Monday, January 9, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 5 - Yuan Ting

Keesokan harinya A chu terbangun. Dia sangat terkejut karena terlihat seorang anak gadis tengah berada dikamarnya. Anak gadis ini berusia sekitar 6 sampai 7 tahun seumuran dengan A chu. Mungkin lebih muda setahun darinya.

Gadis itu pun kaget melihat A chu yang mendadak bangun. Hampir saja teko teh yang dipegangnya terjatuh. Namun tidak lama wajahnya merona berseri - seri menatap A chu ,dan dia lalu berkata dengan riang :

"Ah kakak Chu kau sudah bangun, aku baru saja hendak menyediakan teh untuk kakak Chu"

Gadis itu bermata besar dengan bibir mungil dan pipi kemerahan. Begitu cantik dan molek. Rambutnya hitam panjang dan sangat indah. kulitnya sangat putih namun wajahnya tampak sedikit pucat.

Gadis itu tersenyum ramah kepada A chu. Lalu dia melanjutkan perkataaanya :

"Ayah dan ibu sedang ada diruangan tengah, habis itu mereka hendak makan siang, pasti mereka sangat senang mengetahui kalau kakak Chu sudah bangun"

Gadis itu selalu tersenyum sehabis berbicara. Dan bila tersenyum matanya agak menyipit dan lesung pipinya terlihat. Sungguh mempesona dan menyenangkan anak gadis ini.

"Kamu adalah ? "

A chu tampak agak berfikir dan mengira - ngira siapakah gerangan gadis ini.

Gadis itu agaknya menyadari kalau A chu masih belum mengenali dirinya, dia sedikit terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangannya. Lalu dia berkata :

"Kakak Chu pasti tidak mengenaliku, ini aku Yuan Ting he he" Jawab gadis itu agak tersipu.

A chu tampak kaget, namun kemudian dia tampak berseri - seri.

"Ah Adik Ting ternyata kamu. Wah kamu telah tumbuh menjadi anak gadis yang cantik molek ha ha "

Yuan ting semakin tersipu dia menutupi wajahnya dengan kain baju tangannya. Wajahnya tampak memerah. Sunguh manis sekali.

"Ah kakak Chu nih , kamu bisa saja hi hi, eh iya ,ngomong - ngomong kau lapar tidak ? Hari sudah menjelang Siang, Mari kita makan dulu, ayah dan ibu pasti juga sedang menuggu bertemu kakak Chu"

Tidak lama kemudian mereka berdua berjalan menuju ruangan makan. Disana sudah menanti Paman dan Bibi Yuan. Mereka tampak sedang asik berbicara, namun setelah melihat kedatangan A chu dan Yuan ting obrolan mereka terhenti . Wajah mereka tampak ceria melihat A chu sudah agak baikan. Lalu dengan ramah paman Yuan menyapa dan bertanya kepada A chu.

"A chu syukurlah kau sudah bangun, bagaimana kondisi tubuhmu ?"

tanya paman Yuan sambil mempersilahkan A chu duduk dibangku dihadapanya , wajahnya masih tampak agak kawatir.

"Aku sudah pulih seperti sedia kala ,terima kasih untuk perhatian dan kebaikan paman dan bibi "

jawab A chu sambil membungkuk hormat , dia tampak sangat berterima kasih.

"syukurlah, tentunya perutmu sudah sangat lapar sekarang, mari kita berdoa dulu dan mulai makan"

Tampak kelegaan diwajah bibi Yuan lalu dia mempersilahkan semua untuk makan.

Diatas meja sudah dihidangkan berbagai macam makanan lezat mulai dari : Bebek panggang saus madu, Ayam goreng bumbu kecap, cumi goreng saus asam manis, Ang sio bak, dan aneka sayuran segar ditumis kecap asin, tidak ketinggalan sop ikan kakap merah yang merupakan makanan terkenal dari daerah Yangciu.

Walaupun hidup agak menyendiri, namun Keluarga Yuan merupakan salah satu keluarga yang cukup kaya dan terpandang di kota Yang Ciu.

