Trasan Hilram baru beberapa bulan menggantikan posisi
ayahnya yang mangkat sebagai Raja dari Kerajaan Hilram. Walaupun baru menjabat
menjadi raja, namun Trasan Hilram tergolong raja yang pintar dan bijaksana. Ia
memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara maupun kekuatan lain
disekitar kerajaannya dengan mengirimkan hadiah, ia juga menurunkan pajak
selama 1 tahun sebagai tanda duka cita terhadap kematian ayahnya padahal maksud
sebenarnya agar tidak terjadi pemberontakan di wilayah kerajaannya. Singkat
kata, Trasan Hilram dianggap layak sebagai pengganti ayahnya dan seluruh
rakyatnya bersemangat melihat masa depan kerajaan Hilram dibawah kendali
Trasan.
Suatu hari, ketika Trasan Hilram sedang mengadakan rapat
ekonomi dengan para menterinya, seorang wanita bertudung menerobos masuk dan
melumpuhkan pasukan pengawalnya. Kekuatan wanita itu sangat mengerikan,
walaupun ia tidak bisa membunuh Trasan Hilram namun ia bisa keluar masuk istana
dengan mudah. Namun, yang membuat Trasan penasaran, wanita itu membawa seorang
pria, yang sangat dikenal Trasan, seakan pria itu adalah benda mati.
“Senior yang terhormat,” ujar Trasan Hilram sopan,
bagaimanapun ia tidak ingin bermusuhan dengan seorang pendekar kuat, “Kalau
boleh tahu siapa anda dan kenapa adikku, Rio, bisa bersama anda?”
“Huh!” Windi Aura tidak menjawab, ia hanya mendengus dan
melemparkan Rio ke Trasan.
Melihat tubuh adiknya dilempar dengan mudah, Trasan
menggunakan ilmu silatnya untuk mengalihkan kekuatan Windi Aura agar adiknya
tidak terluka. Akan tetapi kekuatan Windi Aura jauh melebihi perkiraan Trasan,
tubuh adiknya melekat ditangannya dan tenaga Qi mulai menjalar ke tubuh Trasan.
“Yang mulia raja!”
2 orang jenderal langsung melesat ke Trasan dan
menempelkan tangannya ke punggung Trasan guna mengalirkan Qi. Effeknya langsung
terasa. Qi yang menerjang masuk ke tubuh Trasan perlahan mulai memudar dan
tubuh Rio mulai terasa hangat.
“Ilmu bagus,” puji Windi Aura, namun ia tidak berkata
apa-apa lagi dan langsung melesat keluar.
Trasan Hilram yang melihat Windi Aura menghilang hanya
bisa mendesah lega. Ia kemudian memperhatikan kondisi Rio.
“Ada apa dengannya?” Tanya Trasan bingung, “Cepat panggil
tabib!”
Windi Aura tersenyum di kejauhan. Pangeran keenam
Kerajaan Hilram, Rio Hilram, memang masih hidup. Namun, pikiran dan alam bawah
sadarnya telah dirusak oleh Windi Aura. Seumur hidupnya ia akan menjadi orang
idiot yang tidak tahu apa-apa lagi.
“Tahap kelima telah berhasil,” ujar Windi Aura puas,
“Lagipula, berani-beraninya ia menyentuh anak perempuanku!”
Suasana Kuil Hati Kudus berubah menjadi mencekam ketika
Ketua Yori Aura menceritakan situasi yang terjadi, termasuk mengenai pembunuhan
Awan Biru, yang mana jenazahnya belum juga diketemukan. Wajah semua orang di
Kuil Nimia berubah menjadi pucat ketika cerita Ketua Yori selesai, bahkan Tetua
Kelima tanpa sungkan-sunggkan mengeluarkan aura Kaisar Intinya karena marah.
“Adik, tenanglah dahulu,” Ujar Tetua keempat, yang
walaupun wajahnya terlihat menahan marah namun masih bisa mengendalikan diri,
“Situasinya masih belum jelas, kita tidak bisa bertindak gegabah!”
Ketua Yori dan para tetua lainnya hanya bisa menundukkan
kepala dihadapan kemarahan para Tetua Kuil Nimia. Bagaimanapun perbedaan
kekuatan mereka bagaikan bumi dan langit,1 tetua inti saja bisa menghancurkan
Kuil Hati Kudus, apalagi seorang Tetua Utama seperti Tetua Kelima ini.
