Tuesday, January 17, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 8 - Suara Misterius

Siang dan malam A chu tampak sibuk mengurung diri dikamarnya, menulis setiap lembar kitab wasiat yang dulu pernah dihafalkanya. Dia hanya keluar untuk makan siang dan makan malam dan kekamar kecil.

A chu berfikir Dia harus cepat menyelesaikan kitab tersebut, karena semakin cepat kitab itu rampung, semakin cepat jiwa Yuan Ting dapat diselamatkan.

Paman dan Bibinya tidak pernah menggangu A chu. Mereka takut akan membuyarkan konsentrasi A chu, dan membuat A chu salah dalam menuliskan isi kitab tersebut.

Sudah hampir 2 minggu A chu mengurung diri dikamarnya. selama 2 minggu ini pula A chu kurang makan dan kurang tidur. Kitab yang ditulisnya sudah hampir rampung sebagian.

Ternyata menulis sebuah kitab itu lebih sulit daripada menghafalkanya. Hal ini baru dirasakan oleh A chu sekarang.

Semakin mendekati bagian akhir , penulisan kitab itu menjadi semakin sulit. A chu berusaha keras untuk mengingat - ingat, tulisan - tulisan yang terdapat didalam kitab itu.

Pada dasarnya A chu merupakan anak yang cerdas, dan memiliki ingatan yang jauh melebihi anak - anak seusianya. Namun sebagian besar isi kitab tersebut, merupakan pelajaran ilmu silat tingkat tinggi yang tidak dimengerti olehnya. Karena A chu hanya pernah mempelajari dasar - dasar ilmu silat, dan itupun hanya sebatas belatih kuda - kuda .

Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan A chu untuk merampungkan kitab itu menjadi agak lama. Tetapi paman dan bibinya, sangatlah sabar dan terus menyemangati A chu.

Semenjak A chu mulai menulis, dia tidak pernah melihat Yuan Ting. Dia hampir tidak pernah keluar dari kamarnya. Semua waktunya dihabiskan untuk segera merampungkan kitab itu.

Pada suatu hari A chu sama sekali tidak keluar dari kamarnya, bahkan untuk sekedar makan siang. Oleh karena itu Paman dan Bibinya menjadi khawatir.

"Adik Lim cobalah kau lihat keadaan A chu dan antarkan makanan kekamarnya. Aku cemas dengan keadaan A chu. Jangan sampai kejadian yang menimpa Yuan Ting terjadi pada A chu"

"Aku juga merasa cemas dengan kondisi A chu, dia tampak sangat bersungguh - sungguh merampungkan kitab untuk menolong anak kita " Nyonya Yuan berkata dengan wajah cemas kepada suaminya.

Sore harinya nyonya Yuan datang ke kamar A chu sambil membawakan makanan. Dia mengetuk pintu lalu berkata :

"A chu, bagaimana keadaanmu ? Bolehkah bibi masuk kedalam? Bibi membawakan makanan untuk mu"

Pintu kamar segera terbuka. A chu mempersilahkan bibinya masuk sambil berkata :

"Aduh, bibi seharusnya tidak usah repot - repot ha ha, biar saja aku mengambil sendiri makanan didapur. Tapi Terimakasih banyak atas perhatian bibi. " A chu sangat terharu dengan perhatian bibinya.

"Tidak apa - apa A chu, demi menolong anak kami, kau telah berusaha sangat keras, Terima kasih A chu. Tetapi kau juga harus memperhatikan kesehatanmu, jangan sampai kau lupa makan dan lupa istirahat" kata bibi Yuan ramah.

Sesaat kemudian A chu makan dengan lahapnya. Sementara bibi Yuan duduk sambil memperhatikan A chu.

Lalu pandangannya beralih kemeja dimana A chu biasa menulis.

Meja itu tampak agak berantakan,dibagian sebelah kiri tetlihat berlembar - lembar kertas tersebar secara acak . Tetapi dibagian kanan terdapat setumpuk kertas yang sudah tersusun rapih. Mungkin itu adalah bagian yang sudah rampung.

Melihat jerih payah A chu, Nyonya Yuan tampak agak sedikit terharu.

"A chu, sepertinya kau telah berusaha dengan sangat keras ya, Bagaimanakah perkembangannya ? Apakah kau menemukan banyak kesulitan ? " nyonya Yuan bertanya kepada A chu dengan penuh perhatian.

Ditanya seperti itu, A chu mempercepat makan nya. Namun Sebelum dia sempat menjawab, Nyonya Yuan sudah berkata lagi:

"Ha ha ha, A chu tenanglah, tidak usah buru - buru kau jawab, bila kau makan terlalu cepat nanti perutmu bisa sakit, maafkan aku karena terlalu bersemangat ” Bibi Yuan berkata dengan riang.

Akhirnya sehabis A chu selesai makan, dia menjelaskan kepada bibinya.

