Saturday, January 7, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 1 - Tuan Muda Yang Baik Hati

Semua berawal di sebuah Desa bernama Thian Xi . sebuah desa kecil yang Makmur dan tentram. Walaupun Penduduk desa ini tidak terlalu banyak, namun Desa ini cukup terkenal karena keramahan para penduduknya. Di Desa ini hiduplah Seorang Saudagar yang terkenal sangat Ramah dan Baik. Dia selalu mengulurkan tangannya untuk membantu orang -orang yang kesusahan. Penduduk desapun semua menghormati dan menyanyanginya. Semua orang memanggilnya Tuan Li.

Tuan Li atau Li Huang zhu, adalah keturunan dari Pendekar Besar Li Guan, Seorang Pendekar yang dulu sempat menggemparkan dunia persilatan, dengan ilmu Tenaga Iblis saktinya . yang konon Terkenal Tidak ada Tandingannya di kolong Langit.

Namun kabar menyebutkan bahwa Tuan Li sama sekali tidak mengenal ilmu silat, karena dari kecil dia hanya menyukai ilmu sastra dan Berdagang . Kabar lain menyebutkan kalau kitab ilmu silat Tenaga Iblis sakti tidak di turunkan kepada keturunanya Li Guan .

Tetapi ada kabar miring Yang sempat Beredar dikalangan para pendekar.

Bahwa sesungguhnya ilmu tersebut tetap di turunkan secara turun temurun, namun Tuan Li tidak mau mempelajarinya..

******
Pagi itu Udara sangat Sejuk .

Di Musim Hujan Seperti ini, Udara pagi memang benar - benar membawa hawa - hawa malas.

Namun Tidak terjadi dengan Desa Thian Xi. Pagi itu suasana Desa sudah tampak Ramai. Dijalan - jalan sudah tampak banyak pedagang menjajakan barang jualannya, yang sebagian besar merupakan Sayur - sayuran dan Buah ataupun hewan - hewan ternak.

Desa itu memang Kecil, namun sering dikunjungi oleh para pendatang dan pedagang.
Karena desa itu dikharuniai oleh hasil pangan yang melimpah. sehingga sebagian besar Pedagang dari desa lain membelinya dari desa ini dan dijual lagi di kota - kota besar.
Atau Mereka datang hanya untuk sekedar menikmati makanan khas dari desa itu yaitu Bebek Bakar saus Asam.

Di desa itu terdapat sebuah Bangunan besar Bercat Merah. itulah Kediaman Keluarga Li . Seorang Saudagar yang Ramah dan baik hati.

Di taman kediaman Tuan Li berdiri seorang anak berumur 6 - 7 tahun. Wajahnya Lucu dan menggemaskan. Matanya bersinar terang menandakan semangat yang menggebu - gebu. Hidungnya agak mancung dan Alisnya tebal. Anak ini pasti memiliki Ibu yang Cantik atau ayah yang Tampan. dengan berpakaian yang sederhana namun tampak rapih dan bersih. Anak itu sedang berdiri dan memperhatikan ke langit ..

“Tuan Muda ayo cepatlah masuk ! sepertinya sebentar lagi akan turun hujan lagipula, apa yang sedang kau amati dilangit? ” kata seseorang pemuda yang sepertinya adalah pelayan kepercayaan di rumah itu .

“ Haha paman chen tenang saja sebentar lagi aku akan masuk. aku sedang memperhatikan rombongan burung yang sedang terbang kerarah selatan” jawab anak itu.

"Heh, memang Apa menariknya memperhatikan rombongan burung - burung itu ? bukankah burung - burung itu biasa terbang kearah mana saja setiap harinya? " Pelayan itu tampak aga sedikit kebingungan dengan sikap tuan Mudanya.

"Ha ha Paman Chen kau kau salah . Menurut salah satu buku yang aku baca, karena Sekarang sedang memasuki musim penghujan yang akan disusul Oleh Musim dingin. Para burung sudah mempersiapkan diri , dan bermigrasi ketempat yang lebih hangat yaitu daerah selatan." Jawab Tuan muda itu.

