.

Matahari sudah mulai terbenam dan kegelapan mulai menyelimuti bukit tersebut, sudah tidak nampak bayangan seorangpun ditempat itu.

Suasana menjadi sunyi senyap.

Benarkah sudah tidak ada seorangpun dibukit tersebut ?

Tiba - tiba dari balik kegelapan muncul bayangan seseorang, dia berjalan dengan langkah yang amat ringan dan tanpa menimbulkan suara sedikitpun, kedua tangannya disingkap kebelakang dia berjalan menuju kepinggir bukit .

Langkahnya terhenti disitu dan dia mulai menatap jauh kedepan.

Beberapa saat kemudian Sinar rembulan mulai menyinari bukit tersebut.

Menyinari tubuh orang yang sedang berdiri dipingiran bukit itu.

Perlahan - lahan bayangan orang tersebut mulai pudar dan menperlihatkan wujudnya, mulai dari ujung sepatunya sampai kebagian wajahnya.

Ketika Wajahnya baru saja tersingkap sebagian sebatas mulut dan hidung,
Tiba - tiba orang itu tersenyum bengis dan berkata secara pelahan :

"Akhirnya .."

‘Akhirnya’ adalah sebuah kata yang sangat teramat singkat. Sangat mengikat dan Sangat misterius, entah apa makna sesungguhnya yang terkadung didalamnya. Hanya Orang itu dan tuhan yang tau.

"HA HA HA HA HA....”

Lalu tidak lama kemudian terdengar suara tawanya yang mengelegar dan bergema keseluruh penjuru.

Memecah keheningan malam.
________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter
Read More

Monday, January 9, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 5 - Yuan Ting

Keesokan harinya A chu terbangun. Dia sangat terkejut karena terlihat seorang anak gadis tengah berada dikamarnya. Anak gadis ini berusia sekitar 6 sampai 7 tahun seumuran dengan A chu. Mungkin lebih muda setahun darinya.

Gadis itu pun kaget melihat A chu yang mendadak bangun. Hampir saja teko teh yang dipegangnya terjatuh. Namun tidak lama wajahnya merona berseri - seri menatap A chu ,dan dia lalu berkata dengan riang :

"Ah kakak Chu kau sudah bangun, aku baru saja hendak menyediakan teh untuk kakak Chu"

Gadis itu bermata besar dengan bibir mungil dan pipi kemerahan. Begitu cantik dan molek. Rambutnya hitam panjang dan sangat indah. kulitnya sangat putih namun wajahnya tampak sedikit pucat.

Gadis itu tersenyum ramah kepada A chu. Lalu dia melanjutkan perkataaanya :

"Ayah dan ibu sedang ada diruangan tengah, habis itu mereka hendak makan siang, pasti mereka sangat senang mengetahui kalau kakak Chu sudah bangun"

Gadis itu selalu tersenyum sehabis berbicara. Dan bila tersenyum matanya agak menyipit dan lesung pipinya terlihat. Sungguh mempesona dan menyenangkan anak gadis ini.

"Kamu adalah ? "

A chu tampak agak berfikir dan mengira - ngira siapakah gerangan gadis ini.

Gadis itu agaknya menyadari kalau A chu masih belum mengenali dirinya, dia sedikit terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangannya. Lalu dia berkata :

"Kakak Chu pasti tidak mengenaliku, ini aku Yuan Ting he he" Jawab gadis itu agak tersipu.

A chu tampak kaget, namun kemudian dia tampak berseri - seri.

"Ah Adik Ting ternyata kamu. Wah kamu telah tumbuh menjadi anak gadis yang cantik molek ha ha "

Yuan ting semakin tersipu dia menutupi wajahnya dengan kain baju tangannya. Wajahnya tampak memerah. Sunguh manis sekali.

"Ah kakak Chu nih , kamu bisa saja hi hi, eh iya ,ngomong - ngomong kau lapar tidak ? Hari sudah menjelang Siang, Mari kita makan dulu, ayah dan ibu pasti juga sedang menuggu bertemu kakak Chu"

Tidak lama kemudian mereka berdua berjalan menuju ruangan makan. Disana sudah menanti Paman dan Bibi Yuan. Mereka tampak sedang asik berbicara, namun setelah melihat kedatangan A chu dan Yuan ting obrolan mereka terhenti . Wajah mereka tampak ceria melihat A chu sudah agak baikan. Lalu dengan ramah paman Yuan menyapa dan bertanya kepada A chu.

"A chu syukurlah kau sudah bangun, bagaimana kondisi tubuhmu ?"

tanya paman Yuan sambil mempersilahkan A chu duduk dibangku dihadapanya , wajahnya masih tampak agak kawatir.

"Aku sudah pulih seperti sedia kala ,terima kasih untuk perhatian dan kebaikan paman dan bibi "

jawab A chu sambil membungkuk hormat , dia tampak sangat berterima kasih.

"syukurlah, tentunya perutmu sudah sangat lapar sekarang, mari kita berdoa dulu dan mulai makan"

Tampak kelegaan diwajah bibi Yuan lalu dia mempersilahkan semua untuk makan.

Diatas meja sudah dihidangkan berbagai macam makanan lezat mulai dari : Bebek panggang saus madu, Ayam goreng bumbu kecap, cumi goreng saus asam manis, Ang sio bak, dan aneka sayuran segar ditumis kecap asin, tidak ketinggalan sop ikan kakap merah yang merupakan makanan terkenal dari daerah Yangciu.

Walaupun hidup agak menyendiri, namun Keluarga Yuan merupakan salah satu keluarga yang cukup kaya dan terpandang di kota Yang Ciu.

"A chu makanlah yang banyak jangan malu - malu " kata paman Yuan sambil tersenyum ramah kepada A chu.

Suasana ruang makan saat itu sangat penuh rasa kekeluargaan. A chu merasakan kehangatan yang sama seperti ketika dia dulu makan bersama kedua orang tuanya.

Apalagi Paman dan Bibi Yuan juga tampak sangat menyayangi A chu, dan sudah menganggap A chu seperti anak sendiri.

Manusia adalah mahluk sosial yang pada dasarnya senang menolong dan akan merasa bahagia bila melihat orang lain bahagia.