"A chu makanlah yang banyak jangan malu - malu " kata paman Yuan sambil tersenyum ramah kepada A chu.

Suasana ruang makan saat itu sangat penuh rasa kekeluargaan. A chu merasakan kehangatan yang sama seperti ketika dia dulu makan bersama kedua orang tuanya.

Apalagi Paman dan Bibi Yuan juga tampak sangat menyayangi A chu, dan sudah menganggap A chu seperti anak sendiri.

Manusia adalah mahluk sosial yang pada dasarnya senang menolong dan akan merasa bahagia bila melihat orang lain bahagia.

*****
A chu sering bermain bersama Yuan ting. Hampir setiap hari mereka bersama.
Mereka memiliki tempat istimewa yaitu bukit di belakang rumah keluarga Yuan. Disana mereka sering menghabiskan waktu seharian.

Karena tubuh Yuan Ting yang lemah , dia tidak bisa pergi jauh dari rumahnya. Seminggu sekali tabib datang untuk memeriksa kondisi kesehatanya.

Dahulu dia selalu merasa kesepian, karena disekitar rumahnya tidak ada anak sepataran yang bisa menjadi temanya bermain. Namun sekarang ada A chu, keponakan yang selalu menemaninya sepanjang hari.

A chu selalu menceritakan hal - hal yang menarik untuknya. Dan A chu juga selalu sabar menjawab semua pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Yuan ting mengenai kehidupan diluar.

Maklumlah Yuan ting hampir tidak peenah keluar rumahnya, dan rumahnya pun jauh dari keramaian. A chu sudah seperti kakak laki-laki yang selalu menjaganya.

"Jadi pada akhirnya kerajaan Man berhasil dikalahkan, dan bangsa kita beehasil memperoleh kemerdekaanya setelah hampir 200 tahun dikuasai bangsa asing"

Cerita A chu disuatu siang. Sementara A chu bercerita dengan menggebu - gebu, Yuan ting tampak sangat asik mendengarkan sambil berduduk dibawah pohon.

Tempat itu adalah sebuah bukit dengan tanah yang aga lapang, diatasnya ditumbuhi oleh rumput - rumput nan hijau. dan disitu juga tumbuh pohon - pohon dengan daun yang sangat rindang . Ditengah - tengah tempat itu terdapat sebuah batu besar yang biasa diduduki oleh A chu dikala sedang asik bercerita. Bukit itu sebagian dikelilingi oleh lereng bukit yang cukup terjal dibawahnya merupakan hutan belantara yang sangat luas.

"Lalu siapakah yang paling berjasa membantu para pejuang mengusir kaum penjajah itu ? " tanya Yuan Ting dengan bersemangat.

"Itulah para pendekar yang telah berusaha bahu - membahu bersama para pejuang negeri. Tanpa bantuan mereka hampir mustahil kita bisa mengalahkan penguasa yang telah bertahta sekian lama" A chu bercerita sambil menirukan kegagahan para pejuang. Tanganya memukul kesana , kakinya menendang kesini.

"Wah sungguh hebat ha ha ha " Yuan ting berseru sambil bertepuk tangan.

"Oh iya, Tetapi apakah Kakak Li pernah belajar silat? " tanya Yuan Ting penasaran.

A chu tampak agak berfikir dan merenung cukup lama sampai akhirnya dia menjawab :

"Dahulu aku pernah belajar beberapa gerakan dasar, namun tidak mahir ha ha , dan dari ayahku aku...."
A chu berhenti sejenak lalu menyambung :

"Ha ha .. ayahku hanyalah seorang pedagang, yang bisa aku pelajari darinya hanyalah mengenai ilmu sastra dan hitung - menghitung yang bikin keder ha ha ha " lalu dia tertawa.

Yuan ting pun ikut tertawa menyaksikan sikap A chu yang lucu.