“Oh ternyata begitu , Tapi Tuan muda aku mohon tolong cepatlah masuk .. atau aku bisa dimarahi oleh Tuan besar kalau dia pulang .. “ Seru Pelayan muda tadi yang ternyata bernama Chen. Akhirnya sang tuan muda yang juga mulai melihat langit menggelap tanda - tanda akan turun hujan , menurut dan masuk kedalam rumah.

Tidak lama Hujan pun turun.. dan pelayan itu kembali berkata : “ tuh kan apa aku bilang Hujan turun , untung Tuan muda sudah masuk ke rumah “

"Ha ha , Paman Chen apakah kau ini semacam dukun atau peramal Cuaca ? " Tuan Muda itu berkata menggoda pelayannya. Pelayan muda itu tertawa atas pertanyaan tuan mudanya.

Siang Harinya diruang Makan, Tuan muda tadi tampak sedang duduk didepan meja makan, yang diatasnya sudah dihidangkan berbagai makanan lezat. Dia tampak agak murung dan kurang bernafsu untuk menyantap makanan - makanan itu. Dia makan Seorang Diri karena Sang ayah sedang berpergian keluar kota untuk berdagang dan ditemani oleh istrinya. Tuan Muda itu melirik ke kiri dan kekanan dengan lesu. Lalu dia melihat si Pelayan muda sedang berdiri diluar ruangan makan, menunggu sang majikan selesai makan. Tuan muda itu tersenyum lalu berkata :

“ Oh iya, Paman Kau lapar tidak..? “ Tanya Tuan Muda Li kepada sang pelayan.

“Eh .. ti.. tidak Tuan muda... silahkan tuan makan saja dengan tenang nanti hamba bisa makan di dapur bersama koki rumah.

“ Jangan begitu paman , ha ha kalau lapar ya bilang saja lapar ha ha.. bagaimana kalau paman masuk kedalam dan ikut makan bersamaku ..” sahut tuan Muda Li.

“ Aduh jangan Tuan muda hamba tidak berani makan satu meja dengan tuan muda “ kata Chen dengan kikuk. Karena merupakan hal biasa untuknya yang seorang pelayan menunggu majikannya makan. Setelah itu dia akan memanggil Bibi tukang bersih - bersih untuk membersihkan meja makan itu dan baru dia dapat bersantap didapur. Namun selama ini belom pernah dia disuruh untuk makan bersama - sama majikannya satu meja. Oleh karena itu dia merasa heran dan aga sedikit takut.

“ hm kalau kau tidak berani makan satu meja dengan ku bagai mana kalau kau ambil meja lain dan temani aku makan disaping sini ha ha.. kau pilih lah hidangan yang kau suka.. toh aku pun tidak akan habis memakan ini semua “ Tuan muda Li makin bersemangat melihat wajah bingung pelayannya tadi. dia berkata sambil menunjuk -nunjuk tempat kosong disamping meja makan.

“ Terima kasih banyak Tuan muda ..tetapi.. tetapi” Sahut Chen masih tampak ragu - ragu.

“ Aduh , paman tidak ada tetapi –tetapi cepatlah paman, lagipula mumpung Ayah dan Ibu sedang tidak dirumah” sahut tuan muda Li “ eh , iyah ajak sekalian Paman Lei didapur dan bibi Nam juga , biar ramai”

Dan akhirnya Pelayan muda tadi menyerah dan mengikuti keinginan Tuan mudanya . Dia menggelar meja disamping tuannya dan mengajak orang - orang yang berkerja disitu untuk ikut makan bersama.
Suasana diruang makan menjadi ramai , karena semua orang berbahagia menyantap makanan bersama-sama dari mulai tukang kebun, koki, pelayan dan Pengasuh tuan muda Li.

Tidak Lama kemudian sebuah kereta kuda berhenti tepat di depan rumah . Kereta kuda itu tampak tidak terlalu mewah namun terlihat bersih dan nyaman. Ukuran kereta kuda itu juga aga berbeda, agak lebih besar dari kereta kuda pada umumnya.