"Maafkan aku bibi, sepertinya memakan waktu agak lama buatku menyelesaikan kitab ini" A chu berkata sungguh - sungguh. "Oh iya Bi, Bagaimana kemajuan kondisi kesehatan Yuan Ting ? Sangat disayangkan aku belum bisa menengok keadaanya " A chu menundukan kepalanya.

Wajah Bibi Yuan agak berubah. Lalu dengan tatapan haru dia mulai berkata :

"Keadaan Yuan Ting masih belum banyak mendapat kemajuan, Dia belum bisa beranjak dari tempat tidurnya. Walaupun dia sudah sempat sadarkan diri, tetapi kondisi tubuhnya masih sangat lemah. Aku takut bila dia akan terus - terusan seperti ini. Oh Yuan Ting betapa malang nasibmu .." Bibi Yuan tampak sedikit meneteskan air mata.

Bagaimana Tidak, ketika seorang ibu melihat anak gadis satu - satunya harus selalu terbaring diatas tempat tidurnya. Lemah dan tidak berdaya.

"Bibi kuatkan hatimu, Aku .. aku akan berusaha sekuat tenaga untuk secepatnya menyelesaikan kitab ini, agar Paman dapat segera menemukan Jalan untuk menolong Yuan Ting"

"Terima kasih A chu, , Kau memang seorang anak yang baik, andai saja kau benar - benar adalah anak kami" Bibi Yuan memeluk A chu.

Setelah nyonya Yuan meninggalkan kamarnya, A chu mulai melanjutkan Kitab yang sedang ditulisnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan tengah malam. A chu mulai mengantuk, akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Karena beberapa hari ini dia kurang tidur. Dia mematikan lampu penerangan dikamarnya lalu mulai beranjak keatas tempat tidurnya.

Entah sudah berapa lama A chu tertidur, tiba - tiba dia terbangun karena perutnya mendadak sakit. Mungkin karena setelah perutnya kosong seharian, dia makan secara terburu - buru. Sekarang perutnya dirasakan sakit sekali. A chu hendak bangun dari tempat tidurnya, ketika tiba - tiba secara tidak sengaja, dia mendengar suara seseorang sedang berbicara.

Suara itu terdengar sangat dekat sekali dengan dirinya. A chu berusaha menggeser kepalanya secara perlahan, agar bisa mendengar lebih jelas.

Dia kaget karena ternyata orang itu berdiri tepat disamping tempat tidurnya, berdiri membelakangi A chu sehingga A chu tidak dapat melihat wajahnya.

Lalu Terdengar lagi suara orang lain berbicara diujung sana.

dua orang.

Ya ada dua orang misterius Sekarang berada Didalam kamarnya.

A chu berusaha sekuat tenaga untuk tidak menimbulkan suara, atau melakukan gerakan yang dapat menarik perhatian mereka. Bernafaspun terpaksa pelan - pelan.

Berbagai pikiran melintas didalam benaknya.

Siapakah gerangan mereka ?

Dan mau apa mereka didalam kamarku ?

Apakah mereka bermaksud jahat ?

Keringat dingin sudah mulai membasahi sekujur badan A chu. Karena dia menahan Rasa sakit didalam perutnya.

Beruntunglah seseorang dari mereka berdiri membelakangi A chu, sehingga mereka tidak dapat melihat wajah A chu yang sudah mulai memucat.

Tiba - tiba seseorang dari mereka mulai berbicara :

"Bagus. Akhirnya kitab Pusaka ini, sebentar lagi akan menjadi milik kita. Setelah kita berdua melatih semua ilmu yang terdapat didalam kitab ini. Tidak ada orang yang akan sanggup menandingi kita. "
"
Benar sekali, Tidak akan ada lagi orang yang berani, menghalangi usaha kita untuk menguasai dunia persilatan"

A chu bergidik mendengar semua pembicaraan mereka. Dia tidak pernah menyangka kalau kitab yang sedang ditulisnya, menjadi incaran kedua orang itu. Dan akan digunakan oleh kedua orang itu, untuk menguasai dunia persilatan.

Tapi A chu merasa heran. Sepertinya suara mereka terdengar sangat familiar.

Siapakah gerangan kedua orang ini ?

Lalu tiba - tiba orang yang berdiri diujung sana berbicara :

"Sebentar lagi pagi, marilah kita segera keluar dari kamar ini. Aku tidak ingin anak ini mengetahui, kalau selama ini hampir setiap malam kita selalu mengawasi pekerjaaanya.

"Ya mari kita segera pergi"

Jawab orang yang berada persis disamping tempat tidur A chu. Suara ini seperti suara seorang wanita.

Ya memang suara seorang wanita.

Lalu wanita itu berbicara lagi sepatah kalimat :

"Anak yang Malang"

Lalu mereka berdua bergegas untuk keluar dari dalam kamar A chu. Mereka pergi tanpa meninggalkan suara sama sekali. Sungguh mengerikan ilmu silat mereka.

Cahaya pagi sudah mulai menyinari sekeliling kediaman Yuan.