"Oh iya adik Ting tampaknya sudah sore, sudah saatnya kita kembali"

"Ah iya, aku sampai lupa waktu, ayah pasti akan memarahiku"

A chu menggandeng tangan Yuan Ting dan mengajaknya pulang ke rumah.
Matahari mulai meredupkan Sinarnya dan sang Rembulan tampak malu - malu mulai memunculkan diri.

Keesokan harinya seperti biasa A chu mengajak Yuan Ting Bermain - main dibukit belakang.

Namun SIang itu Yuan Ting tampak aga sedikit berbeda. Dia tampak kurang bersemangat seperti biasanya . tubuhnya tampak lemah dan kurang sehat. Melihat hal tersebut A chu bertanya :

"Adik Ting, Apakah kau kurang enak badan ? Sepertinya wajahmu pucat sekali "

"Ah aku tidak apa - apa kakak Chu, hanya sedikit kelelahan " jawab Yuan Ting sambil tersenyum manis.

"Kalau aku perhatikan, sepertinya kau kurang tidur, apa yang membuatmu susah tidur ? Apa jangan - jangan kau akhir - akhir ini sering minpi buruk ? "

"Ha ha tidak seperti itu, aku hanya terlalu asik membaca buku. Beberapa Buku yang kau rekomendasikan kepadaku sangat menarik. Ayah membelikanya untukku kemarin. Buku tentang cerita para pendekar, aku tidak bisa berhenti membacanya" Yuan Ting tampak bersemangat. Matanya tampak berbinar - binar. Lalu dia melanjutkan :

"Kisah si dewa pedang Bok Jio Hu dan si tombak petir Xiao Kiam Feng sungguh menarik, apalagi mereka juga turut berjasa dalam mengusir penjajah, Cerita perjuangan Ketua perkumpulan Awan dan Air yaitu Kang Liong yang mengumpulkan para pendekar sakti, serta cerita si Setan Pedang Tua Lau yu lok, dan ah masih ada Si Raja Iblis Merah Hong Li, yang katanya merupakan manusia terkuat sepanjang sejarah. kisah kepahlawanan mereka sungguh membuatku ikut bersemangat"

A Chu menatap Yuan Ting dengan tatapan Heran. Sungguh aneh adik sepupunya yang satu ini.

Belum pernah A Chu menemukan anak gadis yang sangat tertarik dengan kisah kepahlawanan para pendekar.

Lalu Sambil tertawa A chu berkata :

"Ha ha aku sungguh tidak habis pikir, mengapa seorang anak gadis sepertimu, begitu menggemari kisah - kisah dunia persilatan "

Yuan Ting ikut tertawa sejenak, kemudian wajahnya menjadi agak muram. Dengan agak murung dia berkata :

"Seandainya aku mengerti sedikit saja ilmu silat, tentu badanku akan menjadi sehat dan tidak sakit - sakitan seperti ini. Dan aku bisa pergi berkelana kemanapun aku suka, mengunjungi tempat - tempat Indah dan menarik, mencicipi makanan - makanan lezat diberbagai tempat dan menolong siapapun yang tertipa musibah. Tentunya setiap orang akan aku buat bahagia "

Begitulah Yuan Ting menceritakan impian hidupnya. Matanya sudah mulai berkaca - kaca. Dia menatap jauh ketempat kosong. Lalu dia memejamkan matanya menahan air mata yang hampir menetes keluar.

A chu menatap Yuan Ting dalam - dalam lalu menggengam tanganya.

A chu tidak habis berfikir, betapa tidak adilnya Tuhan. Mengapa dia menjadikan tubuh Yuan Ting begitu lemah dan memberikan penyakit kepadanya. Gadis yang begitu baik dan memiliki semangat hidup yang sangat besar harus mengalami takdir yang menyedihkan. Terkekang ditempat ini , tidak bisa merasakan kebebasan menjadi seorang manusia.

Sedangkan banyak orang diluar sana yang Masih tidak bersyukur walau sudah diberikan tubuh yang sehat. Mereka selalu mengeluh kepada tuhan dan selalu merasa kekurangan.

A Chu sangat ingin sekali membantu Yuan Ting namun apalah daya. Dia tidak memiliki kekuatan apa - apa. Apa yang bisa dia lakukan ? setelah berfikir cukup lama akhirnya dia menemukan sesuatu pemikiran.