*****
A chu sering bermain bersama Yuan ting. Hampir setiap hari mereka bersama.
Mereka memiliki tempat istimewa yaitu bukit di belakang rumah keluarga Yuan. Disana mereka sering menghabiskan waktu seharian.

Karena tubuh Yuan Ting yang lemah , dia tidak bisa pergi jauh dari rumahnya. Seminggu sekali tabib datang untuk memeriksa kondisi kesehatanya.

Dahulu dia selalu merasa kesepian, karena disekitar rumahnya tidak ada anak sepataran yang bisa menjadi temanya bermain. Namun sekarang ada A chu, keponakan yang selalu menemaninya sepanjang hari.

A chu selalu menceritakan hal - hal yang menarik untuknya. Dan A chu juga selalu sabar menjawab semua pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Yuan ting mengenai kehidupan diluar.

Maklumlah Yuan ting hampir tidak peenah keluar rumahnya, dan rumahnya pun jauh dari keramaian. A chu sudah seperti kakak laki-laki yang selalu menjaganya.

"Jadi pada akhirnya kerajaan Man berhasil dikalahkan, dan bangsa kita beehasil memperoleh kemerdekaanya setelah hampir 200 tahun dikuasai bangsa asing"

Cerita A chu disuatu siang. Sementara A chu bercerita dengan menggebu - gebu, Yuan ting tampak sangat asik mendengarkan sambil berduduk dibawah pohon.

Tempat itu adalah sebuah bukit dengan tanah yang aga lapang, diatasnya ditumbuhi oleh rumput - rumput nan hijau. dan disitu juga tumbuh pohon - pohon dengan daun yang sangat rindang . Ditengah - tengah tempat itu terdapat sebuah batu besar yang biasa diduduki oleh A chu dikala sedang asik bercerita. Bukit itu sebagian dikelilingi oleh lereng bukit yang cukup terjal dibawahnya merupakan hutan belantara yang sangat luas.

"Lalu siapakah yang paling berjasa membantu para pejuang mengusir kaum penjajah itu ? " tanya Yuan Ting dengan bersemangat.

"Itulah para pendekar yang telah berusaha bahu - membahu bersama para pejuang negeri. Tanpa bantuan mereka hampir mustahil kita bisa mengalahkan penguasa yang telah bertahta sekian lama" A chu bercerita sambil menirukan kegagahan para pejuang. Tanganya memukul kesana , kakinya menendang kesini.

"Wah sungguh hebat ha ha ha " Yuan ting berseru sambil bertepuk tangan.

"Oh iya, Tetapi apakah Kakak Li pernah belajar silat? " tanya Yuan Ting penasaran.

A chu tampak agak berfikir dan merenung cukup lama sampai akhirnya dia menjawab :

"Dahulu aku pernah belajar beberapa gerakan dasar, namun tidak mahir ha ha , dan dari ayahku aku...."
A chu berhenti sejenak lalu menyambung :

"Ha ha .. ayahku hanyalah seorang pedagang, yang bisa aku pelajari darinya hanyalah mengenai ilmu sastra dan hitung - menghitung yang bikin keder ha ha ha " lalu dia tertawa.

Yuan ting pun ikut tertawa menyaksikan sikap A chu yang lucu.

"Oh iya adik Ting tampaknya sudah sore, sudah saatnya kita kembali"

"Ah iya, aku sampai lupa waktu, ayah pasti akan memarahiku"

A chu menggandeng tangan Yuan Ting dan mengajaknya pulang ke rumah.
Matahari mulai meredupkan Sinarnya dan sang Rembulan tampak malu - malu mulai memunculkan diri.

Keesokan harinya seperti biasa A chu mengajak Yuan Ting Bermain - main dibukit belakang.

Namun SIang itu Yuan Ting tampak aga sedikit berbeda. Dia tampak kurang bersemangat seperti biasanya . tubuhnya tampak lemah dan kurang sehat. Melihat hal tersebut A chu bertanya :

"Adik Ting, Apakah kau kurang enak badan ? Sepertinya wajahmu pucat sekali "

"Ah aku tidak apa - apa kakak Chu, hanya sedikit kelelahan " jawab Yuan Ting sambil tersenyum manis.

"Kalau aku perhatikan, sepertinya kau kurang tidur, apa yang membuatmu susah tidur ? Apa jangan - jangan kau akhir - akhir ini sering minpi buruk ? "

"Ha ha tidak seperti itu, aku hanya terlalu asik membaca buku. Beberapa Buku yang kau rekomendasikan kepadaku sangat menarik. Ayah membelikanya untukku kemarin. Buku tentang cerita para pendekar, aku tidak bisa berhenti membacanya" Yuan Ting tampak bersemangat. Matanya tampak berbinar - binar. Lalu dia melanjutkan :

"Kisah si dewa pedang Bok Jio Hu dan si tombak petir Xiao Kiam Feng sungguh menarik, apalagi mereka juga turut berjasa dalam mengusir penjajah, Cerita perjuangan Ketua perkumpulan Awan dan Air yaitu Kang Liong yang mengumpulkan para pendekar sakti, serta cerita si Setan Pedang Tua Lau yu lok, dan ah masih ada Si Raja Iblis Merah Hong Li, yang katanya merupakan manusia terkuat sepanjang sejarah. kisah kepahlawanan mereka sungguh membuatku ikut bersemangat"

A Chu menatap Yuan Ting dengan tatapan Heran. Sungguh aneh adik sepupunya yang satu ini.

Belum pernah A Chu menemukan anak gadis yang sangat tertarik dengan kisah kepahlawanan para pendekar.

Lalu Sambil tertawa A chu berkata :

"Ha ha aku sungguh tidak habis pikir, mengapa seorang anak gadis sepertimu, begitu menggemari kisah - kisah dunia persilatan "

Yuan Ting ikut tertawa sejenak, kemudian wajahnya menjadi agak muram. Dengan agak murung dia berkata :

"Seandainya aku mengerti sedikit saja ilmu silat, tentu badanku akan menjadi sehat dan tidak sakit - sakitan seperti ini. Dan aku bisa pergi berkelana kemanapun aku suka, mengunjungi tempat - tempat Indah dan menarik, mencicipi makanan - makanan lezat diberbagai tempat dan menolong siapapun yang tertipa musibah. Tentunya setiap orang akan aku buat bahagia "

Begitulah Yuan Ting menceritakan impian hidupnya. Matanya sudah mulai berkaca - kaca. Dia menatap jauh ketempat kosong. Lalu dia memejamkan matanya menahan air mata yang hampir menetes keluar.