“Kau benar, kakak,” Ujar Tetua Kelima menarik napas,
“Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Waktu kita tidak banyak!”
Tetua keempat mengangguk, ia setuju kalau waktu yang
mereka miliki tidak banyak.
“Kau bawalah 3 Tetua Inti dan 47 Murid ke Kerajaan
Hilram,” Kata Tetua Keempat, “Jika dugaanku benar, wanita tersebut pasti akan
melindungi Rio hingga kembali ke kerajaannya. Tapi ingat, jangan
sembarangan membunuh sampai kita tahu situasi sebenarnya!”
“Baiklah!” Seru Tetua Kelima membalikkan badan dan
menunjuk orang-orang pilihannya untuk naik ke atas Elang Raksasa dan langsung
melesat meninggalkan Kuil Hati Kudus.
“Risa Biru,” Ujar Tetua Keempat.
“Paman,” Risa Biru maju menghadap Tetua Keempat.
Perasaan Risa Biru berada dalam kekalutan yang sangat
dahsyat, ia tidak menyangka kalau Suami, para guru dan saudara-saudaranya
berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Namun Risa Biru menguasai ilmu
silat yang membuat perasaannya susah terlihat dari luar, hanya Ketua Yori dan
Tetua keempat yang mengetahui pergolakan batinnya.
“Bawa 100 Murid Kuil Nimia dan murid-murid Hati Kudus ke
dasar jurang,” Kata Tetua Keempat, “Kau mengetahui wilayah ini lebih baik
dibandingkan kami semua, kuharap kau dapat menemukan suamimu!”
Walaupun terdengar sopan namun sesungguhnya Tetua Keempat
menekan Risa Biru untuk menemukan Awan secepat mungkin. Walaupun begitu Risa
Biru mengangguk dengan sungguh-sungguh dan langsung bergerak cepat.
“Kalian yang tersisa,” Ujar Tetua keempat kepada
rombongan Kuil Nimia sisanya, “Tugas kalian adalah menjaga Kuil Hati Kudus
dengan sungguh-sungguh! Tanpa seijin dariku tidak ada yang boleh keluar atau
masuk Kuil Hati Kudus hingga batas waktu yang belum ditentukan. Jika ada yang
melanggar, maka kalian boleh membunuh orang tersebut!”
“Siap menerima perintah!” Ujar para Murid Kuil Nimia.
Ketua Yori dan para tetua lainnya langsung pucat pasi
mendengar perintah Tetua Keempat, kini mereka merupakan tahanan di rumahnya
sendiri! Mendengar perintah Tetua Keempat Kuil Nimia membuat mereka menjadi gusar dan marah, namun Ketua Yori
memberikan kode mata agar para Tetua dan para murid menahan diri.
‘Setidaknya aku masih beruntung karena Indra Wicaksana
yang menangani masalah ini,’ Pikir Ketua Yori.
Indra Wicaksana, atau tetua keempat, memang terkenal
sebagai seorang yang realistis dan merupakan ahli strategi yang handal. Jika
Ketua Yori menceritakan apa adanya, tentu pria ini akan mengerti situasi yang
dia hadapi.
“Ketua Yori,” Ujar Tetua Keempat tersenyum dingin, “Aku
akan mengadakan pemeriksaan terhadap para murid dan Tetua Kuil Hati Kudus.
Kuharap Ketua Yori dan para tetua lain dapat bekerja sama denganku!”
Ketua Yori menelan ludah, pemeriksaan dengan pendekar
yang berada di tingkatan Kaisar Inti tentu bukanlah pemeriksaan biasa, Tetua
Keempat pasti menggunakan auranya untuk menekan dan memaksa mereka berkata
jujur. Bagaimanapun Aura yang dimiliki pendekar di tingkatan Kaisar Inti
sangatlah mengerikan, seorang Ketua Yori saja tidak berani lama-lama beradi
disekitar Pendekar tingkatan Kaisar Inti yang mengerahkan auranya!
Beberapa jam
kemudian di depan Istana Hilram. 2 ekor elang raksasa melayang di angkasa, di
atas tubuh mereka adalah biksu-biksu sakti Kuil Nimia yang dipimpin oleh Tetua
Kelima, Batu Wicaksana. Para biksu tersebut menatap ke arah para petinggi
Kerajaan Hilram dengan pandangan sangar.
“Ku..Kuil
Nimia,” Seru seorang menteri ketakutan.