Kemudia Turun dari dalam kereta itu seseorang berperawakan tinggi dengan pakaian yang bagus tapi tidak terlalu mentereng. Wajahnya cukup tampan walaupun sudah tidak terlihat muda lagi. Namun sisa - sisa ketampananya masih terasa. Tidak lama kemudia turun juga seorang Wanita yang sangat cantik. Wanita itu juga mengenakan pakaian yang bagus. Setelah melihat wanita itu turun dia berkata :

"Akhirnya kita sampai juga dirumah. setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, Pasti kau lelah, sesampainya didalam kau beristirahat saja istriku. Aku yakin A chu pasti sangat merindukan kita"

Orang itu adalah Tuan Li beserta istrinya . Mereka baru saja kembali setelah berpergian cukup lama untuk Berdagang di luar kota. Setelah itu tuan Li menyuruh Pegawainya yang menjadi kusir kereta ,untuk membawa Barang dagangan dan barang - barang yang dibelinya dikota lain untuk dibawa ke Toko miliknya yang berada ditengah desa. Setelah itu kusir tadi baru boleh meminta sangu kepada pengurus toko dan pulang kerumahnya untuk beristirahat
Lalu Tuan Li dan sang Istri masuk kedalam rumah. Tapi ternyata tidak ada sambutan sama sekali dari orang rumah. Bahkan tidak ada satu orang pun yang terlihat dihalaman depan. Mereka saling pandang lalu meneruskan berjalan kedalam dengan heran. Beberapa saat kemudian mereka mendengar suara orang ramai dari ruangan makan ditengah. Tuan Li lau berkata kepada istrinya :

“Sepertinya A chu sedang mengadakan pesta didalam, dan mengajak seisi rumah. ha ha mereka sampai melupakan kedatangan kita ” kata Tuan Li sambil tersenyum menatap istrinya.

“Beruntunglah kita memiliki anak yang baik hati dan tidak membeda- bedakan , dan semua orang rumah juga tampak menyanyanginya” sahut nyonya Li senang.

Sesampainya di Ruang makan, Tuan Li hanya tersenyum melihat keramaian, yang langsung terhenti setelah melihat kedatangan sang tuan rumah. Suasana menjadi hening beberapa saat. Suasana hening kemudian dipecahkan oleh suara pelayan Chen :

“ Mohon Ampun tuan , semua ini kesalahan hamba yang terlalu sembrono sehingga..sehingga ” namun omongannya dipotong oleh tawa tuan Li yang kemudianberkata :

“ Haha. Kau bicara apa Chen? Ayo mari lanjutkan saja acara makan- makan ini. Biar aku dan istriku sekalian ikut dalam keramaian ini ha ha. Anggap saja ini juga sebagai Acara penyambutan kembalinya Aku dan istriku ha ha " A chu yang melihat ayah dan ibunya telah kembali, segera turun dari meja makan dan berlari kepada ayah dan ibunya.

"Ayah ! Ibu ! kapan kalian kembali ? Syukurlah tuhan tetap memberikan keselamatan kepada kalian." A chu segera memeluk ayah dan ibunya.

Tuan Li menjawab:

"Kami baru saja tiba tadi, tapi tidak ada sabutan sama sekali hm. bahkan tidak ada yang membukakan pintu untuk kami." Mendadak susasana diruangan itu menjadi kelam. Para pelayan sudah mulai keluar keringat dingin.

" Ha ha ha ha . Aku hanya bercanda. Ayo ayo mari kita segera makan, aku juga sudah lapar . ha ha ha . Oh iya Adik Lim tolong sekalian ambilkan Arak kesayanganku, aku ingin minum “ Seru Tuan Li kepada istrinya dengan girang.

Dan suasana Diruangan itu kembali meriah dengan kehadiran Tuan Li beserta Istrinya.
*****
Kebahagiaan itu datang dan pergi tanpa bisa ditebak. Namun biasanya Kebahagian yang pergi selalu diikuti dengan datangnya Musibah dan kemalagan.

Siang itu Tidak ada orang yang akan menyangka, kalau sebentar lagi bencana yang maha dahsyat akan datang menerpa keluarga Li.

________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter

No comments:

Post a Comment