A chu menatap Yuan Ting dalam - dalam lalu menggengam tanganya.

A chu tidak habis berfikir, betapa tidak adilnya Tuhan. Mengapa dia menjadikan tubuh Yuan Ting begitu lemah dan memberikan penyakit kepadanya. Gadis yang begitu baik dan memiliki semangat hidup yang sangat besar harus mengalami takdir yang menyedihkan. Terkekang ditempat ini , tidak bisa merasakan kebebasan menjadi seorang manusia.

Sedangkan banyak orang diluar sana yang Masih tidak bersyukur walau sudah diberikan tubuh yang sehat. Mereka selalu mengeluh kepada tuhan dan selalu merasa kekurangan.

A Chu sangat ingin sekali membantu Yuan Ting namun apalah daya. Dia tidak memiliki kekuatan apa - apa. Apa yang bisa dia lakukan ? setelah berfikir cukup lama akhirnya dia menemukan sesuatu pemikiran.

Dulu semenjak A chu mulai belajar ilmu mengumpulkan tenaga dalam atas petunjuk gurunya, A chu mulai sakit - sakitan dan tubuh A chu malah semakin hari semakin melemah. Sampai Tabib dipanggil untuk memeriksa kondisi tubuh A chu. Pada Waktu itu Tabib menemukan bahwa Aliran Darah A chu Berbalik dan menjadi kacau karena salah berlatih.

Semua orang pada saat tidak ada yang menduga bahwa Ba Yun Xi mantan Gurunya A chu, memang Sengaja menyesatkan Pelajaran A chu. Bahkan dari awal sesungguhnya Ba yun Xi tidak pernah berniat untuk melatih A chu. Dia Hanyalah berpura - pura agar mendapatkan kepercayaan dari keluarga A chu.

Namun Suatu hari saat A chu terbaring lemah dikamarnya, A chu mulai berfikir dan menemukan bahwa apa yang dia pelajari dari gurunya sangat bertolak belakang, dengan petunjuk Bagian pertama yang tertulis dalam kitab kuno yang mendiang Ayahnya suruh A chu menghafalkan.

Ahirnya A Chu mulai berduduk sila diatas tempat tidurnya dan mencoba menirukan gerakan demi gerakan sesuai dengan petunjuk Bagian pertama dalam kitab tersebut.

Alhasil A chu mulai merasakan hawa Panas mulai mengalir didalam tubuhnya , nafasnya menjadi lancar, kepalanya menjadi ringan dan tubuhnya terasa enak sekali. Mulai saat itu hampir setiap hari sebelum tidurnya A chu melakukan gerakan tersebut.

Dan pada saat itu kondisi tubuh A chu mulai berangsur - Angsur membaik setiap A chu Bangun tidur dia merasa Segar dan pikiranya jernih.

Namun akhir - akhir ini, apalagi semenjak kejadian memilukan yang telah menghancurkan hidupnya A chu tidak pernah berlatih lagi dan semakin lama mulai meninggalkan latihan tersebut. Akan tetapi isi kitab tersebut tidak pernah A chu lupakan, karena itu merupakan peninggalan dan wasiat terakhir dari mendiang Ayahnya.

“Adik Ting apakah kau percaya kepadaku ? “ masih menggenggam tangan Yuan Ting tiba - tiba A chu Berkata demikian.

Yuang Ting yang tampak Kaget karena tiba - tiba A chu berkata seperti itu, dia menjawab dengan nada keheranan.

“ Eh iya tentu saja Kakak Chu , mengapa kau mendadak bertanya begitu ? “ Yuan Ting balik bertanya wajahnya masih keheranan. Namun tanpa memperdulikan sikap keheranan Sepupunya, A chu kembali berkata :

“Dengarkanlah Adik Ting ! aku akan mengajarkan sebuah kepandaian kepadamu , yang mungkin dengan kepandaian ini, akan bisa membantu penyembuhan tubuhmu. Tetapi jangan pernah sekalipun kau beritahukan kepandaian ini kepada orang lain, dan kau harus melatihnya secara diam - diam. apakah kau bisa mengerti ? “

Yuan Ting menjadi bersemangat mendengar perkataan sepupunya tersebut, tetapi A chu masih menatapnya dengan tatapan serius .

Yuan Ting walaupun masih aga sedikit bingung dengan perubahan tiba - tiba dari A chu, akhirnya Mengangguk dan berkata :

“Baiklah Kakak Chu aku berjanji “

Lalu A chu mulai mengajarkan gerakan yang dulu pernah dipelajarinya, dari kitab sakti peninggalan ayahnya kepada Yuan Ting.

Hampir setiap hari mereka berlatih bersama gerakan itu di bukit belakang rumah Yuan Ting.

Dan secara perlahan - lahan kondisi dari kesehatan Yuan Ting mulai membaik .

________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter
Read More

Sunday, January 8, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 4 - Paman dan Bibi Yuan

Kuda yang ditunggangi oleh chen dan A chu, melesat dengan cepat melewati jalan setapak didalam hutan. Entah sudah berapa lama mereka berjalan. Kuda itu tampak amat kelelahan, karena dipaksa berlari siang dan malam tanpa Henti.

Akhirnya kuda itu tumbang, setelah mereka tiba di sebuah kuil terlantar. Dari mulut kuda itu mengeluarkan busa.

Kuil itu adalah kuil pemujaaan kepada dewa perang, dimasa damai seperti sekarang, kuil ini sudah ditinggalkan para penganutnya.

A chu berjalan memasuki kuil tersebut sambil membopong Chen yang sudah tidak bertenaga, karena racun dari luka ditubuhnya nampaknya mulai bereaksi.