Trasan Hilram
mengerutkan keningnya memandang ke arah para Biksu Kuil Nimia, ‘Mungkinkah ini
ada hubungannya dengan Rio?’
Sambil menelan
ludah, Trasan Hilram maju ke hadapan para Biksu dan memberi hormat, “Salam,
semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita”
Tetua Kelima
diam beberapa saat sebelum menjawab salam Trasan, matanya memandang setiap
orang yang ada disana dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, “Salam, semoga
dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita!”
Trasan Hilram
melirik seorang pria muda yang ada dibarisan belakangnya, pria itu bernama
Victor Hilram, Pangeran ketiga kerajaan Hilram sekaligus orang yang diutus
Trasan untuk mengirimkan upeti kepada Kuil Nimia. Sadar akan tatapan abangnya, Victor langsung maju kedepan dan berdiri disamping
Trasan sebelum mendongak ke arah Tetua Kelima dan memberi hormat.
“Junior memberi
hormat kepada Tetua Kelima,” Ujarnya, “Junior tidak menyangka kalau baru 2
bulan yang lalu kita berpisah dan sekarang kita sudah bertemu kembali. Tetua,
jika boleh junior tahu, ada keperluan apa hingga Tetua sendiri yang datang
kemari?”
Siapapun yang
melihat rombongan Kuil Nimia berdiri menantang di atas tembok istana tentu tahu
kalau maksud dan tujuan mereka tidak baik. Namun, siapa di Kerajaan Hilram yang
berani menentang Kuil Nimia?
“Huh,” Dengus
Tetua Kelima, “Rio Hilram. Keluarkan Rio Hilram sekarang juga!”
Trasan Hilram
mendesah mendengar ucapan Tetua Kelima, ia sudah menduga kalau peristiwa ini
ada hubungannya dengan adiknya tersebut.
‘Apa yang sudah
dia perbuat hingga membuat Kuil Nimia marah?’
Trasan Hilram
memberikan kode kepada para menteri dan jenderalnya untuk membawa Rio Hilram
beserta seluruh keluarga dan anak-anaknya ke tempat ini. melihat bagaimana
abangnya bereaksi cepat, Victor langsung mengeluarkan reaksi lega dan kembali
memberi hormat kepada Tetua Kelima.
“Rio sedang
dipanggil, mohon Tetua Kelima bersabar,” Ujarnya berusaha menenangkan, “Kalau
boleh junior tahu, ada urusan apa antara Kuil Nimia dan Rio?”
“Rio Hilram
telah menyerang dan membunuh Awan Biru!” Ujar Tetua Kelima dingin dan tanpa
sungkan-sungkan mengeluarkan napsu membunuhnya.
‘Jika bukan
karena kakak keempat melarangku untuk membunuh hingga masalah ini jelas, pasti
aku sudah menghancurkan istana ini!’ pikir Tetua Kelima sungguh-sungguh.
Wajah semua
orang yang mendengar ucapan Tetua Kelima langsung berubah menjadi pucat pasi
dan ketakutan mulai menjalar keseluruh tubuh mereka, bahkan Trasan Hilram jatuh
berlutut ketakutan ketika mendengar dosa Rio Hilram.
“I..Ini tidak
mungkin,” ujarnya pelan, “Pasti ada sesuatu yang salah!”
Bagi semua
kerajaan, maupun perguruan silat, Awan Biru merupakan sosok yang tidak boleh
disentuh ataupun diganggu dalam arti sebenar-benarnya maupun dalam konteks
seluas-luasnya. Trasan Hilram sudah berkali-kali mengingatkan akan hal ini
kepada Rio ketika ia berangkat ke Kuil Hati Kudus.
“Te..Tetua,” Ujar
Victor pucat, ia dan semua orang yang ada disana, juga ikut berlutut ketika Trasan
Hilram jatuh dengan kedua lututnya, “Ini pasti ada suatu kesalahan!”
“Aku juga
berharap ini suatu kesalahan!” Ujar Tetua Kelima, bagaimanapun situasinya masih
belum jelas.
Tidak berapa
lama Rio Hilram tiba dengan dituntun para pelayan. Pangeran tampan itu kini
seperti orang gila dan idiot, pandangannya tidak fokus dan mulutnya mengangga
ketika melihat ke kanan dan ke kiri.
“Ikat dia dan
seluruh penghuni rumahnya lalu paksa dia berlutut!” Perintan Trasan marah.