Dulu semenjak A chu mulai belajar ilmu mengumpulkan tenaga dalam atas petunjuk gurunya, A chu mulai sakit - sakitan dan tubuh A chu malah semakin hari semakin melemah. Sampai Tabib dipanggil untuk memeriksa kondisi tubuh A chu. Pada Waktu itu Tabib menemukan bahwa Aliran Darah A chu Berbalik dan menjadi kacau karena salah berlatih.

Semua orang pada saat tidak ada yang menduga bahwa Ba Yun Xi mantan Gurunya A chu, memang Sengaja menyesatkan Pelajaran A chu. Bahkan dari awal sesungguhnya Ba yun Xi tidak pernah berniat untuk melatih A chu. Dia Hanyalah berpura - pura agar mendapatkan kepercayaan dari keluarga A chu.

Namun Suatu hari saat A chu terbaring lemah dikamarnya, A chu mulai berfikir dan menemukan bahwa apa yang dia pelajari dari gurunya sangat bertolak belakang, dengan petunjuk Bagian pertama yang tertulis dalam kitab kuno yang mendiang Ayahnya suruh A chu menghafalkan.

Ahirnya A Chu mulai berduduk sila diatas tempat tidurnya dan mencoba menirukan gerakan demi gerakan sesuai dengan petunjuk Bagian pertama dalam kitab tersebut.

Alhasil A chu mulai merasakan hawa Panas mulai mengalir didalam tubuhnya , nafasnya menjadi lancar, kepalanya menjadi ringan dan tubuhnya terasa enak sekali. Mulai saat itu hampir setiap hari sebelum tidurnya A chu melakukan gerakan tersebut.

Dan pada saat itu kondisi tubuh A chu mulai berangsur - Angsur membaik setiap A chu Bangun tidur dia merasa Segar dan pikiranya jernih.

Namun akhir - akhir ini, apalagi semenjak kejadian memilukan yang telah menghancurkan hidupnya A chu tidak pernah berlatih lagi dan semakin lama mulai meninggalkan latihan tersebut. Akan tetapi isi kitab tersebut tidak pernah A chu lupakan, karena itu merupakan peninggalan dan wasiat terakhir dari mendiang Ayahnya.

“Adik Ting apakah kau percaya kepadaku ? “ masih menggenggam tangan Yuan Ting tiba - tiba A chu Berkata demikian.

Yuang Ting yang tampak Kaget karena tiba - tiba A chu berkata seperti itu, dia menjawab dengan nada keheranan.

“ Eh iya tentu saja Kakak Chu , mengapa kau mendadak bertanya begitu ? “ Yuan Ting balik bertanya wajahnya masih keheranan. Namun tanpa memperdulikan sikap keheranan Sepupunya, A chu kembali berkata :

“Dengarkanlah Adik Ting ! aku akan mengajarkan sebuah kepandaian kepadamu , yang mungkin dengan kepandaian ini, akan bisa membantu penyembuhan tubuhmu. Tetapi jangan pernah sekalipun kau beritahukan kepandaian ini kepada orang lain, dan kau harus melatihnya secara diam - diam. apakah kau bisa mengerti ? “

Yuan Ting menjadi bersemangat mendengar perkataan sepupunya tersebut, tetapi A chu masih menatapnya dengan tatapan serius .

Yuan Ting walaupun masih aga sedikit bingung dengan perubahan tiba - tiba dari A chu, akhirnya Mengangguk dan berkata :

“Baiklah Kakak Chu aku berjanji “

Lalu A chu mulai mengajarkan gerakan yang dulu pernah dipelajarinya, dari kitab sakti peninggalan ayahnya kepada Yuan Ting.

Hampir setiap hari mereka berlatih bersama gerakan itu di bukit belakang rumah Yuan Ting.

Dan secara perlahan - lahan kondisi dari kesehatan Yuan Ting mulai membaik .

________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter

No comments:

Post a Comment