"Permisi … apakah ada orang didalam? Maafkan kelancangan hamba yg masuk tanpa izin "

Namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Karena memang bangunan ini sudah lama tidak dikunjungi manusia. Kuil ini sangat tidak terawat, Atapnya sudah pada rusak dan hilang sebagian. Bahkan dilantai, sudah mulai ditumbuhi rumput - rumputan liar.

Ditengah - tengah ruangan terlihat patung Kuan Yu, yang walaupun sudah usang dan tumbuh lumut dimana - mana, namun masih memperlihatkan keangkeran dan keagungan sang dewa perang.

A chu menyenderkan tubuh Chen disamping meja tempat pemujaan. Lalu dia bertanya :

"Paman Chen bagai mana kondisi tubuhmu ? " Tidak ada jawaban dari Chen.

Tidak lama A Chu kembali bertanya sambil memanggilnya dengan perlahan.

"Paman Chen."

Tiba - tiba tubuh Chen bergerak sedikit. Tampak dia masih mencoba mengumpulkan sisa - sisa tenaganya. Lalu dia berkata dengan suara yang amat lirih :

"Tuan muda syukurlah kau selamat, uhuk kau jangan kawatir tuan muda aku baik- baik saja."

Chen berusaha membuka kedua matanya namun tampak sangat sulit, akhirnya dengan mata terpejam dia bertanya :

"Dimanakah kita sekarang tuan muda ?"

"Kita berada disebuah kuil pemujaan dewa perang Kuan Yu yang sudah usang dan tidak berpenghuni" A chu mencoba menjelaskan sambil matanya melihat sekeliling.

"Ah kuil pemujaan ini aku sepertinya.." Chen ingin berkata - kata namun segera dipotong oleh A chu.

"Paman Chen kau tidak usah berbicara dulu.cobalah untuk Beristirahat sejenak, guna menyimpan tenaga untuk memulihkan tubuhmu dahulu."

Namun Chen yang merasa kalau waktunya tinggal sedikit lagi, mencoba untuk menghimpun tenaga .
Dia menghirup nafas dalam - dalam lalu berkata :

"Tuan muda dengarkanlah, Aku berusaha membawamu ketempat paman dan bibimu di kota Yang Ciu, yang juga merupakan daerah asalku. Dan kuil ini adalah tempat yang sering aku kunjungi sewaktu kecil. Maka dari itu aku tahu kalo kita sudah berada dekat dengan kota Yang Ciu . Nah Sekarang , Tuan muda Kau segeralah pergi kesana dan hiduplah dengan tegar dan kuat. Semoga tuhan Selalu memberkatim. Selamat ting.. uhuk "

Darah segar menyenbur keluar dari mulut Chen. Tampaknya kondisi tubuhnya sudah sangat buruk.

A chu sangat kaget wajahnya tampak tegang, dan dengan nada agak panik dia berkata :

"Paman Chen bertahanlah! Aku akan segera pergi kekota dan mencari tabib untuk mengobatimu" seru A chu dengan gelisah.

Namun sudah tidak ada jawaban dari Chen. Nafasnya sudah putus.

A chu tidak dapat menahan lagi gejolak perasaanya, dan menangis dengan sangat keras. A chu menangisi hidupnya yang telah dipermainkan sang nasib. Penjaga sekaligus salah satu orang terdekatnya kini telah tiada, Ayah dan Ibunya tidak jelas keadaanya, apakah masih hidup ataukah sudah ajal. Dalam sekejap mata, kehidupan A chu telah berbalik seratus delapan puluh derajat. Padahal rasanya baru kemarin, dia Makan malam dan tertawa bersama kedua orang tuanya. Menerima kehangatan mereka. Dan Baru kemarin pula dia bercanda - canda dengan Chen. Sekarang Orang - orang itu sudah tiada. A chu berteriak - teriak sambil menangis tiada henti.

Setelah agak lama, A chu baru sanggup menguatkan hatinya . Dia menggali tanah dibelakang kuil dan menguburkan janazah Chen disitu.

"Paman Chen, beristirahatlah dengan tenang disini , terima kasih atas semua kebaikanmu terhadapku, semoga kau diberi kebahagiaan dikehidupan selanjutnya" A chu berdoa dan berpesan didepan kuburan paman Chen.

Setelah itu A Chu mulai melanjutkan perjalanan, tujuannya adalah Kota Yang ciu tempat paman dan bibinya berada. Waktu kecil dia sempat diajak oleh ayahnya berkunjung kesana.

Diperjalanan menuju kota YangCiu, A chu mulai berfikir.

Semua kejadian menyedihkan yang baru saja menimpanya. Hanyalah disebabkan oleh sebuah kitab ilmu silat. Bahkan gurunya yg selama ini dihormatinya adalah pembunuh kedua orang tuanya Hal ini membuat A chu membenci pelajaran ilmu silat. dan Sangat mendendam kepada bekas Gurunya.

Akhirnya setelah berjalan agak lama,A chu tiba disebuah kota yang cukup besar. Karena masih pagi maka jalanan masih tampak sepi. Namun para pemilik toko sudah pada sibuk untuk merapihkan dan menata meja - meja didepan tokonya.

A chu menghampiri sebuah kedai bakmi kecil dipersimpangan jalan. Perutnya sudah perih karena entah sudah berapa lama perutnya tidak diisi makanan.

Pemilik toko itu adalah seorang kakek berwajah ceria. Dia sedang melap meja makan didepan tokonya sambil bersiul riang. Begitu melihat A chu mendadak dia berhenti dan menghampirinya .

"Nak, darimana asalmu ? Apa yang menimpamu sehingga kau sebegini rupa kotor dan bau, apakah kau sudah makan ? "

Tanya Kakek itu sambil menghampiri A chu, dan melihat A Chu dari kepala sampai keujung kaki. Sekian lama dia menatap A chu . Belum sempat A chu menjawab kakek itu sudah berkata lagi :

"Ah.. tidak perlu kau jawab sekarang, pasti ada hal teramat berat yang menimpamu, sekarang marilah masuk, akan kubuatkan daharan untuk menangsal perutmu dulu, sehabis itu barulah kita bicara "

Kakek itu menuntun A chu kedalam tokonya , dia mempersilahkan A chu duduk dan segera memberinya segelas air, lalu dia berkata :

"Tunggulah sebentar disini ! aku akan memasakan bakmi untukmu, jangan pergi kemana - mana"

A chu mengangguk perlahan. Beberapa saat kemudian dua buah bakmi dan beberapa buah bakpao sudah dihidangkan di atas meja.