Tetua Kelima
memperhatikan Rio dengan seksama dan menyadari kalau alam bawah sadar pria ini
telah hancur dan tidak bisa dipulihkan lagi.
“Apa yang
sebenarnya terjadi?” Tanya Tetua Kelima.
“Lapor, Tetua. Sebenarnya,”
Trasan Hilram memberanikan diri untuk menceritakan situasi yang terjadi kepada
Tetua Kelima. Ia sangat berharap Tetua Kelima dapat mengerti situasinya dan
memberikan penilaian yang adil, “Mengenai masalah Rio dan Awan Biru, sungguh
kami tidak tahu apa-apa. Junior berharap Tetua Kelima dapat memberi keputusan
yang adil mengenai masalah ini, jangan sampai orang yang tidak bersalah terkena
dampaknya.” Tambah Trasan Hilram dengan penuh kehati-hatian.
“Huh, tidak
perlu menasehatiku!” Ujar Tetua Kelima dingin, baginya Kerajaan Hilram hanyalah
kerajaan kecil yang tidak berarti.
“Ampun senior,”
Ujar Trasan Hilram buru-buru, “Junior tidak berani untuk menasehati Senior.”
“Tetua Pasir,” Ujar Tetua Kelima, “Aku akan
membawa Rio ke hadapan kakak keempat di Kuil Hati Kudus, kau berjagalah di
istana dengan murid-murid lainnya. Tanpa seijinku tidak ada yang boleh keluar
masuk istana dan yang melanggar akan dihukum mati!”
“Hamba mendengar
perintah!” Ujar pemimpin para Tetua Inti, Tetua Pasir. Dengan sigap dia dan
para murid lainnya, melompat turun dari Elang Raksasa dan berdiri di hadapan
Trasan Hilram dan yang lainnya.
Tetua Kelima
melambaikan tangannya dan seketika sebuah kekuatan berelemen angin berhembus
kencang dan menerbangkan Rio Hilram menuju Tetua Kelima. Sedetik kemudian Tetua
Kelima meninggalkan Kerajaan Hilram dengan elang raksasanya.
Keesokan
harinya, jenazah Awan Biru tidak kunjung diketemukan, justru sebaliknya,
jenazah beberapa murid Kuil Hati Kudus dan para pelayan diketemukan tersembunyi
di dalam hutan dan diantara jenazah itu terdapat juga jenazah Vira Aura dan Tetua Windi Aura. Kematian Vira Aura
membuat shock para petinggi Kuil Hati Kudus, karena bagaimanapun juga, Vira
merupakan murid yang baik dan mempunyai potensi di masa depan. Walaupun begitu,
kematian Vira Aura dan yang lain, semakin merumitkan penyelesaian permasalahan
ini. tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan, seseorang dengan
kepintaran seperti Tetua Keempatpun belum dapat menyimpulkan apa-apa.
Seminggu berlalu,
namun kabar mengenai keberadaan Jenazah Awan Biru tidak juga diketemukan.
Berita tentang kematian Awan Biru menyebar dengan cepat ke seantero dunia,
sebagian tidak terlalu mengambil pusing dengan berita tersebut sementara yang
lain tertarik akan gerakan Kuil Nimia melawan Kerajaan Hilram, bagaimanapun ini
menyangkut Awan Biru!
“Situasi
sekarang berbeda dengan kerajaan Wiru,” Ujar Tetua Keempat sungguh-sungguh,
“Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Rio membunuh Awan Biru?
kenapa mereka membunuh Mina? Kenapa mereka membakar rumah duka? Kenapa mereka
membunuh murid-murid kuil hati kudus? Apakah Awan Biru benar-benar sudah
meninggal atau belum? Apa yang mereka sembunyikan dan apa tujuan mereka? Begitu
banyak pertanyaan yang semuanya tidak bisa kujawab, adik. Namun, ada satu hal
yang pasti dalam situasi ini”
“Apa itu,kakak?”
Tanya Tetua Kelima Penasaran.
“Mereka ingin
mengadu domba Kuil Nimia dengan Kerajaan Hilram!” Ujar Tetua Keempat yakin,
“Mereka sengaja memperlihatkan bagaimana Rio membunuh Awan Biru kepada Ketua
Yori semata-mata agar Ketua Yori mengabarkan hal tersebut kepada Kuil Nimia!