Ada seberkas cahaya masuk kedalam kamar A chu melalui celah jendela kamar A chu.

A chu masih terbaring diatas tempat tidurnya. Dia tidak tidur, dan masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi dikamarnya.

Siapa mereka ?

Siapakah wanita itu ?

Sepertinya aku pernah mendengar suaranya disuatu tempat.

Namun karena kelelahan dan kurang tidur, A chu menjadi sulit untuk berfikir jernih. Lagipula sakit diperutnya masih terasa.

Siang harinya A chu memutuskan untuk makan bersama paman dan Bibinya. Dia juga akan mengunjungi Yuan Ting untuk melihat bagaimana kondisinya.

Diruang makan Paman dan Bibi Yuan sudah menantikan A chu.

"Selamat siang A chu " sapa Bibi Yuan ramah.

"Selamat siang Bibi, Selamat siang Paman semoga kalian sehat selalu " A chu menjawab dengan riang.

"Ah Terima kasih A chu. mari duduklah"

"Terima kasih Paman" A chu mengambil posisi duduk didepan Paman dan Bibinya.

"Sebelum makan marilah kita berdoa untuk kesehatan kita, dan untuk kesembuhan Yuan Ting"

Setelah berdoa, paman Yuan mempersilahkan semua orang untuk makan.

Semenjak kejadian yang menimpa Yuan Ting. Suasana diruang makan tampak agak kurang ramai. Biasanya A chu dan Yuan Ting asik bercerita mengenai pengalaman mereka, dan sesekali paman dan bibi Yuan menimpali omongan mereka.

Tetapi Sekarang suasana menjadi agak sepi, karena mereka semua sudah jarang berbicara dan lebih sering tengelam dalam pikiranya masing - masing.

Selesai makan A chu hendak pergi kekamarnya Yuan Ting, namun paman Yuan menahan dirinya.

"A chu kau hendak kemana ? " tanya paman Yuan.

"Aku hendak kekamarnya Yuan Ting , untuk menjenguknya dan melihat kondisi kesehatanya. Lagipula Sudah lama aku tidak melihat dia " jawab A chu.

Wajah Paman Yuan tampak agak berubah . Lalu dia berkata kepada A chu.

"Maaf sekali A chu. Sepertinya hari ini Kau tidak bisa menjenguknya , karena Tabib sedang merawat dirinya. dan Sepertinya juga mereka sedang tidak bisa diganggu.”

“Baiklah Paman bila seperti itu, aku akan kembali saja kekamarku . Paman , Bibi aku mohon diri dulu “ A chu tanpak murung.

Setelah A chu berpamitan kepada paman dan bibinya, dia membalikan badan dan mulai berjalan dengan lesu, ke pintu keluar ruangan makan.

Bibi Yuan melihat A chu yang tampak sedikit kecewa kemudian berkata :

“ Maaf sekali A chu. Bila Kondisi Yuan Ting sudah agak membaik, aku akan segera mengabari dirimu , agar kau dapat bertemu dengannya.

Oh Yuan Ting .. Anak yang Malang ".

Tiba - Tiba A chu menghentikan langkahnya . Dia tampak agak sedikit terkejut.

Perkataan terakhir dari bibinya itu, seperti terngiang dikepalanya.

Begitu familiar begitu hafal.

Suara itu adalah suara orang misterius, yang menyelinap kedalam kamarnya.

Suara wanita Misterius yang semalam berdiri disampingnya.

kini Suara itu didengarnya lagi.

Secara spontan A chu membalikan Badan, dan menengok kebelakang.

Disana masih terlihat Paman dan Bibinya, sedang duduk dimeja makan. Mereka sedang melihat kearahnya, tampak agak sedikit terkejut.

"Ada apa A chu ? Apakah ada sesuatu yang tertinggal ? " Tanya paman Yuan sambil menatap A chu keheranan.

A chu melihat kearah pamannya, lalu kearah bibinya. Wajah mereka terlihat bingung.

A chu tersenyum kearah mereka lalu dia menjawab :

"Ha ha ,Tidak ada apa - apa paman, aku hanya merasa pinggangku sedikit pegal. Mungkin karena aku kebanyakan duduk he he "

"A chu, cobalah untuk beristirahat. Hari ini kau tidak usah menulis dulu. Atau mau aku sekalian meminta Tabib yang merawat Yuan Ting, untuk memeriksa keadaan dirimu ? " kata paman Yuan agak sedikit khawatir.

"Ha ha terima kasih paman, tidak usah repot - repot he he, aku akan beristirahat sebentar, lalu melanjutkan pekerjaanku. Karena semakin cepat aku merampungkan kitab itu, semakin baik, sekarang aku mohon diri " A chu membalikan badanya lagi, dan berjalan pergi keluar ruangan.

Paman dan Bibi Yuan tampak tersenyum mengantarkan kepergian A chu.

________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter

No comments:

Post a Comment