"Nah, akupun belum makan ,marilah kita makan bersama - sama, kau makanlah yang banyak" seru kakek itu.

A chu dengan lahap menyatap makanan tersebut. Tidak beberapa lama si Kakek mulai bercerita :

"Bagus makananlah dengan lahap nak. Dulu juga aku sering makan pagi dengan cucuku. Waktu dia seumurmu. Setiap pagi dia membantuku membuka toko, lalu kami biasa makan pagi bersama seperti ini” kakek itu berhenti sejenak untuk minum , lalu dia melanjutkan :

“Sekarang Cucu ku itu sudah menjadi pembesar negeri, dia sempat mengajak aku tinggal bersamanya, namun aku tidak bisa lepas dari toko ini ha ha" kakek itu bercerita dengan bangga, sambil sesekali matanya menerawang jauh.

A chu mendengarkan cerita kakek itu dengan hikmat, sambil menyantap makananya tanpa bersuara. Dia merasa kakek ini sangat menarik dan juga baik hati. Bagi A chu kehangatan yang diberikan oleh Kakek ini, sangatlah berarti untuknya saat ini, ketika dia baru saja kehilangan orang - orang tetdekatnya.

"Oh iya nak, aku baru ingat, sepertinya aku masih memiliki baju - baju peninggalan cucuku dulu. Mungkin kau bisa memakainya sehabis kau membersihkan diri, tunggu disini sebentar !" kata kakek itu tiba - tiba. Kemudian dia berdiri dan masuk keruangan dalam.

Melihat hal ini A chu mempercepat makanya. Dan dia mulai mencari - cari didalam kantung bajunya, dan menemukan sebuah mainan yg terbuat dari emas. Mainan itu merupakan pemberian dari ayahnya ketika ulang tahun A chu dulu. A chu segera meletakan mainan itu diatas meja, dan dia segera berdiri dan bergegas pergi keluar toko itu. Dia menoleh sebentar kearah toko itu dan berkata :

"Maafkan aku kakek, kau sangat baik terhadapku, namun aku tidak bisa terlalu lama disini. Mungkin guruku akan segera tiba disini dan membawa petaka terhadapmu. Aku tidak bisa melibatkanmu dalam kemalanganku. Terima kasih banyak, Selamat tinggal" A chu kembali berjalan kearah tengah kota yang sudah mulai ramai .

Tidak lama kemudian kakek itu kembali ke meja makan, sambil membawa beberapa potong pakaian, namun alangkah kagetnya dia ketika tiba - tiba, dia sudah tidak melihat keberadaan A chu disitu.
Dan dia melihat diatas meja, terdapat sebuah mainan dari emas yang sangat tinggi nilainya bila dijual.

Kakek itu mulai duduk. Dia termenung aga lama sambil menatapi mainan itu. Lalu dia bergumam :

“Alangkah baiknya dirimu nak, kau meninggalkan mainan emas ini untuk membayar makananmu, ha ha .. apakah kau takut aku akan merugi, padahal kau sepertinya lebih membutuhkan emas ini daripada aku. Baiklah ,Mainan ini akan aku simpan, apabila kelak kau ingat kakek ini dan berkunjung kesini, aku akan mengembalikanya kepadamu. Aku berdoa Semoga masalah apapun yang menimpamu cepat selesai dan kau dapat hidup bahagia nak"

Kakek itu masih termenung disitu. Sementara Suasana diluar sudah mulai ramai oleh hiruk pikuk orang - orang kota.

A chu berjalan dengan perlahan, dia menghampiri seorang pedagang kelontong yang berada dipinggir jalan.

"Permisi paman, aku mau bertanya, dimanakah letak kediaman keluarga Yuan ?"

"Keluarga Yuan ? Kalau kau maksut keluarga pendekar besar Yuan. Mereka tinggal di kaki bukit yang terletak belakang kota . Sebuah rumah dengan halaman luas.hanya ada satu disana"
jawab paman pedagang kelontong sambil menunjukan arah kepada A chu.

"Terima kasih paman" kata A chu sambil berlalu. Maklumlah setiap A chu kesini bersama ayah dan ibunya, mereka selalu menunggangi kereta kuda, sehingga dia tidak mengetahui pasti, letak kediaman paman dan bibinya.

Setelah berjalan sekian lama, akhirnya A chu tiba disebuah bangunan megah dipinggir kota. Bangunan ini dikelilingi pagar tembok yang tinggi, seperti ingin memutus hubungan dengan dunia luar. Didepan terdapat pintu besar bercat merah dan diatas pintu itu tetdapat papan nama bertulis

‘Rumah kediaman Yuan tan si telapak besi'

Ilmu pukulan telapak besi keluarga Yuan sudah terkenal sejak dulu, dan diwariskan secara turun temurun. Kini ditangan Yuan tan ilmu ini berkembang dengan pesat, dan berhasil menjagoi wilayah Yang ciu dan sekitarnya.

A chu mngetuk pintu dan sedikit berteriak :

"Permisi "

Namun tidak ada jawaban dan tanda - tanda pintu akan dibuka. Maka sekali lagi A chu mulai mengetuk aga keras. Kali ini terdengar dari dalam suara orang menghampiri. Lalu pintu itu dibuka .

Seorang pria setengah umur berperawakan kurus tinggi dan berwajah galak keluar. Dia kemudian menghampiri A chu.

"Hei, ada keperluan apa Anak kecil ? Pakai segala ribut - ribut disiang bolong" Kata pria itu dengan sinis. Pria itu menatap A chu dari atas kebawah. Dan berkata lagi

"Kalau kau ingin mengemis pergilah dari sini"

A chu tersenyum getir mendengar perkataan orang itu. Namun memang penampilan A chu tidak jauh beda dengan kaum pengemis. Dekil dan bau.