Belum lagi, mereka sengaja merusak akal dan kesadaran Rio agar kita tidak bisa
memeriksanya! Taktik murahan! Itulah sebabnya aku meminta kau untuk bersabar
menghadapi Kerajaan Hilram, kita tidak bisa membiarkan musuh kita mendapatkan
apa yang mereka mau!”
Tetua Kelima
mengangguk kagum mendengar penjelasan kakaknya, “Untung saja kakak
menasehatiku! Tapi kakak, apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Walaupun aku
belum tahu maksud dan tujuan mereka menyerang Awan Biru, namun aku dapat dua
orang yang cocok sebagai pelaku peristiwa ini”
“Benarkah?” Ujar
Tetua Kelima tertarik.
“Ini hanya
dugaanku saja, situasinya masih belum pasti,” Ujar Tetua Keempat, “Jika kita
bisa menangkap mereka dan melakukan interogasi tentu situasinya akan jelas!”
“Jika kakak
memberitahukan kepadaku nama pelakunya, maka aku pasti akan mencari dirinya
hingga ke ujung dunia!” Ujar Tetua Kelima sungguh-sungguh.
“Apa kau pernah
mendengar ‘Selir Iblis’ dari Sekte Jiwa Hitam?” Tanya Tetua Keempat.
Tetua Kelima
mengerutkan keningnya berusaha mengingat kedalam memorinya, “Ya, aku ingat.”
Ujarnya kemudian, “Bukankah dia yang mencuri Kitab Kultivasi Jiwa Hitam dan
melarikan diri dari Sekte?”
Tetua Keempat
mengangguk, “Benar”
“Apa hubungan
mereka dengan peristiwa ini?”
“Ketika Ketua
Yori menceritakan bagaimana perempuan yang melindungi pangeran Rio itu
menggunakan ilmu silat Sentilan Jari Sakti, pikiranku langsung tertuju kepada
Sekte Jiwa Hitam,” Ujar Tetua Keempat menjelaskan, “Namun demikian, aku
langsung meniadakan keterlibatan mereka dalam peristiwa ini dikarenakan Sekte
Jiwa Hitam saat ini tengah berada dalam situasi yang sangat susah, Tidak
mungkin Sekte yang mau hancur seperti mereka, mau mempertaruhkan diri melawan
Kuil Nimia. Dari pemikiran tersebut aku mulai membuat list pendekar wanita yang
dikenal dunia persilatan menguasai ilmu silat sentilan jari sakti namun, tidak
lagi memiliki hubungan dengan Sekte Jiwa Hitam dan Selir Iblis berada di puncak
daftar tersebut”
“Tapi, itu saja
tidak cukup untuk menuduh Selir Iblis, kan?”
“Tidak, itu saja
sudah cukup!” ujar Tetua Keempat yakin, “Walaupun terkena racun, Ketua Yori
tetap saja seorang pendekar dengan kekuatan berada di Tingkat Inti kembar
Akhir. Mengalahkan Ketua Yori membuktikan kalau wanita tersebut memiliki
kekuatan yang sejajar, dan diantara semua wanita dalam list yang kubuat, hanya
Selir Iblis yang memiliki kekuatan seperti itu. Kau harus ingat, belasan tahun
yang lalu Selir Iblis berada di tingkatan akhir Inti bercahaya dan ditambah
dengan Kitab Kultivasi Jiwa Hitam, tidak menutup kemungkinan kalau dia telah
mendobrak hambatan dan mencapai tingkatan Inti kembar atau bahkan Kaisar Inti!”
Tetua Kelima
menelan ludah ketika mendengar analisis kakak seperguruannya. Jika wanita
tersebut benar-benar berada di tahap Kaisar Inti, maka dia akan menjadi musuh
yang sangat tangguh bagi Kuil Nimia. Mungkin para Tetua Utama musti bertarung
mengeroyok wanita ini untuk mendapatkan kemenangan!
Selagi Tetua
Keempat dan Tetua Kelima serius berdiskusi mengenai permasalahan ini, seorang
murid mengetuk pintu dan menyerahkan sebuah surat kepada Tetua Keempat.
“Ini surat dari
guru,” Ujar Tetua Keempat mengenali surat tersebut.
“Guru berpesan apa,
kakak?”
“Sumpah Pendekar tidak kunjung aktif, Awan Biru
masih hidup!” Ujar Tetua Keempat yang membaca surat tersebut.
- Akhir buku 1 -
- Akhir buku 1 -
No comments:
Post a Comment