"Oh aku hanya ingin mngunjungi paman dan bibi. Apakah mereka sedang ada dirumah?" Jawab A chu dengan sopan dan ramah.

Orang itu mulai menatap wajah A chu aga lama. Lalu dia mulai berbalik dan masuk kedalam rumah itu.

Tidak lama kemudian seorang nyonya keluar dari dalam rumah. Nyonya itu berparas cantik dan berpotongan sedang. Wajahnya sangat mirip dengan nyonya Li.

Nyonya itu bergegas menghampiri A chu dan berkata :

"A chu ! Mengapa kau ada disini? Loh apa yag terjadi pada dirimu nak? "

Nyonya itu melihat keadaan A chu yang mengenaskan.

Belom sempat A chu menjawab nyonya itu sudah memeluk A chu.

"Oh A chu. Musibah apa yang menimpamu? Tenanglah kini kau sudah aman bersama kami" nyonya itu memeluk A chu sambil menitikan air mata.

Tidak lama kemudian nyonya itu mengajak A chu masuk.

Rumah itu memiliki pekarangan yang cukup luas. A chu diajak masuk keruang tengah . Disana sedang duduk seorang pria berpotongan tinggi besar. Pria itu Sedang meminum teh dan membaca sebuah buku.

Pria ini tampak sangat gagah. Dia Mengenakan pakaian serba putih. Pria ini menoleh kepada A chu dan tampak Kaget.

"Kau, bukankah kau A chu ? Apa yang menimpamu nak" tanya pria itu tampak khawatir.

Pria itu memiliki potongan wajah yang bersahabat dengan kumis pendek menghiasi wajahnya dan mata yang bersinar lembut. Dia menghampiri dan memegang pundak A chu.

"Ayah dan ibu telah dibunuh"

Jawab A chu sambil memejamkan matanya. Bila terbayang kejadian menyedihkan yang baru menimpanya dia selalu ingin menangis dan berteriak.

"Apa ? Bedebah ! Siapa yang tega membunuh mereka? " Pria itu naik pitam. Terlihat semacam penyesalan dan kesedihan dimatanya.

Sang nyonya yang tidak lain bibi dari A chu Yuan lim si, tidak kuasa menahan emosinya. Air mata pun sudah mengalir dari matanya. Lalu dia berkata :

"Oh A chu betapa malang nasibmu, kau masih sangatlah muda, dan sudah tertimpa musibah sedemikian memilukan" lalu bibi yuan memeluk A chu. Sambil tiada henti menangisi kemalangan keponakannya.

Pria tinggi besar yang tak lain adalah paman A chu Yuan tan si telapak besi, juga sampai menitikan air mata. Dia menatap A chu lekat - lekat dan berkata :

"A chu , mulai sekarang kau tinggalah disini bersama kami" Kata Paman Yuan sambil memegang kedua pundak A chu. Bibi Yuan menatap A chu dan menganggukan kepala Lalu kembali memeluk A chu. A chu menangis karena dia merasa terharu melihat kebaikan kedua Paman dan Bibinya.

"Dan sekarang kau bergegaslah bersih - bersih dan beristirahat. Dendam kedua orang tuamu pasti akan kami balaskan." Yuan tan berkata lembut kepada A chu. Namun tampak diwajahnya betapa emosinya sudah berapi - api.

"Adik Lim, tolong Antarkan A chu ke kamarnya!" Kata Paman Yuan kepada istrinya.

"Terima kasih banyak Paman dan juga Bibi" A chu segera menjura kepaman dan Bibinya, dia merasa sangat bersyukur karena dia masih memiliki keluarga yang begitu baik.

Bibi Yuan mengantarkan A chu ke kamar yang sudah disiapkan untuk A chu. Sebelum berpisah Bibi Yuan sempat berkata :

"A chu , sekarang Kau cobalah untuk membersihkan diri dulu , lalu beristirahat. kuatkan Hatimu A chu Tenanglah sekarang kau masih memiliki kami " Mata Bibi Yuan berkaca - kaca. dan A chu pun merasa sangat berterima kasih.

Setelah A chu membersihkan diri dia segera beranjak tidur.

Entah sudah berapa lama A chu tidak merasakan nyamannya kasur. Sekarang dia bisa lega karena telah bertemu paman dan bibinya yang sangat baik hati.

Tidak lama kemudian A chu pun terpulas.

________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter
Read More

Saturday, January 7, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 3 - Kitab Ilmu Silat

Pagi itu dikamarnya tuan dan nyonya Li tampak sedang merundingkan suatu hal. Wajah tuan Li tampak tidak tenang. Mereka tampak membicarakan suatu hal yang penting.

"Aku merasakan sepertinya akhir-akhir ini rumah kita kedatangan penyatron, hampir setiap malam mereka mengendap - endap dirumah kita seperti sedang mencari sesuatu" seru tuan Li.

"Aku juga merasakanya suamiku , suatu ketika aku terbangun tengah malam karena mendadak aku kehausan, ketika aku hendak kedapur aku mendengar suara dari ruang baca seperti ada orang didalamnya, namun ketika aku bertanya siapa didalam tidak ada jawaban"

"Ketika aku masuk pun didalam sudah tidak ada siapa -siapa" kata nyonya lagi .

Tuan li yang dari tadi mondar - mandir ditempatnya tampak sedang berfikir , lalu dia berkata :

“Apakah mungkin dia mengicar kitab pusaka peninggalan ayah? " Nyonya Li agak terlihat kaget lalu dia menjawab :

"sepertinya begitu suamiku"

Tuan Li aga tertegun sejenak lalu berkata :

"Tapi kejadian ini agak sedikit membingungkan karena aku tidak pernah membicarakan sedikitpun tentang kitab itu kepada orang lain” Tuan Li mendadak berhenti dan memperhatikan wajah istrinya sejenak lalu dia melanjutkan kembali perkataanya :

"Baiklah , malam ini aku dan chen akan mencoba meringkus orang itu"

Tampak kekwatiran diwajah nyonya Li dan dia pun berpesan :

"Berhati - hatilah suamiku “

Malam itu udara terasa menusuk jiwa , di langit tidak tampak bintang satupun . Hanya terpampang bulan sabit yang bersinar terang . Jangkrik pun enggan bersuara. Hanya terdengar suara kelontongan kedua tanda waktu sudah melewati tengah malam.

Disebuah ruangan yang dipenuhi oleh lemari berisi buku - buku dan kitab. Tampak seseorang sedang membolak balik isi buku satu persatu seperti sedang mencari sesuatu. walaupun ruangan itu gelap, karena tiada satu penerangan pun dinyalakan . Namun orang ini tampak memiliki mata yang sudah terlatih melihat sesuatu dikegelapan.

Dia beralih dari satu lemari ke lemari yang lainnya. Terkadang dia memeriksa kedalam meja. Namun sepertinya apa yang dicarinya masih belum ia temukan. Wajahnya mulai tampak tidak sabar. Dan dia mulai mencari dan mengacak - acak rak buku tersebut, tampaknya segala apapun sudah tidal dia pedulikan lagi.

Tiba- tiba ruangan itu menjadi terang. Karena pintu ruangan terbuka dan disana berdirilah tuan Li sambil memegangi lampu penerangan.

" Guru Ba ! Apa yang sedang kamu lakukan tengah malam disini ?" Seru tuan Li.
Ba yun xi tampak kaget melihat kini dihadapanya telah berdiri Tuan Li dan Chen. Namun mendadak dia tertawa.

"Ha ha ha ha "

Tuan Li dan Chen merasa heran kenapa Ba yun xi tiba - tiba tertawa, malah semakin lama suara tertawanya semakin keras. Tidak tahan Chen pun bertanya :

" Apa yang kau tertawakan ?"

Namun mendadak Ba yun xi berhenti tertawa . Dia menatap tuan Li sambil berkata bengis :

"Selama dua tahun ini aku telah berusaha mencari kesetiap sudut rumah ini sambil berpura - pura baik terhadap keluarga ini, namun tidak juga berhasil menemukanya " kemudian dia menghela nafas dan melanjutkan "Harusnya aku sudah menduga kalau kitab itu selalu kau bawa kemana - mana “

Tuan Li dan Chen terperanjat mendengar kata - kata yang diucapkan Ba yun xi tersebut. Tidak tahan lalu Tuan Li bertanya :

"Jadi , selama ini ? “

Ba yun xi kembali tertawa, lalu dia menjawab :

"Semua yang terjadi selama ini adalah sesuai dengan rencanaku, aku pura - pura terluka, segerombolan penjahat menyerang rumah ini, dan lain hal. Semua aku lakukan hanyalah untuk mendapatkan kepercayaan dari keluarga ini"

"Sekarang, cepat serahkan kitab pusaka tersebut !"
Ba yun xi mulai menerjang ke arah Tuan Li dengan gesit, sambil tanganya hendak mencengkram leher tuan Li.

Namun secara mendadak Chen maju menghadang didepan tuan Li sambil menghunuskan pedang kearah Ba yun xi.

Ba yun xi dengan mudah menghindari pedang Chen. Dia bergerak kesamping dan menghantam Chen dengan tendangan keras kaki kanannya hingga membuat tubuh Chen mencelat keluar jendela.

Tuan Li juga mencoba menghunuskan pedangnya untuk mempertahankan diri, namun gerakan lawan sangat cepat dan dengan jitu sudah mencengkram pergelangan tangannya.

Tuan li merasakan sekujur tubuhnya mati rasa dan pedang ditanganya pun terjatuh.

Ba yun xi dengan sigap menangkap lentera yang hampir terjatuh kelantai, dan menaruhnya diatas meja. Lalu dia memungut pedang yang terjatuh dan menghunuskanya ke leher tuan Li.

"Cepat kau serahkan kitab itu, bila kau masih sayang nyawamu !" Bentak Ba yun xi dengan bengis.
Namun tuan Li pun tidak gentar walaupun pedang tajam sudah ditempelkan pada kulit lehernya. Diapun berkata :

"Bunuh saja aku! Dan jangan harap kitab itu akan jatuh ketanganmu”

"Baiklah ! Sepertinya kau memang memilih untuk mampus daripada menyerahkan kitab itu"

Pedang ditangan Ba yun xi sudah mulai diayunkan. Dan dalam beberapa saat lagi nampaknya batok kepala tuan Li akan berpisah dari tubuhnya. Namun tiba - tiba terdengar sesorang berkata :

"Tahan dulu! "

Dan secara mendadak pedang ditangan Ba yun xi tidak jadi diteruskan. Pedang itu hanya berjarak beberapa inci dari batang leher tuan Li. Suara itu datang dari arah pintu masuk , dan disitu sudah berdiri nyonya Li yang membawa sebuah obor dan sebuah kitab. Kemudian nyonya itu berkata :

"Tunggu dulu ! Bila sampai kau bunuh dia maka kitab ini akan aku bakar habis"
Melihat kitab ditangan nyonya Li, mata Ba yun xi mencorong tajam. Lalu dia berkata :

"Baiklah, serahkan kitab itu maka aku tidak akan membunuhnya"

"Aku tidak percaya omonganmu, lepaskan dulu suamiku baru aku akan menyerahkan kitab ini"
kata nyonya Li yang mulai tampak gelisah, karena menghawatirkan keselamatan suaminya. Tiba - tiba tuan Li berteriak :

"Adik Lim apa yang kau lakukan? Cepat pergi! Tidak usah pedulikan diriku! Cepatlah lari bersama A chu! "

Ba yun xi mulai tidak sabar dengan keadaan ini, lalu secara mendadak dia tusukan mata pedang ditangannya ke paha kiri tuan Li . Tuan li mengerang kesakitan. Nyonya li mulai berkeringat dingin lalu dia berteriak kaget:

"Hei, apa yang kau lakukan terhadap suamiku? Aku benar - benar akan membakar kitab ini"

Namun Ba yun xi yang sudah lama malang melintang didunia persilatan, sudah bisa melihat keraguan serta ketakutan diwajah nyonya li, lalu dia pun membentak dengan kejam :

"Cepat serahkan kitab itu! Aku tidak akan segan - segan untuk membunuhnya! "

Ba yun xi menarik pedang yang tertusuk dipaha tuan Li. Darah segar muncrat keluar . Tuan li kembali mengerang kesakitan. Akan tetapi tekadnya sudah bulat untuk berkorban demi anak istrinya.

"Adik Lim, kumohon cepatlah lari dan bakar kitab itu ! Aku sudah bertekad untuk mati."

Keadaan menjadi menjadi tegang. Nyonya Li melihat tekad bulat suaminya, lalu dia memutuskan hendak membakar kitab itu namun.

"Ibu, Ayah apa yang kalian Lakukan disini? "

A chu telah berdiri diluar ruangan . Melihat ayahnya terluka dia pun kaget lalu berteriak sambil berlari menghampiri

"Ayah!!! Guru Ba ada apa ini? " tanya A chu meminta penjelasan.

Melihat peluang didepan mata, Ba yun xi segera menerjang kearah A chu. Melihat hal tersebut tuan Li berteriak kepada A chu menyuruhnya segera lari.

"A chu cepatlah lari ! Guru Ba adalah orang jahat yang melukai ayah"

Mendengar perkataan ayahnya, A chu sangat terkejut. Belum sempat dia bergerak ,Ba yun xi telah berdiri dibelakang A chu dan menghunuskan pedang dileher A chu. Lalu Ba yun xi berkata sambil tertawa :

"Ha ha ha, hari ini keluarga kalian memang sedang sial dan sudah ditakdirkan untuk mati semua"
Lalu dia melanjutkan dengan kata - kata bengis :

"Untuk Terakhir kalinya, cepat kalian serahkan kitab itu atau aku akan membunuh anak ini !”

Tuan dan nyonya li sudah hilang akal melhat anak kesayangan mereka terancam kematian.

Namun tiba - tiba dari belakang Ba yun xi muncul sebuah pedang mengincar kearah jantungnya .

Tetapi gerakan tersebut masih lemah dan dengan mudah dihindari oleh Ba yun xi dengan memiringkan badanya. Lalu Ba yun xi mengirimkan sebuah pukulan keras dengan tangan kirinya.

Pukulan tersebut mendarat telak diwajah orang itu yang ternyata adalah si pengurus dapur. Pukulan tersebut sekaligus menamatkan nyawanya dan Pedang ditangan orang itu pun terjatuh.

Namun tiba - tiba sebuah tangan menyambut pedang tersebut, dan menebas keatas secara serabutan.

Ternyata A chu yang agak terlepas dari cengkraman Ba yun xi, menyambut pedang yang hampir terjatuh itu .Tanpa diduga serangan itu mengenai sebelah mata dari Ba yun xi .

Ba yun xi mengerang kesakitan sambil memegangi wajahnya yg bersimbah darah. Kesempatan tersebut digunakan A chu untuk berlari kearah Ayah dan Ibunya . Ba yun xi dengan kalap melemparkan beberapa senjata rahasia ke arah A chu.

Tepat pada saat salah satu senjata itu mau mengenai A chu, mendadak muncul seseorang diblakang A chu. Menghadang serangan, Senjata rahasia itu mengenai tubuh orang itu.

" Chen, syukurlah kau masih hidup, tolonglah bawa A chu segera lari dari tempat ini " Ternyata Orang itu adalah Chen si Pelayan muda, yang sempat tidak sadarkan diri setelah menerima tendangan keras dari Ba yun Xi. Tuan Li segera memohon kepada Chen untuk membawa A chu pergi.

Chen yang terluka tanpa fikir panjang segera menggendong A chu dan membawanya lari ketempat kuda. A chu tampak meronta sambil melihat dan berteriak memanggil - manggil kepada ayah ibunya.

"Hidup lah menjadi seorang pemuda yang pemberani dan berhati lembut A chu" Tuan li berpesan yang terakhir kali kepada puteranya.

Tanpa menoleh Chen Masih berlari dan segera menaikan A chu ke punggung kuda, dan segera melesat pergi. Masih terdengar Teriakan kesedihan A chu yang memenggil - manggil kedua orang tuanya dikejauhan.

Melihat kepergian anaknya, tanpak senyuman lega diwajah tuan Li. Lalu dia menatap lekat - lekat istrinya dan berkata :

"Istriku maafkan aku karena tidak bisa melindungi keluarga kita, malah aku mengajakmu kepada kematian, apakah kamu menyesal ?"

"Aku tidak pernah menyesal menjadi istrimu, dan menjadi ibu dari A chu. Karena kalianlah kebahagian terbesar dalam hidupku dan aku akan mengikuti kemanapun kau pergi sekalipun menjemput kematian” Jawab nyonya Li sambil menatap suaminya tercinta.

Mendengar perkataan istrinya mata tuan Li berkaca - kaca. Sudah tidak ada penyesalan dalam.hidupnya Lalu dia meraih pedang dilantai dan mulai menusuk jantungnya sendiri.lentera ditangannya terjatuh kelantai dan mulai membakar tempat itu.

Melihat hal tersebut nyonya li pun membuang obor dan megambil pedang tersebut dan melakukn hal yang sama dengan suaminya. Dia terjatuh diatas jasad suaminya sambil sebelah tangannya menggengam kitab.

" Tidakkk . Aku tidak akan membiarkan kalian memusnahkan kitab itu"

Teriak Ba yun xi yang masih bersimbah darah diwajahnya. Dia pun berusaha meluncur dengan cepat mencegah kejadian tersebut.

Tetapi api telah menjalar ke segala sudut ruangan. Jasad Tuan dan nyonya Li tamapak sudah mulai terbakar.

Ba yun xi mencoba menerobos dan menggapai kitab ditangan nyonya li tanpa perduli tangannya mulai terbakar namun nyonya li walaupun diajalnya tetap tidak mau melepaskan kitab tersebut.

Tiba - tiba atap ruangan itu roboh, terpaksa Ba yun xi membetot kitab tersebut sambil menarik tangannya yg mulai terbakar.

Ternyata kitab itu berhasil diraihnya.

Namun kitab yang terbakar itu hanya tersisa beberapa lembar saja.
________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter
Read More